Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mitos (Saat Kecil) Tidak Dipercaya, Tapi Kok Nyata?

29 Agustus 2019   23:22 Diperbarui: 30 Agustus 2019   00:36 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidur saat Maghrib, itu selalu dilarang ketika saya masih kecil. 

Katanya, banyak yang "keluyuran" kalau sudah Maghrib, nanti saya bisa "dibawa" kalau sampai tidur, karena tidur itu memposisikan kita dalam keadaan tidak sadar. Cerita tentang hantu yang memakan anak kecil pun diceritakan membuat saya ketakutan dan tidak berani tidur saat Maghrib. 

Kalau orang dewasa, tidak apa-apa tidur di saat Maghrib, karena sudah besar, bisa menjaga diri. Hati saya sebagai anak kecil berkata, "Enak ya orang gede, pengen cepet-cepet gede". Tapi ketika saya melihat bayi yang baru lahir tidur saat Maghrib, baik-baik saja, tiba-tiba pikiran saya berubah, "Wah dikibulin ini meh."

Sampai suatu hari mitos tidur tidak boleh saat Maghrib pun terbukti benar adanya. Mungkin ini karma karena curiga pada perkataan orang tua, makanya ditunjukkan bahwa saya tidak dikibuli. Hehe.

Saat itu saya menginap di rumah saudara saya. Saudara saya ini seumuran dengan saya kala itu sekitar 12 tahun kalau tidak salah. Ia berkulit sawo matang, berambut seperti mangkok, dan tinggi langsing. 

Karena ada urusan, Kakek mengajak saudara saya ke kantornya dari pagi. Saya dirumah bersama adik, ayah dan nenek.

Sorenya, saya dan adik bermain game nitendo di ruang keluarga. Ayah saya duduk selonjor di sofa. Posisi beliau ada dibelakang kami. Tidak lama kami bermain, terdengar suara dengkuran ayah.

Adik segera membangunkan ayah karena Adzan Maghrib sudah terdengar. Ayah bangun sebentar, kemudian memarahi adik, dan melanjutkan tidur. Saya dan adik jadinya langsung kembali bermain game.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah. Pintu tersebut posisinya tidak jauh dari ruang keluarga. Disebelah pintu ada jendela besar, jadi kita bisa mengintip siapa yang datang sebelum membuka pintu. Ketukan kedua pun terdengar, dan ada suara panggilan "Sssttt..". Saya segera menghampiri pintu tersebut, dan mengintip siapa yang mengetuk.

Kaget sekali tiba-tiba melihat wajah saudara saya menempel di jendela. Saya pun tertawa menutupi kaget dan segera membuka pintu. Adik saya yang juga melihatnya juga ikut menyambut saudara saya.

Ketika saya membuka pintu, saudara saya lari dan tiba-tiba menghilang. "Cepat sekali hilangnya", itu yang ada di pikiran saya. Adik saya pun juga bertanya kemana saudara saya.

Dan saya mengingat-ingat kulit saudara saya, kenapa baru pergi sehari sudah langsung hitam legam, dan lebih tinggi lagi? Tapi untuk bentuk rambut masih sama seperti mangkok. 

Akhirnya saya dan adik kembali masuk dan menanyakan keberadaan saudara kami kepada nenek. Nenek bilang kalau saudara kami belum pulang. Saya dan adik tentu tidak percaya, karena kami melihat sendiri saudara saya itu sudah pulang. 

Sekitar pukul 19.00, ternyata saudara saya baru pulang bersama Kakek. Kami bertanya pada saudara sebenarnya pulang jam berapa, kok bisa tahu-tahu menghilang? Saudara saya sampai bersumpah kalau dia baru pulang. 

Kakek yang mendengar pertanyaan kami, bertanya "Papamu tidur ya?", saya pun mengiyakan. Tidak lama kakek saya menelepon guru Ngaji untuk datang mengajar saudara saya. Kakek juga meminta saya dan adik ikut mendengarkan. Kemudian beliau membangunkan ayah, dan pergi shalat.

Masih penasaran... saya bertanya lagi pada saudara saya, dan kami pun akhirnya bergosip, sampai mengambil kesimpulan, yang saya lihat itu hantu. 

Bulu kuduk benar-benar merinding, sampai saya tidak bisa tidur. 

Sekitar pukul 01.00 dini hari, saya masih bermain game bersama ayah. Adik dan anggota keluarga lainnya sudah tidur. Tiba-tiba ada suara yang memanggil saya dari luar pintu rumah, dan suaranya sangat mirip saudara saya itu.

Saya sempat bingung, tidak mungkin saudara saya tengah malam ada di luar pintu rumah. Ayah yang ternyata juga mendengarnya, memberi isyarat untuk tidak menyahut.

Tidak lama saya disuruh tidur, sambil didoakan ayah saya. 

Esok paginya, ayah saya menasihati untuk tidak menyahut kalau ada yang "memanggil" seperti kemarin, karena kalau saya sampai menyahut, saya bisa "dibawa". Karena merasa seru, saya menceritakan lagi kepada saudara saya tentang kejadian semalam. Nenek pun ikut nimbrung mendengarkan.

Entah ingin menakut-nakuti atau bagaimana, nenek akhirnya bercerita kalau rumah tersebut memang bekas kuburan, dan memang sering terjadi hal yang seperti saya alami.

Yakin dan pasti, saya langsung minta ayah untuk kembali ke rumah kami, dan tidak pernah lagi saya menginap di rumah saudara saya. 

Saat itu saya menarik kesimpulan, hantu sepertinya senang dengan anak kecil, karena mau tidur yang anak kecil atau dewasa, tetap saja yang disamperin yang kecil. Hiks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun