Tapi setelah dua tahun menjalani, tentu akan ada pasang surut dan adaptasi antara kebiasaan pasangan baru.
Lisa dan suaminya memiliki kenaikan jabatan dalam pekerjaannya masing-masing. Dan kagetnya, mereka memiliki resolusi dan goals yang harus mereka lakukan.
Semua permasalahan yang terjadi di antara keduanya, menjadi bahan tukar pikiran saat sudah tenang.
Kedua pasangan ini juga seringkali membahas tentang pekerjaan masing-masing apabila menemui kendala, jadi jawaban setiap masalah kantor  yang mereka hadapi tidak cuman, "sabar ya", "kamu tenang saja ini mungkin cobaan dari Tuhan". Mereka saling membahas secara intelektual, tanpa saling mendominasi.
Berbeda dengan Bella.
Dua tahun pernikahannya sudah mulai pasang surut mengarah ke perceraian.
Suami Bella menuntut Bella harus pintar seperti A, kemudian Bella harus cantik seperti B, dan sebagainya.
Ketika mereka belum menikah, padahal sang suami sudah ada perjanjian di rumah ibadah untuk menerima sang istri apa adanya.
Tuntutan yang suaminya lontarkan tidak berhenti disitu saja, bahkan sempat terucap kata penyesalan si suami bingung kenapa dulu bisa menikah dengan Bella.
Jahat banget sih itu... menurut saya. Suami seperti sama sekali tidak menghargai Bella.Â
Akan tetapi, dari perbedaan di atas, saya mengambil kesimpulan dan belajar, serta saya harap para wanita di Indonesia juga tidak mengandalkan kecantikan saja sebagai standar kebahagiaan hidup kita.