Selain itu, dari kegiatan memilah barang pun, saya juga mendapatkan pelajaran, yakni memilah omongan orang yang perlu saya pikirkan dan tidak perlu dipikirkan, hal apa yang perlu saya khawatirkan, dan hal apa yang saya biarkan melaju begitu saja, walaupun perih, tapi saya anggap sebagai proses belajar dalam hidup.Â
Pada akhirnya, saya merasa kalau rasa cinta pada diri saya yang sebenarnya mulai tumbuh. Saya melakukan sesuatu karena suka, dan tidak memberikan rasa stres ke diri saya sendiri dengan memilah omongan apa yang perlu ditanggapi dan kejadian apa yang perlu dikhawatirkan.
# Cinta Lingkungan Hidup
Rasa cinta ini timbul karena tanaman mampu memberikan hawa sejuk dan merilekskan pikiran pada saya. Bahkan para YouTuber minimalis pun seringkali muncul dengan tayangan banyak tanamannya, membuat mata yang melihat adem.Â
Gaya hidup minimalis ini, yang saya rasakan sendiri, mengetuk diri saya untuk peduli lingkungan. Benda-benda yang saya koleksi dan benar-benar pakai pada akhirnya semakin sedikit saja jumlahnya, bukan karena adu sedikit dengan para minimalis lain, melainkan yang saya gunakan itu benar-benar memang yang saya perlu saja.Â
Dari mengoleksi barang yang saya perlu saja dan benar-benar saya sukai bentuk, serta warnanya, menumbuhkan rasa syukur dalam diri saya. Biasa manusia, kalau punya sedikit pasti disayang-sayang. Punya banyak biasanya dibuang-buang. Hehe. Anda begitu tidak?
Nah, rasa syukurlah yang akhirnya saya mulai memperhatikan lingkungan hidup.Â
Saya mulai membuka diri memperhatikan hal lain diluar dari diri  karena saya tidak lagi disibukkan dengan pikiran harus punya A B C agar merasa bahagia dengan memiliki  barang-barang yang belum tentu saya benar-benar perlukan. Dari sinilah saya baru paham mengapa para YouTuber minimalis, background-nya harus banyak tanaman, atau terlihat mereka peduli sekali pada tanaman.Â
Saya mulai memperhatikan banyaknya penimbunan sampah yang dihasilkan oleh salah satunya saya sendiri, tanpa bisa mengolahnya lagi. Dampak dari banyaknya sampah, dan penggunaan sumber daya alam dengan tidak bijaksana sudah kita rasakan bersama-sama, yakni banjir, sekalinya panas, hawanya seperti lengket banget, kekurangan air bersih dan polusi udara. Tidak itu saja, yang saya perhatikan, saya, keluarga dan teman-teman dikantor mudah terjangkit penyakit, yang bisa jadi karena pola hidup yang kurang sehat, makanan dan udara.
Ketidak-seimbangan diri kita dan alam, bisa membawa bencana bagi diri kita sendiri. Mungkin kita bisa katakan bahwa bencana terjadi tidak lepas dari ujian Tuhan. Tapi kalau kita tarik ke belakang lagi, bisa jadi tidak, karena ulah kita sendiri lah yang tidak menjaga keseimbangan alam sekitar yang membuat kita seringkali terkena bencana.
Untuk itu, saya pun terdorong untuk turut mengurangi penimbunan sampah, kalau ada yang bisa saya akali tanpa perlu ada sampah, maka saya akan menggunakannya. Kalau tidak bisa dihindari, ya wis, mau ga mau timbul sampah. Hehe.