Apabila nyinyiran dan hujatan di sosial media adalah suatu kekeliruan yang tidak disengaja, saya menjadi bertanya-tanya, selama berselancar di sosial media, para netizen yang senang mengomentari negatif dan menghujat itu setengah tidur atau setengah pingsan, ataukah sedang setengah mabuk? Â Atau ada roh lain yang hampir memasuki tubuhnya, jadi setengah tidak sadar kalau perbuatan tersebut bisa menyakiti hati dan pikiran orang lain?
Sekarang sudah banyak artikel, iklan di TV, dan media sosial yang menghimbau untuk stop bullying melalui sosial media, dan mereka menayangkan bahayanya nyinyiran dan hujatan kepada orang lain. Korban bisa bunuh diri, rasa percaya diri berkurang bahkan bisa menguap begitu saja, kemudian korban juga bisa mendapat gangguan jiwa.  Tapi himbauan seperti itu hampir lewat seperti angin berhembus, tetap saja ada netizen yang suka nyinyir dan menghujat. Belakangan, ada juga pasal yang mengatur hukuman bagi orang yang melakukan bully di sosial media. Tapi tetap ada saja netizen yang masih tetap nyinyir.
Dilansir dari Msn.com. seseorang yang senang mencela memiliki rasa iri hati yang terpendam, dan hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih unggul dari orang yang dicelanya. Padahal orang yang senang mencela adalah bukti bahwa ia sedang mencela dirinya sendiri.
Selain itu, menurut Parenting.orami.com, seseorang mudah mencela orang lain karena merasa kecewa dengan hidup dan lingkungannya, sehingga mereka membutuhkan sesuatu untuk melampiaskannya. Kemudian, setelah mencela, orang tersebut tidak merasa perlu bertanggung jawab, dengan kata lain netizen yang suka nyinyir dan menghujat adalah orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Bila dilihat dari sisi psikologis, berarti netizen yang nyinyirnya melampaui batas normal, bahkan sampai ke arah menghujat bahkan mengancam, itu sudah tidak bisa mengaku khilaf ketika meminta maaf, tetapi ada gangguan psikologi dalam dirinya, hingga ada keinginan untuk mem-bully orang lain, sampai orang lain yang tidak dikenal pun harus merasakan rasa sakit yang sama seperti yang dideritanya.
Jadi, apakah netizen yang hobi nyinyir dan menghujat itu mudah khilaf atau sebenarnya ada tekanan jiwa?
Pendidikan untuk bersosial media nampaknya perlu dimasukkan dalam kurikulum pelajaran saat ini, agar nantinya sikap sebagai seorang netizen jauh lebih bijaksana dalam menunjukkan ketidaksetujuan, berupa kritik dan saran dengan bahasa yang sopan dan santun.
Salam
Referensi
Tribunnews.com. 3 Januari 2019. 5 Fakta Kasus Dian Nitami dan Netizen yang Mengejeknya di Instagram, Anjasmara Resmi Lapor Polisi. Diakses tanggal 15 Juni 2019 pukul 23.23 WIB
Brilio.net. Â 27 November 2016. Perempuan bernama Syaibah Mawal ini Mengaku sangat Menyesal. Diakses tanggal 15 Juni 2019 pukul 23.26 WIB