Dan saya mengingat-ingat kulit saudara saya, kenapa baru pergi sehari sudah langsung hitam legam, dan lebih tinggi lagi? Tapi untuk bentuk rambut masih sama seperti mangkok.Â
Akhirnya saya dan adik kembali masuk dan menanyakan keberadaan saudara kami kepada nenek. Nenek bilang kalau saudara kami belum pulang. Saya dan adik tentu tidak percaya, karena kami melihat sendiri saudara saya itu sudah pulang.Â
Sekitar pukul 19.00, ternyata saudara saya baru pulang bersama Kakek. Kami bertanya pada saudara sebenarnya pulang jam berapa, kok bisa tahu-tahu menghilang? Saudara saya sampai bersumpah kalau dia baru pulang.Â
Kakek yang mendengar pertanyaan kami, bertanya "Papamu tidur ya?", saya pun mengiyakan. Tidak lama kakek saya menelepon guru Ngaji untuk datang mengajar saudara saya. Kakek juga meminta saya dan adik ikut mendengarkan. Kemudian beliau membangunkan ayah, dan pergi shalat.
Masih penasaran... saya bertanya lagi pada saudara saya, dan kami pun akhirnya bergosip, sampai mengambil kesimpulan, yang saya lihat itu hantu.Â
Bulu kuduk benar-benar merinding, sampai saya tidak bisa tidur.Â
Sekitar pukul 01.00 dini hari, saya masih bermain game bersama ayah. Adik dan anggota keluarga lainnya sudah tidur. Tiba-tiba ada suara yang memanggil saya dari luar pintu rumah, dan suaranya sangat mirip saudara saya itu.
Saya sempat bingung, tidak mungkin saudara saya tengah malam ada di luar pintu rumah. Ayah yang ternyata juga mendengarnya, memberi isyarat untuk tidak menyahut.
Tidak lama saya disuruh tidur, sambil didoakan ayah saya.Â
Esok paginya, ayah saya menasihati untuk tidak menyahut kalau ada yang "memanggil" seperti kemarin, karena kalau saya sampai menyahut, saya bisa "dibawa". Karena merasa seru, saya menceritakan lagi kepada saudara saya tentang kejadian semalam. Nenek pun ikut nimbrung mendengarkan.
Entah ingin menakut-nakuti atau bagaimana, nenek akhirnya bercerita kalau rumah tersebut memang bekas kuburan, dan memang sering terjadi hal yang seperti saya alami.