Kesehatan biasanya akan benar-benar kita jaga kalau sudah sakit. Benar tidak? Hehe. Tapi itu sih pengalaman saya dan orang-orang yang berada di sekitar saya.
Tulisan ini berdasarkan pengalaman kerabat saya yang tidak memiliki kemungkinan lagi untuk sembuh total.
Sebut nama kerabat saya, Kaila. Ia seorang yang lemah sejak lahir karena lahir secara prematur, dan ibunya sendiri tidak pernah meminum vitamin ataupun obat lainnya untuk kesehatan dirinya dan bayi dalam kandungannya.Â
Akibatnya Kaila menjadi anak yang lemah dan mudah sakit, daya tangkap terhadap pelajaran pun begitu lambat, karena nutrisi pada tubuhnya kurang cukup.Â
Setelah besar dan mengenal persaingan, ia baru memahami kalau ia kalah pintar dan gaul dibandingkan kedua saudarinya. Kaila menjadi anak yang tidak percaya diri dan sangat jarang mau keluar rumah untuk bergaul.Â
Ia lebih senang dirumah, memperhatikan para saudarinya bermain, dan hanya diam ketika ada tetangga bertandang untuk mengobrol dengan ibunya, dan mulai membandingkan dirinya dengan saudarinya yang lain.Â
Kata mereka kalah pintar, kalah lincah, kalah cantik. Padahal itu bisa saja kita tidak gubris, karena topik itu adalah topik orang yang tidak punya bahan obrolan, tapi maksa mau ngobrol. Maka omongan tersebut, Kaila semakin mengurung diri dalam rumah.
Kaila bisa dibilang tidak terbiasa aktif dan lincah ketika kecil. Padahal bisa dibilang bermain dengan teman-teman walau sekedar main masak-masakan, bisa dikategorikan sebagai olahraga yang bagus untuk tubuh.Â
Ketika SMA, ia tidak mau dibandingkan lagi dengan saudarinya, maka ia mengambil jurusan yang berbeda dengan para saudarinya dan tidak mau satu sekolah dengan mereka. Jurusan IPA menjadi pilihannya untuk pengakuan diri.Â
Ia benar-benar belajar dari pagi sampai malam, hingga terkadang lupa makan. Ia juga tidak pernah memperhatikan gizi yang seharusnya ia makan selama masa pertumbuhan. Dan Kaila sendiri juga sama sekali tidak beraktivitas untuk menggerakkan badannya semasa sekolah.Â
Hal tersebut terus terjadi hingga lulus kuliah.
Setelah kelulusannya, gaya hidup Kaila semakin parah. Ia merokok untuk membuktikan dirinya juga gaul. Entah kenapa dari dulu hingga sekarang, merokok dianggap sebagai tanda seorang anak begitu gaul.Â
Tidak main-main, ia merokok hampir seperti kereta, tidak berhenti sama sekali, mau itu di luar atau dalam ruangan ber-AC. Orang tua dan saudaranya menasihatinya, tapi sama sekali tidak diindahkan. Untuknya, merokok sebagai tanda pembuktian diri.
Tidak itu saja, jam tidur pun berubah. Pagi menjadi malam, malam menjadi pagi. Kalau kata kakek saya, Kaila sudah menjadi kalong. Kakek sempat memarahi Kaila karena jam tidurnya yang tidak bagus untuk tubuhnya. Kaila tetap tidak mengindahkannya dengan alasan ia susah tidur di malam hari.
Setelah dirinya bekerja, jam tidur pun sudah baik sedikit, karena pagi kan ia harus kerja. Tapi malam harinya, jam 2 malam minimal ia baru tidur. Akibatnya kualitas tidur berkurang, dan tidak ia imbangi dengan minum vitamin ataupun makan makanan yang bergizi. Apa saja yang ada dihadapannya dimakan, dan makanan tersebut harus sarat akan lemak jenuh biasanya.Â
Takaran makanan pun tidak pernah ia pedulikan, kalau ia mau makan banyak ya makan, kalau ia lagi tidak mau makan, ya tidak makan sama sekali.
Selama masih muda, semuanya berjalan dengan baik dan sama sekali tidak ada penyakit. Memasuki usia 40 tahun, ia baru tahu kalau kadar kolesterolnya tinggi dan dia juga mengidap diabetes.Â
Tapi ia menganggap itu dikarenakan faktor keturunan, ia tidak merasa kalau gaya hidupnya juga sangat berpengaruh pada kesehatannya.
Ia tetap menjalani gaya hidupnya seperti biasa, dan tidak peduli angka-angka peringatan pada hasil cek kesehatan kolesterol dan diabetes yang begitu tinggi, dan bisa mengancam kesehatan tubuhnya.
Usia 50 tahun, diabetesnya sudah semakin parah, tubuhnya mengurus. Kaila sadar, tapi entah mengapa malah senang dengan tubuhnya yang lebih langsing dibandingkan para saudarinya. Bila orang lain memuji kelangsingan tubuhnya, ia sangat bangga sekali, padahal dibalik kelangsingan tubuhnya ada penyakit yang cukup berbahaya.
Makan tetap djaga sama sekali, juga tidak ada olahraga sama sekali. Sampai suatu hari, ia merasa pandangan matanya begitu gelap.Â
Ia pun memeriksanya ke dokter, dan dokter pun memberikan hasilnya bahwa Kaila harus siap-siap mengalami kebutaan. Sekarang sang dokter hanya bisa bantu mencegahnya dengan memberikan obat dan operasi kecil, supaya tidak terjadi kebutaan total.Â
Tapi sangat tidak disarankan untuk operasi mata, karena yang menyebabkan dirinya kurang bisa melihat adalah akibat dari diabetes, bukan dari matanya sendiri.Â
Setelah mata, beberapa bulan kemudian, terjadi komplikasi dalam tubuhnya, yang rasanya tidak bisa saya ceritakan dengan detail disini, karena begitu kasihan.Â
Namun, saya menjadi sadar betapa pentingnya kesehatan dan seharusnya dijaga sejak dini, bahkan kalau bisa sejak kecil.Â
Kita harusnya peduli pada pengetahuan tentang kesehatan sedari dulu dan tidak menganggap remeh.Â
Sebenarnya ada bagusnya, sebagian orang  mendaftar ke gym hanya untuk ikut-ikutan tren saja. Setidaknya dalam lingkup pergaulan, orang-orang tersebut bisa terpengaruh untuk menyadari gaya hidup yang sehat seperti apa, dan cara menjaga tubuhnya bagaimana.
Setidaknya mencegah diri dari penyakit yang berbahaya nantinya diusia senja. Karena kalau sudah sakit, duh, uang seberapa banyak pun benar-benar tidak akan bisa menyembuhkan penyakit yang sudah kronis.
Andai mau merubah kebiasaan, pastinya tidak semudah pada anjuran dokter, kecuali sangat niat sekali untuk sembuh. Tapi melihat dari pengalaman kerabat dan teman lainnya, sangat jarang sekali orang yang sudah sakit merubah dari kebiasaan gaya hidup yang buruk, langsung berubah 180 derajat menjadi gaya hidup yang sangat sehat. Hal tersebut memerlukan proses adaptasi yang cukup panjang.
Oleh karena itu, melihat dari pengalaman kerabat, saya baru menyadari tidak perlu menunggu sakit untuk menjaga kesehatan.Â
Pola makan dan pola hidup harus terus dijaga keseimbangannya, dan tidak boleh malas menggali informasi tentang kesehatan diri, supaya tua renta ini kita masih bisa jalan-jalan dan bersenda gurau dengan keluarga dan teman-teman, tidak meringkuk sendiri didalam rumah mengenang masa indah ketika sehat.
Begitu pula dengan diet, kita tidak bisa asal mau langsing malah jadi tidak makan atau sama sekali tidak makan nasi. Akan lebih baik kita mencari informasi diet secara benar, agar nantinya tidak menjadikan tubuh kita langsing, tapi berujung pada penyakit, yang sekali lagi, uang sebanyak apapun tidak bisa menyembuhkan penyakit yang sudah kronis.
Lebih baik kita mengeluarkan kocek yang agak besar untuk terus menjaga kesehatan kita, seperti mendaftar ke gym, membeli produk kesehatan untuk maintenance kesehatan kita (tentu bukan yang abal-abal), membeli makanan yang bergizi tinggi dan sebagainya, sebelum sakit melanda diri kita. Karena uang yang kita keluarkan ada hasilnya, yakni kesehatan tubuh yang baik.
Coba bandingkan kalau kita mengeluarkan kocek yang besar untuk menyembuhkan penyakit, hmm, sembuh meh belum tentu, belum lagi bolak-balik rumah sakit, terus meminum obat, kena suntikan dan infus terus, dan seterusnya.Â
Rasanya kita hanya menghamburkan uang, karena hasilnya belum tentu mengembalikan kesehatan tubuh kita yang prima, malah bisa jadi setelah dari dokter atau rumah sakit, kita harus bergantung pada obat demi kelangsungan hidup.
Mari kita jaga kesehatan kita tanpa harus sakit dulu, supaya terus bisa berkumpul dan tertawa berbahagia bersama dengan keluarga, kerabat dan teman.Â
Salam sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H