Setelah selesai, kami pun mengunjungi makam Sultan Agung yang ternyata ditutup pada pukul 12.30.
Wah, saya agak takut tidak keburu, karena saat itu sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB, belum lagi ada 99 anak tangga yang harus dilalui. Namun kuncen dan pemandu wisata mengatakan kami pasti bisa sampai kesana.Â
Nah dari semuanya ini yang paling menarik.Â
Tanah pemakaman Sultan Agung tidak sembarang tanah, tanahnya itu berasal dari Mekkah. Tanahnya akan sangat terasa panas sekali di kaki, tapi sangat wangi harumnya.Â
Tadinya Sultan Agung ingin makamnya ada di Mekkah, dekat Nabi Muhammad dimakamkan. Beliau adalah penganut agama Islam yang taat. Namun penguasa Mekkah menolak dengan halus, karena akan kasihan rakyatnya yang ingin berziarah ke makam sang Sultan kelak.Â
Solusinya, Sultan Agung bisa bertapa, dan penguasa Mekkah akan "melemparkan" tanah dari Mekkah, dimana ada tanah yang wangi, maka disanalah Sultan Agung dimakamkan.Tanah tersebut jatuh di bukit yang dikenal dengan nama Giriloyo.Â
Ketika menapaki kaki disana, ibu saya sangat gembira karena merasa adem. Saya? Heheh.. jangan ditanya, rasanya seperti mau melepuh kakinya! Tapi saya berusaha tenang, dan memusatkan pikiran mau cepat-cepat keatas.
Pada anak tangga mendekati makam sang Sultan, batunya sudah mulai adem, mungkin karena bagian atas agak tertutup pohon yang cukup rimbun.Â
Pemakaman sang Sultan dinaungi oleh Rumah Kayu, asli! Konon katanya rumah kayu tersebut diambil dari tongkat kayu yang beliau tancapkan ke tanah untuk membantu masyarakatnya yang kekeringan.
Nahhh! Ini, disini Anda harus berhati-hati tidak boleh banyak kata dalam sini, karena saya ngebatin yang kurang baik.