Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sensasi Hiruk Pikuk Jakarta dan Sejarahnya

22 Juni 2019   11:51 Diperbarui: 22 Juni 2019   16:15 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : TheJakartaPost.com

Tahun 1949, Jakarta dipilih menjadi ibukota negara Indonesia karena keadaan darurat. Yogyakarta, yang saat itu dijadikan ibukota negara, dikuasai Belanda. Presiden, Wakil Presiden dan sejumlah anggota kabinet ditangkap oleh Belanda, kemudian Belanda mengumumkan bahwa Republik Indonesia tidak ada. Kala itu Yogyakarta benar-benar dalam keadaan genting sekali.

Namun kekuasaan Belanda tidak bertahan lama, Presiden Soekarno, dibantu oleh India, mendapatkan dukungan dari sejumlah negara internasional, mereka protes dan mengkritik keras aksi yang dilakukan oleh Belanda. 

Karena tidak adanya dukungan dari negara lain, Belanda pada akhirnya menyerahkan kembali kedaulatan negara Indonesia dalam perjanjian Rum Royen.

Jakarta pada saat itu sebenarnya masih dalam pertimbangan akan terus menjadi ibukota atau tidak, karena ada beberapa tempat lainnya yang dilirik sebagai ibukota. 

Namun tahun 1964, Presiden Soekarno menetapkan Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, karena Jakarta adalah kota yang efisien, semangat rakyatnya berkobar-kobar, menyala dan revolusioner dari awal Proklamasi, Trikora hingga Dwikora.

Dari kilas balik ini, terlihat kan, Jakarta sudah banyak hiruk pikuk dari zaman dahulu, jadi tidak aneh bila hiruk pikuk ini tetap ada sampai sekarang, hanya saja sekarang ini, enaknya, kita sudah merasakan sendiri nikmatnya hiruk pikuk Jakarta sebagai ibukota negara milik kita sendiri, bukan lagi sebagai negara jajahan. Selain itu, menurut pandangan saya, silahturahmi dan rasa gotong royong kita secara tidak langsung masih terjaga karena hiruk pikuknya Jakarta.

Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun, Jakarta!

Walau ke depannya nanti, mungkin bisa jadi bukan lagi sebagai ibukota negara lagi, tapi usiamu yang sudah 492 tahun lamanya, hampir mencapai 1 abad, sangat menorehkan segala keindahan sejarah yang penuh perjuangan bagi rakyat Indonesia.

Salam Persatuan

Referensi :

Habib, Zaimul Haq Elfan (2018, 22 Juni). Prahara Sunda Kelapa, Fatahillah dan Kontroversi Sejarah Jayakarta. Diakses tanggal 22 Juni 2019 dari Merahputih.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun