Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Penghasilan Tinggi Diberikan Hanya Berdasarkan Gelar?

27 Juli 2019   12:57 Diperbarui: 27 Juli 2019   13:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pintaria.com

Ketika kendaraan saya berhenti di lampu lalu lintas, saya melihat dua gadis kecil kakak beradik menyeka keringat berjualan tisu. Saya sering melihat mereka disana setiap akhir minggu dan liburan sekolah. 

Ditengah kemacetan, saya sering memperhatikan mereka berdua. Apabila lampu sudah akan hijau, kedua kakak beradik itu akan ke pinggir, markas mereka, sembari menghitung uang, terkadang membaca buku. Bila lampu merah kembali menyala, mereka akan kembali mengelilingi mobil-mobil. Kalau ada yang membeli tisunya, para gadis itu akan memberikan senyuman polos ala anak kecil.

Saya tiba-tiba berpikir, mereka berusaha sedemikian rupa, saya bertanya-tanya apabila mereka sudah besar nanti, dan tidak mengenyam pendidikan tinggi, apakah mereka bisa bekerja di perusahaan bonafit?

Sepertinya itu khayalan saya saja.

Teringat kisah teman kerja saya dulu. Ia hanya lulusan SMP, tapi saya mengakui daya tangkap ia sangat cepat dan rasa mau belajarnya sangatlah tinggi. Datang ke tempat kerja dengan bahasa Inggris yang ala kadarnya, dalam waktu beberapa bulan, bahasa Inggrisnya sangat fasih. Kala itu, saya bekerja di tempat yang membutuhkan kelancaran berbahasa Inggris.

Pembukuan tempat saya bekerja pun bisa dikuasainya dalam waktu hanya beberapa minggu, bahkan dalam bulan ke tiga, ia bekerja, ia dipercaya untuk mengurus pembukuan. Teman saya pun sangat rajin membantu teman kerja lainnya, dan ia tidak pernah perhitungan pada jam kerja. Teman saya merasa bahwa disinilah tempat ia belajar, sekaligus ia ingin mengumpulkan uang untuk bisa melanjutkan pendidikan lagi.

Dengan keinginan belajar yang tinggi, penguasaan pekerjaan yang sangat cepat, dan kerajinannya, ia hanya dihargai tidak sampai gaji UMR saat itu. Alasannya, karena ia lulusan SMP. Kenaikan gaji pun hanya diterima sedikit, alasannya pun sama, tingkat pendidikannya yang terbilang belum memenuhi kriteria.

Berbeda dengan teman kerja saya lain yang lulusan perguruan tinggi dengan kemampuan verbal yang bahasa Inggrisnya sudah cas cis cus ces cos.  Gajinya diatas UMR. Pekerjaan yang dilakukannya hanya berdasarkan jobdesk saja, lewat dari itu, ia tidak mau. Saya memakluminya, karena saya sering mendengar kata orang bahwa bekerja jangan diluar dari jobdesk karena perusahaan malah akan memanfaatkannya tanpa memberikan gaji yang sesuai dengan kinerja.

Lebih dari tiga bulan bekerja, teman kerja yang sudah lulus Strata 1 tersebut memperlihatkan kinerjanya yang kurang maksimal. Ia lebih sering berleha-leha kalau dianggap pekerjaannya sudah selesai. Ia pun lebih sering mengeluh gaji yang didapatnya tidak terlalu tinggi, tidak sesuai dengan title-nya yang sudah Strata 1. 

Gajinya waktu itu sudah tahap lebih banyak sedikit dari UMR, tapi menurut bocoran, gajinya tidak bertambah karena kinerjanya yang kurang maksimal. Namun tempat kerja masih membutuhkan teman saya tersebut, karena klien lebih senang dengan orang yang berpenampilan kompeten, dan lulusan sarjana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun