Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Penghasilan Tinggi Diberikan Hanya Berdasarkan Gelar?

27 Juli 2019   12:57 Diperbarui: 27 Juli 2019   13:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pintaria.com

Sebenarnya tidak salah teman saya sudah lulus S1 itu berpikir seperti itu, untuk kuliah saja, keluar biayanya sudah berapa. Ia sendiri sengaja memilih universitas yang ternama, karena peluang masa depannya yang cukup tinggi. Kebetulan universitas tempat ia mengenyam pendidikan sudah terkenal, dan ada anggapan bahwa kalau masuk universitas tersebut, pasti perusahaan akan menerimanya dengan tangan terbuka, dan gajinya pun lumayan menggiurkan.

Melihat perbedaan penghasilan, kinerja, dan penghargaan perusahaan terhadap kinerja seseorang, saya terkadang ingin mengajukan pertanyaan, mengapa perusahaan tidak memberikan penghasilan sesuai dengan kinerja seseorang? 

Memang tidak salah, biasanya pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang sudah memiliki gelar sarjana, lebih banyak, dan tidak perlu diberikan banyak arahan lagi ketika bekerja. Tapi bukan berarti mereka tidak perlu belajar lagi. Terkadang apa yang diajarkan pada teori, belum tentu sesuai dengan praktek di lapangan. Belum lagi, tidak semua orang yang memiliki gelar sarjana benar memiliki kompetensi yang mumpuni, karena pengetahuan yang mereka dapatkan selama kuliah belum tentu masih "nyantol", sehingga ketika praktek di lapangan pun sepertinya hasil kinerjanya kurang memuaskan.

Ada sebagian sarjana yang memang mumpuni dan patut diberikan gaji yang bagus, tapi ada juga sebagian sarjana yang sepertinya memberikan kontribusi yang dibawah standar untuk perusahaan, gajinya yang diberikan, saya nilai kurang sesuai dengan hasil kerjanya.

Sedangkan orang yang belum mendapatkan gelar sarjana, bisa jadi jauh lebih bisa beradaptasi, lebih cepat dalam mempelajari hal baru, dan rasa berusahanya jauh lebih tinggi. Dan itu saya lihat dalam diri sebagian orang yang belum mendapatkan gelar sarjana.

Kesempatan untuk meraih masa depan yang cerah dengan bekerja di perusahaan yang bonafit, sepertinya agak terbatas untuk orang-orang yang sebenarnya sangat cerdas, namun memiliki keterbatasan ekonomi untuk melanjutkan pendidikannya meraih gelar sarjana.

Dalam khayalan saya sendiri, ketika nanti saya bisa mendirikan sebuah perusahaan, setelah selesai masa percobaan seorang karyawan, maka saya akan memberikan gaji yang sesuai dengan kinerja, sikap dan perilaku, bukan lagi berdasarkan gelar. Karena menurut saya, gelar sarjana tidak terlalu menjamin seseorang itu benar memiliki kecakapan dalam pengetahuan, dan daya pikir layaknya sarjana, serta memiliki sikap dan perilaku yang memberikan kontribusi perusahaan akan menjadi maju. 

Ngayal boleh toh.. hehe  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun