Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menjelajahi Makam Raja Mataram Imogiri dengan Sedikit Kemistisannya

3 Desember 2019   22:57 Diperbarui: 4 Desember 2019   23:33 2661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo, Arsitek Komplek Pemakaman Raja Mataram | Dokpri

Ketika memasuki area pemakaman sang Sultan yang agak gelap, saya mencium bau yang kurang sedap, maka saya langsung berkata dalam hati "Demek banget", sedangkan orang lain mencium wangi yang sangat harum.

Kami pun kembali dipersilahkan berdoa, dan aneh sekali ketika saya duduk  bersimpuh, tiba-tiba batin saya dengan sendirinya melafalkan doa yang saya sendiri tidak pernah terpikirkan, bahkan tidak akan mungkin saya doakan. 

Ketika menutup mata, ada cahaya terang yang amat sangat. Karena kaget, saya langsung membuka mata, tapi ruangan tersebut tidak seterang yang saya lihat, kembali menutup mata dan saya melihat cahaya terang kembali.

Setelah berdoa, kami diberi kesempatan mencium tanah makam Sultan Agung yang wangi satu per satu.Ibu saya mencium wangi yang sangat harum. Saya sendiri mencium bau yang kurang sedap. Tapi herannya, saya tidak lagi merasa takut.

Keluar dari sana, kami diminta untuk memasuki rumah lainnya yang isinya pemakaman Ratu Batang, Ibunda Amengkurat I. Kalau disitu ibu saya tidak mencium apa-apa, sedangkan saya mencium wangi yang sangat harum. Disana saya kembali melafalkan doa yang sama seperti depan makam sang Sultan, dan dengan sendirinya keluar begitu saja.

Karena merasa aneh, dalam hati saya memohon maaf bila salah kata. Doa tersebut baik, tapi masalahnya doa tersebut bukan saya banget.

Kemudian berlanjut ke pemakaman Amengkurat I di kompleks yang sama, tiada wangi disana, dan saya sengaja berdiam diri saja, supaya tidak berdoa yang bukan keinginan saya.

Setelah selesai, tiba-tiba hujan deras mengguyur. Kata kuncennya, sudah lama tidak hujan, akhirnya hujan juga. Wilayah disana sudah hampir kering karena musim kemarau yang panjang.

Sembari berteduh, kuncen menjelaskan, didepan gapura kedua, sebelum memasuki wilayah pemakaman para Sultan dan Ratu, ada 4 tempayan yang diberikan dari Kerajaan yang berbeda. Ada tempayan dari Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Thailand, Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Turki.

Keempat tempayan ini berisi air untuk berwudhu. Hingga kini air tersebut dipercaya sebagai air suci dan berkhasiat memberi kekuatan serta sarana pengobatan.

Tentu ada syarat kalau mau membawa air ini, yakni harus menyimpan airnya dengan baik, melafalkan Surrah Al-Fatihah dan Al-Ikhlas untuk Sultan Agung dan memberikan sumbangan seikhlasnya untuk biaya pencucian tempayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun