Beragam tanggapan muncul ketika Anies Baswedan selaku Gubernur Jakarta memberikan himbauan agar sekolah dan kampus libur selama 14 hari. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan orang pun sementara juga dihentikan. Hari Minggu kemarin, baru lah Jokowi selaku Presiden Indonesia menghimbau hal yang sama, dan diberlakukan secara nasional.
Lantas bagaimana tanggapan kita?
Dari komentar di sosial media, media online, serta ngobrol dengan driver taksi, sangat beragam, ada yang mendukung, ada yang menganggap saatnya refreshing dengan pergi berlibur, ada yang malah berpikir Gubernur Jakarta lebih tanggap daripada pemerintah Indonesia, dan ada yang mengeluhkan mau makan apa kalau libur selama 14 hari?
Tanggapan seperti ini sangat menarik, menurut saya, saya jadi teringat dengan perkataan dosen saya, "ketika suatu opini ataupun berita dilontarkan ke publik, maka akan ada beragam tanggapan, karena itu disesuaikan dengan tingkat pendidikan, budaya dan prinsip yang dipegang oleh masing-masing individu."
Nah, mengapa saya menyebut perlunya tanggapan yang bijaksana dari kita, selaku masyarakat?
Mari kita bahas secara politik dulu
Tanggapan pemerintah pusat dikatakan lebih lamban daripada pemerintah daerah Jakarta.
Mari kita lihat peta kembali, wilayah Jakarta jauh lebih kecil dibandingkan wilayah Indonesia. Jakarta bagian dari Indonesia.
Tentu kebijakan yang diambil bisa lebih cepat dibandingkan dengan pemerintah pusat, menurut pandangan saya. Karena lingkup yang harus dipertimbangkan lebih terbatas.
Sedangkan lingkup yang mesti dipertimbangkan pemerintah Indonesia itu lebih luas, yakni dari Sabang sampai Merauke. Yang perlu dipertimbangkan pun dari berbagai segi, yakni ekonomi, sosial dan sebagainya.
Penyampaian informasi yang dilakukan pun harus lebih dipertimbangkan matang-matang agar tidak terjadi miskomunikasi antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lain.