Mohon tunggu...
Nabilah FJ
Nabilah FJ Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Manusia yang suka jalan-jalan. Suka sejarah, sosial, dan budaya. Sekarang sedang mengejar impian di departemen humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Malang: Antara Estetika dan Realita

3 November 2024   23:03 Diperbarui: 5 November 2024   18:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur memiliki daya tarik tersendiri bagi warga luar Malang raya. Udaranya yang cenderung sejuk serta tampilannya yang kini cukup estetik, berhasil bikin betah dan ngangenin banget... katanya.

Weekend biasanya menjadi momen untuk healing ke Malang. Ada banyak cara healing yang dilakukan terutama oleh para kawula muda, mulai dari CFD di Jl Ijen, jalan-jalan di Kayutangan, bahkan sekedar muter-muter sambil motoran untuk menikmati Kota Malang. Mereka sering mengabadikan momen healing ini di media sosial dengan caption yang estetik nan puitis.

Sepertinya jalan-jalan ke Malang menjadi tren healing tersendiri, khususnya bagi gen milenial dan gen z. Stres dikit, melarikan diri ke Malang. Hayo, ngaku kalian!

Bagi para pendatang yang nggak sekedar liburan, melainkan bermukim di Kota Malang seperti mahasiswa maupun pekerja, agaknya kota ini penuh dengan kenangan. Terutama pas lagi hujan... katanya.

Tapi, dibalik segala keestetikannya, nyatane Kota Malang gak seindah story-ne arek-arek.

Sebagai warga Kabupaten Malang yang tentunya sering bertandang ke Kota Malang, sudut pandangku tentang kota ini mungkin berbalik 180°. Aku punya segudang keluhan atas infrastruktur dan fasilitas umum yang ada di Kota Malang.

Sisi lain Kota Malang

Tiap kali jalan-jalan ke kota, aku selalu struggle dengan kondisi trotoar di pusat Kota Malang.

Mungkin saat ini, trotoar yang cukup memadai dan aman bagi pejalan kaki hanya ada di Kayutangan dan kawasan Idjen Boulevard. Selain itu, bobrok! Bahkan trotoar di sekitar Alun-alun Merdeka nggak bisa dilewati karena dikuasai pedagang kaki lima. Ketika berjalan di pinggir jalan pun tetap nggak nyaman karena dipenuhi oleh parkir-parkir liar.

Sama halnya dengan Alun-alun Merdeka, di kawasan Alun-alun Tugu pun banyak trotoar yang nggak enak untuk dilewati. Bedanya, trotoar disini dihalangi oleh pohon-pohon besar yang ditanam di tengah trotoar. Bahkan banyak spot yang nggak punya trotoar.

Mlaku-mlaku nang Kota Malang rasane gak safe blas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun