Mohon tunggu...
Sefani Aulia
Sefani Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Media sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Negatif Media Sosial Bagi Kesehatan Mental

22 Oktober 2024   01:16 Diperbarui: 22 Oktober 2024   01:17 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Saat ini kita sering kali tidak menyadari bahwa kita tidak bisa terlepas dari media sosial. Semua yang kita miliki, alami, rasakan tidak lagi menjadi rahasia kita saja tetapi dilihat oleh banyak pengguna media sosial. Segala sesuatu yang kita lakukan pasti akan kita hadirkan di media sosial. Masing-masing kita memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam menggunakan media sosial. Bahkan tanpa kita sadari kita menghabiskan banyak waktu hanya sekedar scrolling di media sosial.

    Media sosial memberikan ruang kepada kita untuk berbagi informasi, belajar hal-hal baru, mencari hiburan, berekspresi, serta berkomunikasi tanpa jarak dan waktu. Namun, di balik beragam manfaat tersebut, ada dampak negatif media sosial yang mengintai kesehatan tubuh jika terlalu sering mengunakannya. Terlalu lama menghabiskan waktu untuk scrolling media sosial tanpa tujuan yang jelas sama saja dengan memenuhi otak kita dengan informasi yang kurang penting. Akibatnya, ada banyak dampak negatif media sosial yang bisa mempengaruhi kesehatan.

Berikut ini beberapa dampak negatif media sosial bagi para penggunanya:
 
Menimbulkan ketidakpuasan diri

Ketika sedang scrolling media sosial, kita pasti sering melihat unggahan orang lain yang menunjukkan wajah atau tubuhnya yang tampak ideal. Jika kita melihat hal tersebut secara terus-menerus, hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada diri sendiri. Mungkin saat ini kita sadar bahwa unggahan- unggahan yang bertebaran di media sosial sebagian besar adalah hasil manipulasi dari filter kamera atau aplikasi. Namun, tetap saja muncul standar kecantikan yang tidak realistis dalam diri, standar gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan kita sehingga membuat kita merasa tidak pernah cukup dan puas. Hal tersebut akhirnya akan menurunkan kepercayaan diri kita.

Meningkatkan kecemburuan sosial

Scrolling media sosial terus-menerus juga dapat menciptakan perbandingan-perbandingan yang tidak sehat. Misalnya adalah kita membandingkan barang-barang yang dimiliki dan tidak dimiliki dengan kepunyaan orang lain. Padahal, apa yang orang lain unggah di media sosial belum tentu sama indahnya dengan kenyataan. Sama seperti kita, orang lain juga pasti memiliki masalah dan kesulitan masing- masing yang mungkin sama atau lebih buruk daripada yang kita hadapi. Hanya saja, hal tersebut tidak ditampilkan di media sosial. Jika kita terpengaruh dengan dampak negatif media sosial yang satu ini, hal ini dapat menganggu kesehatan mental dan meningkatkan kecemburuan sosial.

Mengganggu waktu tidur

Kualitas tidur yang terganggu juga bisa menjadi salah satu dampak negatif media sosial. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan masalah pada kontrol diri, terutama jika kita mengakses jejaring sosial menggunakan smartphone. Menggunakan media sosial memang memudahkan kita untuk selalu terhubung dengan teman atau keluarga. Namun, keuntungan ini juga membawa dampak negatif berupa perubahan kualitas tidur. Tidak mendapatkan tidur yang cukup bisa menyebabkan kenaikan berat badan, menurunkan konsentrasi, hingga meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi dan diabetes.

Menyebabkan depresi dan kecemasan

Menggunakan media sosial terlalu sering juga dapat memicu serangkaian emosi negatif yang menyebabkan kecemasan bahkan depresi, atau memperburuk gejalanya. Dampak negatif media sosial ini dapat terjadi ketika kita memiliki perasaan tertekan yang tinggi, seperti ingin selalu up to date atau ingin memiliki unggahan foto serta tulisan yang sempurna.Semua tekanan tersebut akhirnya menimbulkan kekhawatiran berlebih dan menjadi gejala dari depresi dan kecemasan.

Menyebabkan kecanduan

 Media sosial memiliki efek buruk bagi otak. Hal ini karena produksi hormon dopamin yang memicu rasa senang dan nyaman di otak meningkat saat kita membuka aplikasi media sosial favorit. Ketika kadar dopamin meningkat setelah menggunakan media sosial, otak akan mengidentifikasinya sebagai aktivitas bermanfaat yang harus kita lakukan kembali. Akibatnya, kita menjadi kecanduan media sosial.

Efek senang karena media sosial hanya bersifat sementara. Jadi, saat dopamin yang membuat rasa nyaman dan senang dalam tubuh hilang, kita akan kembali melihat media sosial untuk kembali mendapatkan perasaan tersebut.

Menimbulkan phubbing

Ketika mengalami kecanduan media sosial, kita tidak mau lepas atau berjauhan dari perangkat yang digunakan untuk bermain media sosial. Akibatnya, kita menjadi abai dengan orang sekitar. kita tidak memedulikan orang sekitar saat sedang makan bersama, rapat, atau melakukan aktivitas berkumpul lainnya karena asik melihat media sosial. Dampak negatif media sosial berupa tindakan pengabaian ini disebut dengan phubbing.

Menimbulkan FOMO

Dampak negatif media sosial selanjutnya adalah FOMO atau fear of missing out (ketinggalan). Kondisi ini ditandai dengan kecemasan atau ketakutan berlebih akan ketinggalan hal-hal tertentu. FOMO mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal- hal yang lebih baik daripada diri kita. Kondisi ini kemudian memicu kecemasan dan penggunaan media sosial yang berlebihan. Tak jarang, orang yang menderita FOMO juga akan memeriksa media sosial setiap saat, terutama ketika muncul notifikasi, demi mengetahui informasi atau tren yang sedang happening (terjadi).

Meningkatkan risiko terkena cyberbullying

Meskipun perundungan atau bullying. lebih umum terjadi saat tatap muka, bullying juga dapat terjadi di dunia maya, termasuk di media sosial. Kondisi ini dikenal dengan cyberbullying. (penindasan di dunia maya). Dampak negatif media sosial yang satu ini biasanya dipicu dengan perbedaan pendapat dalam kolom komentar, yang kemudian berujung pada perdebatan panjang dan aksi cyberbullying. Ketika hal ini terjadi, korban cyberbullying dapat mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi, bahkan memicu keinginan untuk bunuh diri.

Memicu kesalahpahaman

Meskipun media sosial menjadi cara terbaik untuk tetap berkomunikasi dengan teman atau keluarga yang bertempat tinggal jauh, hal itu tidak sama dengan komunikasi tatap muka. Saat sedang berkomunikasi melalui pesan teks, kita tidak akan dapat melihat ekspresi wajah atau mendengar nada suara orang lain secara online. Akibatnya, kesalahpahaman sangat mudah terjadi.

Dampak negatif media sosial ini menjadi lebih rentan terjadi ketika kita mencoba melucu atau menyindir secara online, tetapi orang lain tidak menangkap apa maksud kita. Akibatnya, kesalahpahaman tersebut bisa memicu pertikaian, bahkan cyberbullying. Inilah beragam dampak negatif media sosial bagi kesehatan mental dan tubuh. Jika sudah mengetahui hal ini hendaknya kita bijak menggunakan media sosial sehingga kita lebih banyak merasakan dampak positifnya ketimbang negatifnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun