Media sosial adalah tempat termudah untuk berekspresi, bahkan orang yang berkarakter pendiam pun bisa menjadi pribadi yang ramah dan lucu ketika sudah berada di dunia maya.
Belakangan, media sosial bukan hanya tempat untuk mengekspresikan perasaan senang, sedih, bahagia ataupun marah, tetapi juga menjadi tempat untuk meluapkan emosi. Tidak percaya? Kita bisa lihat dari berita bahwa banyak netizen yang kena komentar pedas oleh para selebriti ataupun tokoh politik, bahkan ada juga netizen yang masuk ke ranah hukum karena kenyinyirannya sudah melampaui batas normal.
Tidak hanya nyinyir, belakangan banyak juga netizen yang masuk dalam kategori menghujat. Rasa takut menyakiti perasaan orang lain atau segan membuat hati orang terluka sepertinya sudah menurun. Bahkan bisa dibilang tidak ada.
Contoh kasusnya yang paling seru saat itu adalah Dian Nitami yang dihina oleh pemilik akun instagram Corissa Putri, yang mengatakan, "itu hidung nya jelek.bgt...melar bgt..jempol kaki,jg bs masuk..waduh..operasii lha....katany artis..masa duit buat perbaiki hidung gag ada..waduh..", kemudian Anjasmara yang merasa tersinggung istrinya dihina, langsung berkomentar bahwa Corissa Putri harus membuat permintaan maaf di sosial media ataupun di Koran Kompas sebanyak satu lembar penuh. Permintaan maaf tersebut ditunggu 2x24 jam, kalau tidak Corissa Putri akan dilaporkan ke pihak berwajib. Kemudian, melalui DM dan Instastorynya yang di tag ke akun Instagram Anjasmara dan Dian Nitami, Corissa Putri meminta maaf dan mengatakan bahwa ia khilaf, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Ada juga seorang netizen bernama Syaibah Mawal menghina Ulama Gus Mus di akun Facebooknya, "Sesat nii orang jgan diikutin yg bginian, kcuali klo islam lo cm KTP cm diakui negara bkan Allah. kitab suci dihina kok minta maaf slsai, goblog,dah mau msuk liang lahat aj msih keblingerr.". Setelah komentarnya di status Facebooknya viral, ia meminta maaf melalui Facebook, "Terkait postingan saya soal bpak kh. maimun zubair yg saya tdk sependapat mohon maaf seluas2nya dan sebesar2nya, saya kebawa emosi..andai ni dosa besar mohon dibukakan pintu maaf..tlong di share yaa. triakasih".
Tidak hanya selebriti dan ulama saja yang kena nyinyiran netizen karena tidak sependapat, Presiden, orang yang menjadi simbol negara pun, sudah tidak lagi dihormati, selain nyinyiran, beliau juga mendapatkan ancaman pembunuhan dari HS melalui akun sosial media.
"Dari Poso nih, siap penggal kepala Jokowi, Jokowi siap lehernya kita penggal kepalanya. Demi Allah."
Setelah ditangkap dan akan dijerat hukuman, HS meminta maaf dan mengaku khilaf.
Berdasarkan 3 contoh konkret diatas, saya menemukan persamaan yakni kekhilafan karena terbawa emosi setelah membaca informasi, kemudian auto ngetik, dan terbawa emosi saat demonstrasi, jadi auto ngomong tanpa filter ketika kamera smartphone sudah ready untuk merekam.
Saya menjadi penasaran dengan kata khilaf, kemudian saya mendapatkan definisinya, menurut KBBI, khilaf adalah keliru atau salah (yang tidak disengaja). Masih penasaran, saya mencari lagi pengertiannya, Khilaf dalam bahasa Arab berarti (1) tidak menyetujui, menyangkal (sesuatu yang dikatakan),(2)  berlawanan, berlainan dengan (aturan), (3) mendurhaka, tidak patuh kepada (Allah), dan (4) melanggar, tidak menepati (janji)