Mungkin disana para buyer-nya tergiur, harga murah tapi spec-nya seperti Canon. Dan saya kembali bergerilya di forum feedback.
Benar saja, review yang diberikan kurang lebih seperti ini, "Mainan anak-anak", "Lampu Blitznya kecil, lebih terang korek api", "Body-nya plastik", "Dicaption 24 MP, pas buka cuman 16 MP, kecewa, saya mau retur", dan sebagainya.
Ada juga yang memberikan rating 5, sepertinya buyer ini memiliki pikiran yang positif, "Bagus untuk mainan anak-anak. Bisa untuk belajar fotografi tahap awal untuk anak".Â
Ketiga, dompet.
Harga sekitar Rp 18.000, dengan kualitas bahan beludru. Difotonya sih terlihat menarik dan fancy, tapi ketika baca review-nya, hmm... sepertinya mengecewakan, "tidak sama dengan yang difoto", "di fotonya beludru, kenapa yang datang plastik", "difoto warnanya luar dalam hitam, datangnya luar hitam dalam pink", dan sebagainya.
Saya sendiri juga pernah mengalami dalam membeli lunch box yang harganya Rp 18.000. Lunch box tersebut bentuknya seperti lunch box-nya Miniso yang harganya Rp 50.000, tapi saya pikir tidak perlu beli yang mahal-mahal.
Akhirnya setelah saya cross check dengan harga pasaran dan lihat review buyer, saya memutuskan untuk membelinya.
Datanglah si lunch box, produknya benar bagus kualitasnya. Tetapi, sangat disayangkan hanya bertahan selama 2 minggu. Resletingnya copot dan benangnya brudul. Alhasil, saya membeli lunch box si Miniso. Bisa dikatakan saya rugi Rp 18.000, yang harusnya keluar hanya Rp 50.000m jadilah Rp 68.000, lunch box Miniso plus olshop. Itulah resiko barang yang super murah.Â
Sebagai seller sebenarnya tidak salah juga menerapkan trik harga murah yang disanding dengan foto dan caption yang menarik. Karena itulah trik dagang, saya bisa pahami karena saya juga terjun dalam dunia marketing. Namun hal seperti itu, bila buyer-nya kurang teliti, maka ketika produk sampai akan merasa dibohongi, dan itu bisa merusak reputasi seller.
Berbeda bila si seller memang ingin berjualan dalam tempo yang sesingkat mungkin, itu rasanya tidak masalah, lagipula buyer yang mencari harga murah memang lebih banyak, dibandingkan buyer yang membayar harga suatu produk sesuai dengan kualitasnya. Tapi arah pembicaraan saya tidak akan ke sana, karena sudah banyak panduan untuk menjadi seller yang sukses.Â
Yang belum ada panduan adalah menjadi buyer agar tidak merasa tertipu, mungkin sudah ada, tetapi belum banyak. Be smart buyer, itu lebih banyak di sounding,  kemudian buyer adalah raja, itu paling sering disounding. Padahal menjadi buyer sendiri harus ada triknya agar tidak merasa tertipu atau kecele begitu saja.Â