Dan yang mirisnya, ada beberapa orang yang tadinya sempat saya kagumi karena tulisan-tulisannya tentang politik sangat bagus dan lucu, analisisnya juga sangat tajam, malah seperti provokator ketika keadaan masyarakat sudah lumayan tenang setelah pemilu waktu lalu. Hal ini memicu orang yang kontra berkomentar pedas semakin liar, dan akhirnya yang pro dan kontra saling berselisih pendapat, dan ujung-ujungnya karena tidak ada pernyataan logis lagi, saling mengutuk satu sama lain.Â
Padahal kita semua memiliki kebebasan dalam memilih kandidat, dan itu tidak perlu dibawa-bawa sampai masuk ke emosi pribadi. Buktinya saja, orang-orang yang kita dukung saat itu, sekarang sudah berjabat tangan dengan senyum damai. Jadi komentar dengan kutuk-mengutuk sampai membawa-bawa SARA tidak perlu dilakukan, karena tidak akan membawa kepuasan emosi apapun.Â
Dengan adanya kampanye Jernih Berkomentar, serta adanya ajakan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat untuk juga jernih berkomentar bisa memberikan edukasi dan efek positif pada netizen untuk lebih bijaksana dalam berkomentar dan membaca dulu konten yang akan dikomentari.Â
Dan semoga semakin banyak juga pihak-pihak yang berkampanye kreatif seperti ini, sehingga banyak orang yang lebih tertarik untuk berkomentar dengan kepala dingin, daripada emosi semata. Serta, semakin memiliki keinginan untuk menikmati isi dari artikel ataupun video yang dimuat terlebih dahulu, baru memberikan kesimpulan dengan komentar bijak.Â
Tidak perlu menunggu pemerintah untuk membuat negara ini semakin maju :)
Maju Netizen Indonesia! Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H