Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ajakan untuk Jernih Berkomentar

27 Agustus 2019   14:43 Diperbarui: 27 Agustus 2019   14:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadinya saya mau ikutan nulis di topik pilihan mengenai urgensi pemindahan ibukota. Sembari makan siang, saya membaca berita Kompas.com mengenai pemindahan ibukota terlebih dahulu. Pada akhir bacaan, tiba-tiba saya salah fokus, karena ada tulisan "Dapatkan hadiah utama Smartphone setiap bulan dan voucher setiap minggunya, dengan berkomentar di artikel ini!" - tentu ada syarat dan ketentuan yang berlaku. 

Karena saya lebih penasaran pada hadiahnya, kemudian, saya klik link syarat dan ketentuannya, dan setelah membacanya saya benar-benar merasa bangga sekali ketika sudah banyak orang yang cukup prihatin pada para netizen yang seringkali memberikan komentar pedas dan kasar, Kompas.com turut serta membantu mendidik secara tidak langsung para netizen Indonesia untuk lebih sopan dalam memberikan komentar. 

Syarat dan ketentuan yang membuat saya tertarik sampai ingin menulis ini, antara lain hanya bisa diikuti oleh warga negara Indonesia, dan komentar yang dipilih tidak mengandung unsur SARA. Mekanisme yang juga membuat saya tertarik adalah peserta dapat menulis komentar sebanyak-banyaknya di kolom komentar setiap artikel Kompas.com.

Menurut saya, hal ini sangatlah kreatif sekali. Masyarakat kita sangat menyukai yang namanya hadiah, termasuk saya. Dengan adanya iming-iming hadiah, kita akan bersemangat membaca artikelnya dulu, kemudian berkomentar dengan sopan dan bijak. 

Apalagi diizinkan untuk berkomentar sebanyak-banyaknya, maka secara tidak langsung, mengajak kita untuk membiasakan diri agar kecepatan jari dan emosi yang timbul akibat membaca berita bisa sinkron dengan akal sehat kita untuk tidak menyinggung orang lain dengan membawa-bawa SARA.

Seperti di Kompasiana, saya dan para kompasianer tentu semakin bersemangat sekali menulis karena adanya K-Rewards dan blog competition. Dengan begitu, ide-ide dalam menulis bisa lebih muncul, karena ada "pancingan". Semoga dengan kampanye berhadiah yang bertagar jernih berkomentar, bisa menggairahkan masyarakat Indonesia untuk berkomentar secara bijak dalam menyatakan setuju ataupun tidak setuju terhadap suatu pemberitaan, dan yang terpenting berkeinginan membaca konten artikel terlebih dahulu, sebelum berkomentar.

Tadi pagi, ketika saya mengecek Instagram Story, juga ada salah satu influencer yang kurang lebih mengatakan kalau kita harus terbiasa untuk mengerti dulu duduk permasalahannya baru berkomentar. Dan itu ditulis dengan lucu, tapi cukup mengena. 

Negara kita, maaf saja, menurut saya saat ini sedang krisis sikap dalam hal berkomentar di media sosial. Banyak yang bijaksana dalam berkomentar, tapi tidak sedikit netizen yang mudah mencela orang lain di media sosial. Misalkan kasus Dian Nitami yang dikatai salah satu netizen, merasa tersinggung netizen sampai harus diselesaikan dengan terbuka kalau tidak akan masuk ke ranah hukum. Kemudian ada Sarwendah yang juga dikata-katai oleh netizen yang mengatakan bahwa dirinya pamer, ada Shandy Aulia juga yang dibuat berang oleh komentar netizen yang tidak sopan, dan masih banyak lagi.

Ada juga remaja yang sampai bertengkar secara fisik karena dipicu oleh komentar yang kurang mengenakkan di media sosial. Contohnya, seperti kasus Audrey waktu lalu. 

Pemberitaan politik waktu silam, juga sempat memicu panasnya suasana dengan banyaknya komentar-komentar pedas yang kurang mengenakkan ketika dibaca, yang akhirnya berujung pada keributan di sosial media. 

Dan yang mirisnya, ada beberapa orang yang tadinya sempat saya kagumi karena tulisan-tulisannya tentang politik sangat bagus dan lucu, analisisnya juga sangat tajam, malah seperti provokator ketika keadaan masyarakat sudah lumayan tenang setelah pemilu waktu lalu. Hal ini memicu orang yang kontra berkomentar pedas semakin liar, dan akhirnya yang pro dan kontra saling berselisih pendapat, dan ujung-ujungnya karena tidak ada pernyataan logis lagi, saling mengutuk satu sama lain. 

Padahal kita semua memiliki kebebasan dalam memilih kandidat, dan itu tidak perlu dibawa-bawa sampai masuk ke emosi pribadi. Buktinya saja, orang-orang yang kita dukung saat itu, sekarang sudah berjabat tangan dengan senyum damai. Jadi komentar dengan kutuk-mengutuk sampai membawa-bawa SARA tidak perlu dilakukan, karena tidak akan membawa kepuasan emosi apapun. 

Dengan adanya kampanye Jernih Berkomentar, serta adanya ajakan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat untuk juga jernih berkomentar bisa memberikan edukasi dan efek positif pada netizen untuk lebih bijaksana dalam berkomentar dan membaca dulu konten yang akan dikomentari. 

Dan semoga semakin banyak juga pihak-pihak yang berkampanye kreatif seperti ini, sehingga banyak orang yang lebih tertarik untuk berkomentar dengan kepala dingin, daripada emosi semata. Serta, semakin memiliki keinginan untuk menikmati isi dari artikel ataupun video yang dimuat terlebih dahulu, baru memberikan kesimpulan dengan komentar bijak. 

Tidak perlu menunggu pemerintah untuk membuat negara ini semakin maju :)

Maju Netizen Indonesia! Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun