Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menjelajahi Makam Raja Mataram Imogiri dengan Sedikit Kemistisannya

3 Desember 2019   22:57 Diperbarui: 4 Desember 2019   23:33 2661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo, Arsitek Komplek Pemakaman Raja Mataram | Dokpri

1 Desember kemarin, saya baru tahu ada pariwisata Pemakaman Raja Mataram yang dibagi dua lokasi, yakni Pemakaman Imogiri dan Pemakaman Kota Gede. 

Tadinya saya ingin mengajak ibu saya berwisata ke tempat yang sarat akan budaya saja. Apa daya link di Google selalu menunjukkan Pemakaman Raja Mataram sebagai salah satu objek wisata yang patut dikunjungi. Masalahnya bukan apa, saya dan Ibu sama-sama takut urusan gituan. Hehe.

Tapi karena saya pikir mungkin Pemakaman Raja tersebut sedang hits, maka saya memutuskan untuk mengunjungi Pemakaman di Imogiri saja, karena saya pikir sama saja. Beberapa link yang saya baca tidak disebutkan perbedaan dari kedua pemakaman tersebut.

Cuaca sangat panas sekali, belum lagi hawa pun sangat menyengat. 

Tiba disana, kami dihampiri oleh petugas parkir, dan ditanya dengan sopan mau pemandu wisata atau tidak. Tentu kami memilih untuk ada pemandu supaya paham makna dan sejarah dari Pemakaman Para Raja Mataram.

Sang pemandu wisata yang sudah berusia agak senja menanyakan kami ingin naik tangga sejumlah 409 anak tangga atau naik ojek seharga Rp 10.000,00. Mengingat kesehatan Ibu saya dan begitu teriknya matahari, kami memilih naik ojek. 

Harga pemandu wisata pun minimal Rp 50.000, kalau mau dilebihkan tidak apa-apa.

Bercerita sedikit tentang anak tangga tersebut, ternyata ada filosofi dari sang anak tangga yang sangat Islami, dimana angka 400 artinya menghadap kiblat dengan kemiringan 45 derajat, dan 9 artinya sembilan Wali Songo.

Konon, kalau kita menaiki anak tangga dan bisa menghitungnya dengan tepat, maka permohonan kita akan dikabulkan. Dan saya baru tahu ini setelah pulang dari makam. Jadi alhasil kunjungan saya tiada permohonan. Hehe.

Nah, disana juga ada cerita bahwa ada jenazah yang dipotong menjadi 3, yakni tangga menuju Gapura Supit Urang, kemudian pada Gapura itu sendiri dan sisi kanan kolam.

Jenazah tersebut adalah Tumenggung Endranata, yang dikenal sebagai pengkhianat Mataram, dimana dia membocorkan informasi kepada VOC kala Sultan Agung sedang gencar menaklukan Jayakarta. 

Sebagai hukuman, Tumenggung Endranata pun dihukum mati dan jenazahnya dipotong menjadi 3 bagian yang akan dilalu lalang oleh orang yang lewat.

Sultan Agung ingin memberikan pelajaran sekaligus peringatan pada semua abdi kerajaan beserta masyarakat, mati secara tidak terhormat akan diberikan bagi pengkhianat kerajaan. 

Beruntung ya koruptor zaman sekarang hanya kena sanksi beberapa tahun. Hehe. 

Sesampainya depan Gapura paling depan, sang pemandu wisata mengatakan kalau kami termasuk pengunjung yang beruntung karena Kompleks Pemakaman Sultan Agung sedang dibuka. 

Akan tetapi, kompleks pemakaman Sultan Paku Buwono I - XII, dan Hamengkubuwono I-VI sedang ditutup. Yang dibuka hanya Kompleks Pemakaman Sultan Hamengkubuwono VII-IX dan Kompleks Pemakaman Sultan Agung.

Makam Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo, Arsitek Komplek Pemakaman Raja Mataram | Dokpri
Makam Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo, Arsitek Komplek Pemakaman Raja Mataram | Dokpri

Sang pemandu pun memberikan petunjuk dan cerita mengenai Sultan Pakubuwono dari XII-I. Diseberang Komplek Pemakaman Sultan Paku Buwono ada pemakaman kecil yang dibangun dengan apik.

Ternyata itu adalah pemakaman Arsitek Dalem Sultan Agung yang membangun Kompleks Pemakaman para Raja Mataram, bernama Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo (Citrokusumo). Sebagai tanda hormat, sang Arsitek dimakamkan pada pemakaman para Sultan secara terpisah.

Salah satu Komplek Pemakaman Sultan | Dokpri
Salah satu Komplek Pemakaman Sultan | Dokpri

Setiap kompleks ada nama bangunannya. Bagian sebelah kiri itu wilayah makam raja-raja Surakarta. Ada 4 kompleks pemakaman Raja Surakarta, dan masing-masing kompleks berisi 3-4 makam Sri Susuhanan (sebutan untuk Raja Surakarta).

Kemudian, berjalan terus kita akan memasuki area wilayah Makam Raja Ngayogyakarta, yang dibagi menjadi 3, masing-masing kompleks berisi 2-3 makam Sultan. 

Pemandu wisata di Kompleks Pemakaman Saptarenggo yang terdapat makam Sultan Hamengkubuwono VII-IX, dan keluarga | Dokpri
Pemandu wisata di Kompleks Pemakaman Saptarenggo yang terdapat makam Sultan Hamengkubuwono VII-IX, dan keluarga | Dokpri

Saya berkesempatan untuk memasuki komplek pemakaman Sultan Hamengkubuwono VII-IX, yang bernama Saptorenggo. Didalamnya ada 7 kuncen yang bertugas pada tiap Kompleks Pemakaman. 

Kaget bukan main, ketika melihat dalam Kompleks, astaga, tangga lagi! Ada banyak, mana terik pula mataharinya.

Saya tadinya mau mengurungkan niat untuk naik, karena kondisi kesehatan Ibu saya, eh, malah Ibu bersemangat sekali untuk naik. Ternyata beliau sangat mengagumi Sultan Hamengkubuwono IX, dan ingin sekali berziarah ke makamnya. 

Kami pun diwajibkan untuk berganti pakaian adat budaya Jawa khusus untuk rakyat yang mau menemui Raja. 

Untuk wanita, wajib memakai kemben batik dan bawahan kain panjang batik. Kalau pria, wajib memakai blangkon, baju seperti abdi dalem, dan bawahan kain panjang batik. 

Senang sekali, itu perasaan yang benar-benar saya rasakan. Pemakaian bajunya dibantu oleh dua Mbayu yang berjualan minuman dan bunga disana. 

Untuk baju dan jasa pemakaian bajunya dikenakan biaya yang terpisah. Sewa baju kalau tidak salah seharga Rp 30an ribu, kalau Mbayu-nya per orang Rp 10.000,00. 

Setelah berganti pakaian, alhamdulillah sekali, cuaca berganti menjadi mendung. Selain pakaian adat, untuk ke makam, kami juga tidak diperbolehkan pakai alas kaki.

Dan kaget sekali, ternyata batu  yang kami pijak sama sekali tidak panas. Hoho. Bagus lah, wes lancar ke atas. Kami pun menaiki tangga dan kembali ada Gapura didepannya. Kami tidak lagi diantar oleh pemandu wisata, tapi digantikan oleh kuncen.

Ketika Gapura kedua dibuka, banyak sekali pemakaman, kata sang kuncen, pemakaman tersebut adalah keluarga kerajaan, ada pangeran, selir, prajurit yang berjasa, abdi kepercayaan dan anak-anak mereka.

Prajurit yang berjasa dan abdi kepercayaan biasanya keluarga dari para Raja, kalau bukan keluarga, biasanya sulit untuk mendapatkan tempat penting di Kerajaan. Dalam pemakaman ini, kita sudah tidak bisa lagi mengambil foto, sebagai tanda penghormatan pada keluarga kerajaan.

Saya paling kasihan ketika melihat makam yang kecil-kecil, masih bayi, tapi sudah meninggal. Hiks. Kemudian saya memasuki tempat yang seperti rumah, disana disusun makam.

Bagian depan ada makam para istri Hamengkubuwono IX, karena semuanya dinikahkan secara resmi, maka makam para istri dinaungi rumah.

Bagian dalamnya ada 3 makam, makam Sultan Hamengkubuwono IX bagian sebelah kiri, Sultan Hamengkubuwono VII bagian tengah, dan Sultan Hamengkubuwono VIII bagian kanan. 

Ada kuncen lainnya yang sedang berdoa depan pemakaman Sultan Hamengkubuwono VII, ketika tahu ada yang hadir, beliau langsung berhenti. Dan mempersilahkan kami berdoa.

Awalnya kami ragu, karena takut berbeda makna "doa", kemudian kuncen pun langsung menjelaskan bahwa kami berdoalah pada Yang Mahakuasa, bukan kepada sang Raja. Merasa tenang, kami pun mulai berdoa untuk ketenangan arwah Sang Raja dengan agama masing-masing.

Kemudian sang kuncen pun menjelaskan bahwa Sultan Hamengkubuwono VII ini disebut sebagai Pangeran Kaya atau Sultan Sugih, karena pada masa pemerintahannya, ada 17 pabrik gula yang dibangun, dan tentu menambah kekayaan kerajaan.

Hal tersebut juga membantu perekonomian masyarakat saat itu. Sultan Hamengkubuwono VIII dijuluki sebagai Pangeran Pendidikan, karena saat era pemerintahan beliau, sang Sultan tidak segan mengeluarkan kocek untuk membiayai pendidikan untuk seluruh penghuni kerajaan, termasuk para pangeran. Beliau sangat mendukung pendidikan yang tinggi.

Tidak heran Sultan Hamengkubuwono IX begitu pintar dan terdidik. Nah, kalau Sultan yang ke IX ini dijuluki Pangeran Bijaksana, karena beliau sangat memperhatikan toto kromo dan perilaku masyarakatnya. 

Berdasarkan keterangan driver, Sultan Hamengkubuwono IX ini sangat merakyat, beliau sering bersepeda keliling untuk melihat rakyatnya, dan tidak ada orang yang menyadari sama sekali bahwa sang Sultan sedang berkeliling. Beliau sangat disayangi oleh warga Yogyakarta. 

Setelah selesai, kami pun mengunjungi makam Sultan Agung yang ternyata ditutup pada pukul 12.30.

Wah, saya agak takut tidak keburu, karena saat itu sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB, belum lagi ada 99 anak tangga yang harus dilalui. Namun kuncen dan pemandu wisata mengatakan kami pasti bisa sampai kesana. 

Kuncen depan Kompleks Pemakaman Sultan Agung | Dokpri
Kuncen depan Kompleks Pemakaman Sultan Agung | Dokpri

Nah dari semuanya ini yang paling menarik. 

Tanah pemakaman Sultan Agung tidak sembarang tanah, tanahnya itu berasal dari Mekkah. Tanahnya akan sangat terasa panas sekali di kaki, tapi sangat wangi harumnya. 

Tadinya Sultan Agung ingin makamnya ada di Mekkah, dekat Nabi Muhammad dimakamkan. Beliau adalah penganut agama Islam yang taat. Namun penguasa Mekkah menolak dengan halus, karena akan kasihan rakyatnya yang ingin berziarah ke makam sang Sultan kelak. 

Solusinya, Sultan Agung bisa bertapa, dan penguasa Mekkah akan "melemparkan" tanah dari Mekkah, dimana ada tanah yang wangi, maka disanalah Sultan Agung dimakamkan.Tanah tersebut jatuh di bukit yang dikenal dengan nama Giriloyo. 

Ketika menapaki kaki disana, ibu saya sangat gembira karena merasa adem. Saya? Heheh.. jangan ditanya, rasanya seperti mau melepuh kakinya! Tapi saya berusaha tenang, dan memusatkan pikiran mau cepat-cepat keatas.

Pada anak tangga mendekati makam sang Sultan, batunya sudah mulai adem, mungkin karena bagian atas agak tertutup pohon yang cukup rimbun. 

Pemakaman sang Sultan dinaungi oleh Rumah Kayu, asli! Konon katanya rumah kayu tersebut diambil dari tongkat kayu yang beliau tancapkan ke tanah untuk membantu masyarakatnya yang kekeringan.

Nahhh! Ini, disini Anda harus berhati-hati tidak boleh banyak kata dalam sini, karena saya ngebatin yang kurang baik.

Ketika memasuki area pemakaman sang Sultan yang agak gelap, saya mencium bau yang kurang sedap, maka saya langsung berkata dalam hati "Demek banget", sedangkan orang lain mencium wangi yang sangat harum.

Kami pun kembali dipersilahkan berdoa, dan aneh sekali ketika saya duduk  bersimpuh, tiba-tiba batin saya dengan sendirinya melafalkan doa yang saya sendiri tidak pernah terpikirkan, bahkan tidak akan mungkin saya doakan. 

Ketika menutup mata, ada cahaya terang yang amat sangat. Karena kaget, saya langsung membuka mata, tapi ruangan tersebut tidak seterang yang saya lihat, kembali menutup mata dan saya melihat cahaya terang kembali.

Setelah berdoa, kami diberi kesempatan mencium tanah makam Sultan Agung yang wangi satu per satu.Ibu saya mencium wangi yang sangat harum. Saya sendiri mencium bau yang kurang sedap. Tapi herannya, saya tidak lagi merasa takut.

Keluar dari sana, kami diminta untuk memasuki rumah lainnya yang isinya pemakaman Ratu Batang, Ibunda Amengkurat I. Kalau disitu ibu saya tidak mencium apa-apa, sedangkan saya mencium wangi yang sangat harum. Disana saya kembali melafalkan doa yang sama seperti depan makam sang Sultan, dan dengan sendirinya keluar begitu saja.

Karena merasa aneh, dalam hati saya memohon maaf bila salah kata. Doa tersebut baik, tapi masalahnya doa tersebut bukan saya banget.

Kemudian berlanjut ke pemakaman Amengkurat I di kompleks yang sama, tiada wangi disana, dan saya sengaja berdiam diri saja, supaya tidak berdoa yang bukan keinginan saya.

Setelah selesai, tiba-tiba hujan deras mengguyur. Kata kuncennya, sudah lama tidak hujan, akhirnya hujan juga. Wilayah disana sudah hampir kering karena musim kemarau yang panjang.

Sembari berteduh, kuncen menjelaskan, didepan gapura kedua, sebelum memasuki wilayah pemakaman para Sultan dan Ratu, ada 4 tempayan yang diberikan dari Kerajaan yang berbeda. Ada tempayan dari Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Thailand, Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Turki.

Keempat tempayan ini berisi air untuk berwudhu. Hingga kini air tersebut dipercaya sebagai air suci dan berkhasiat memberi kekuatan serta sarana pengobatan.

Tentu ada syarat kalau mau membawa air ini, yakni harus menyimpan airnya dengan baik, melafalkan Surrah Al-Fatihah dan Al-Ikhlas untuk Sultan Agung dan memberikan sumbangan seikhlasnya untuk biaya pencucian tempayan.

Tempayan ini biasanya dibersihkan setahun sekali pada hari Jumat Kliwon pada bulan Sura. Kalau tidak ada hari Jumat, maka diganti hari Selasa Kliwon.

Setelah dijelaskan, kami pun berganti pakaian dan keluar dari Kompleks Pemakaman. Pas sekali jam 12.30 WIB. Hmm.. Apa disana waktu berjalan lambat ya? Karena jelas sekali kami tidak sebentar disana, tapi setelah melihat jam, kami hanya memerlukan waktu 15 menit saja. 

Walau saya mengalami sedikit pengalaman mistis, namun secara keseluruhan saya sangat senang sekali, mungkin karena sarat akan budaya, dan pemandu wisata.

Sudah begitu, kuncennya benar-benar sangat bisa bercerita, sehingga saya bisa berimajinasi dengan baik tentang Kompleks Pemakaman ini, dan cerita dibalik terjadinya pemakaman Raja Mataram Imogiri.

Disana ada cukup banyak pengunjung, namun tidak seramai pengunjung di Keraton Yogyakarta. Mungkin kalau Anda ke Yogyakarta, bisa berkunjung kemari berziarah ke tanah makam para Sultan yang memberikan jasa dengan memberikan cikal-bakal terbentuknya Indonesia yang saat ini kita tinggali. 

Dengan mengetahui sejarahnya, kita akan semakin merasa sayang terhadap Indonesia. Yang terpenting hati-hati dalam berbicara dan berpikir, karena makam tersebut bisa dikatakan makam yang disucikan.

Referensi: wiki/Permakaman Imogiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun