Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejengkelan pada Resepsionis Pusat Kebugaran

6 September 2019   12:42 Diperbarui: 6 September 2019   12:50 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pusat kebugaran | Sumber : Guesehat.com

Jujur saja, saya mau maki-maki resepsionisnya. Yang benar saja, yang mengiklankan harga promo itu siapa, kalau tidak ikhlas memberikan harga promo, ya tidak perlu memberikan promo, walau saya membayar hanya empat ratus ribu rupiah, tetap saja itu uang yang saya hasilkan dari pagi sampai malam bekerja selama sebulan.

Saya berusaha menenangkan diri sebelum menjawab, dan saya mengatakan pada resepsionisnya, "Nanti saya hubungi lagi, ya, Mba". Kalau saya lanjutkan percakapannya, saya tahu saya pasti akan memaki-maki resepsionisnya.

Setelah tenang, saya kembali menelepon resepsionisnya, dan mengatakan "Mba, Senin depan ada jadwal orang lain, ga, di jam 8 pagi?", kemudian resepsionisnya menjawab, "Belum ada, Kak". Kemudian saya mengatakan, "Saya daftar di jam 8 pagi, ya, tolong jangan diberikan pada orang lain, karena saya juga membayar kan ya Mba, bukan saya yang mengemis harga promo lho, Mba. Bisa?" Dan resepsionis pun mengatakan bisa dan meminta maaf untuk jadwal pergeseran jam secara tiba-tiba.

Namun hari Senin yang sudah dijadwalkan, saya tidak bisa datang karena sakit demam. Dan saya pun memberitahukan sang resepsionis melalui WhatsApp. Resepsionis tersebut saya lihat sudah membaca pesan tersebut, tapi sama sekali tidak dibalas.

Masa bulan promo pun sudah habis, jadinya saya hanya memakai promo pusat kebugaran tersebut sekali saja. Tapi sama sekali tidak ada itikad baik dari pihak pusat kebugaran tersebut untuk bertanya lagi kapan bisa atur jadwal ulang, sebelum bulan promo itu habis.

Selang dua atau tiga bulan kemudian, resepsionis tersebut mengirim WhatsApp menanyakan saya mau melanjutkan member atau tidak, karena sedang ada promo sebulan dua ratus ribu. Karena masih kesal, saya hanya menjawab, "Tidak Mba, terima kasih, nanti jadwal saya digonta-ganti sesuka hati seperti waktu lalu,", kemudian memblokir nomor tersebut. 

Dan memang saya tidak berminat lagi datang ke sana.

Kalau menurut saya pribadi, karena sudah beberapa kali memperhatikan orang-orang yang emosi sebagai pihak penjual ataupun pembeli, akan selalu berusaha menjaga ketenangan ketika emosi. Apalagi saya adalah tipe yang semakin emosi, pasti nada suara saya tidak beraturan. Saya ingin orang yang melakukan kesalahan ini tahu dengan jelas letak kesalahannya, dan apa yang membuat saya marah.

Saya mempelajari ketika  kita melontarkan kalimat yang sarat akan emosi saat itu juga, biasanya pihak yang melayani itu menganggap kita gila dan marah tanpa sebab, dia tidah paham kesalahannya, dan bahkan bisa jadi dia malah bisa memutarbalikkan fakta. Karena orang cenderung membela orang yang terlihat "kalah", tapi berusaha tenang. Bahkan bisa jadi malah menyerang kita.

Berbeda ketika kita mengeluhkan permasalahan kita dengan tenang dan berbahasa yang teratur, orang yang melakukan kesalahan tersebut akan paham salahnya dimana, tidak bisa berkelit atau beralasan atas kesalahannya dan dia tidak bisa memutarbalikkan fakta ketika atasannya meminta penjelasan.

Salam hangat :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun