Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kreativitas Para Aransemen Lagu Amatir

29 Agustus 2019   14:22 Diperbarui: 29 Agustus 2019   14:23 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat waktu itu saya masih ada kelas seni menyanyi. Kami sekelas diharuskan membentuk kelompok, kemudian mengaransemen lagu daerah.

Saat saya duduk di kelas SMA, tentu lagu daerah bukanlah lagu favorit. Lagu Mandarin dan Barat saat itu sedang hits di era kami. Walaupun kami tahu lirik-lirik lagu daerah, dikarenakan guru kami sedari SD selalu meminta kami untuk menghafal lagu daerah, dan setiap minggu, secara bergiliran kami harus menyanyi lagu-lagu daerah di depan kelas. 

Tetapi, ketidaksukaan kami pada lagu daerah berubah, ketika kami diharuskan untuk mengaransemen lagu daerah.

Di kelompok saya, ada dua orang teman yang memang sangat berbakat pada bidang musik. Mereka berdua yang mengatur masing-masing orang berada pada level nada suara yang mana. Saya termasuk yang tidak bisa menyanyi, karena itu saya mendapat jatah untuk teriak "Hey.. hey", dan membuat nada sahutan ketika akhir nada, sembari menepuk tangan.

Yamko Rambe Yamko, itulah yang kami nyanyikan. 

Setelah sudah di aransemen oleh kedua teman saya tersebut, saya kaget sekali ternyata Yamko Rambe Yamko sangat enak sekali didengar, dan dinyanyikannya pun menciptakan rasa semangat.  Walau saya tidak tahu arti dari lagu tersebut, dan hanya kedapatan jatah "Hey hey" dan sahutan nada akhir saja. 

Ketika kami menyanyikan lagu tersebut, teman-teman sekelas tidak bisa menahan diri untuk ikutan menyanyikan lagu tersebut. Menularkan semangat dan keceriaan.

Kemudian, setelah kelompok saya, ada kelompok lain yang menyanyikan lagu Ampar-Ampar Pisang. 

Dibuka dengan teriakan "Heyy.. heya..e.. yae..", kemudian dilanjutkan lirik lagu daerah tersebut dengan kreativitas aransemennya. Dan lagi, kami sekelas tidak bisa menahan diri untuk ikut bernyanyi. Karena nadanya sangat enak didengar dan memberi semangat. Malah rasanya ingin sekali bermain permainan Ampar-Ampar Pisang kala itu. 

Rasa Sayange, juga diaransemen oleh kelompok lagu lain. Ketukan nadanya membuat kami teringat pada gerakan Senam Kesehatan Jasmani (SKJ), yang harus kami lakukan setiap minggunya dulu. Tentu kami pun ikut menyanyikannya dengan riang gembira.

Tidak terasa bell sekolah sudah berbunyi, guru kesenian menanyakan pada kami mau melanjutkan atau istirahat ditunda. Kami memilih untuk melanjutkan.

Kelompok berikutnya menyanyikan lagu "Jali-Jali", guru kesenian saya mengizinkan anak kelas lain yang sedang beristirahat untuk masuk kelas kami menonton aransemen lagu kelompok yang sedang menyanyi. Awalnya kelompok tersebut malu sekali karena harus ditonton banyak orang, tapi guru saya bilang kalau nilainya akan diberi tambahan bila berani tampil depan orang banyak. 

Akhirnya lagu aransemen Jali-Jali didendangkan dengan tarian Yapong ala anak SMA. Masih kaku, tapi untuk seru-seruan saja. Secara naluriah, yang menonton pun ikut bernyanyi disesuaikan dengan ketukan aransemen kelompok tersebut.

"Ini Dia Si Jali-Jali... 

Lagunya enak, lagunya enak, enak sekali......."

Meja dan bangku segera kami singkirkan, ikut berjoged bersama kelompok tersebut.

Saya tidak tahu guru tersebut akhirnya memberi nilai setiap kelompok berapa, saya dan teman-teman pun lupa karena terlalu asyik ikut bernyanyi lagu daerah yang sudah diaransemen dengan sangat baik. 

Guru kesenian memuji kami semua.

Minggu depannya, guru kesenian meminta kelas kami untuk mengaransemen lagu daerah dan harus tampil setelah upacara bendera. Kami jelas agak keberatan, karena harus ditonton begitu banyak orang. Tapi kami diberi iming-iming ditraktir makan satu kelas. Namanya anak remaja, atau entah kami terlalu mudah disuap, akhirnya kami setuju tampil.

Teman-teman kami yang berbakat pada masing-masing kelompok kemarin berkumpul dan berdiskusi untuk kembali mengaransemen lagu. Guru kesenian menambahkan anak kelas lain yang bisa bermain musik, supaya bekerja sama. Dan setelah itu, pembagian suara pun dilakukan. Kami pun latihan 3 lagu daerah selama seminggu.

Lagu yang dinyanyikan Soleram, Ayo Mama, Tokecang. Alat musik yang digunakan ala kadarnya galon, botol yang diisi pasir, gitar dan keyboard piano. Lagu-lagu yang kami nyanyikan diiringi dengan tarian ala kadarnya.

Ditengah panas teriknya usai upacara, kami pun tampil sambil berusaha bersemangat. Kami sangat grogi sekali kala itu. 

Guru agama kami tiba-tiba menghampiri dan mengatakan kalau kami tampil dengan bagus, ujian praktek seni minimal 8. Memang tipe anak yang mudah disuap, kami pun senang sekali, dan tampil dengan sangat ceria dan bersemangat. 

Kepala sekolah, guru yang hadir dan murid-murid disana ikut tertawa dan menyanyi lagu-lagu daerah yang kami nyanyikan. Tentu hal ini berkat teman-teman saya yang sangat berbakat musik dan bimbingan, serta dukungan dari guru kesenian dan guru-guru lainnya. 

Sejak saat itu, lagu daerah yang diaransemen selalu dijadikan bahan ujian. Kami baru sadar bahwa lagu daerah yang kami anggap kuno dan, maaf, kampungan, kalau bisa diaransemen dan disesuaikan dengan zaman, lagu daerah kita tidak kalah menarik dengan lagu-lagu dari negara asing. 

Mungkin ada baiknya, dimulai dari sekolah dulu, guru-guru kesenian misalnya, menggalakkan untuk membuat kreativitas pada lagu daerah. Apalagi generasi sekarang ini semakin senang pada sesuatu yang berbau kreativitas. Lagu daerah adalah sebuah seni, dan tentu bisa dikreativitaskan. Dengan begitu, generasi sekarang juga akan sadar seperti generasi kami dulu, bahwa lagu daerah itu sangat menarik.

Seperti video yang pernah viral, dimana The Resonanz, salah satu kelompok paduan suara menyanyikan lagu daerah Papua, "Yamko Rambe Yamko", dan berhasil menyabet juara dunia di Italia. Kelompok tersebut dinyanyikan oleh anak-anak sekitar umur 9-17 tahun. Karena kreativitas mengaransemen lagu tersebut, dan dinyanyikan dengan kebanggaan pada budaya negara yang begitu totalitas, membuat lagu daerah semakin menarik didengar. 

Mari mengaransemen lagu daerah :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun