Efek senang karena media sosial hanya bersifat sementara. Jadi, saat dopamin yang membuat rasa nyaman dan senang dalam tubuh hilang, kita akan kembali melihat media sosial untuk kembali mendapatkan perasaan tersebut.
Menimbulkan phubbing
Ketika mengalami kecanduan media sosial, kita tidak mau lepas atau berjauhan dari perangkat yang digunakan untuk bermain media sosial. Akibatnya, kita menjadi abai dengan orang sekitar. kita tidak memedulikan orang sekitar saat sedang makan bersama, rapat, atau melakukan aktivitas berkumpul lainnya karena asik melihat media sosial. Dampak negatif media sosial berupa tindakan pengabaian ini disebut dengan phubbing.
Menimbulkan FOMO
Dampak negatif media sosial selanjutnya adalah FOMO atau fear of missing out (ketinggalan). Kondisi ini ditandai dengan kecemasan atau ketakutan berlebih akan ketinggalan hal-hal tertentu. FOMO mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal- hal yang lebih baik daripada diri kita. Kondisi ini kemudian memicu kecemasan dan penggunaan media sosial yang berlebihan. Tak jarang, orang yang menderita FOMO juga akan memeriksa media sosial setiap saat, terutama ketika muncul notifikasi, demi mengetahui informasi atau tren yang sedang happening (terjadi).
Meningkatkan risiko terkena cyberbullying
Meskipun perundungan atau bullying. lebih umum terjadi saat tatap muka, bullying juga dapat terjadi di dunia maya, termasuk di media sosial. Kondisi ini dikenal dengan cyberbullying. (penindasan di dunia maya). Dampak negatif media sosial yang satu ini biasanya dipicu dengan perbedaan pendapat dalam kolom komentar, yang kemudian berujung pada perdebatan panjang dan aksi cyberbullying. Ketika hal ini terjadi, korban cyberbullying dapat mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi, bahkan memicu keinginan untuk bunuh diri.
Memicu kesalahpahaman
Meskipun media sosial menjadi cara terbaik untuk tetap berkomunikasi dengan teman atau keluarga yang bertempat tinggal jauh, hal itu tidak sama dengan komunikasi tatap muka. Saat sedang berkomunikasi melalui pesan teks, kita tidak akan dapat melihat ekspresi wajah atau mendengar nada suara orang lain secara online. Akibatnya, kesalahpahaman sangat mudah terjadi.
Dampak negatif media sosial ini menjadi lebih rentan terjadi ketika kita mencoba melucu atau menyindir secara online, tetapi orang lain tidak menangkap apa maksud kita. Akibatnya, kesalahpahaman tersebut bisa memicu pertikaian, bahkan cyberbullying. Inilah beragam dampak negatif media sosial bagi kesehatan mental dan tubuh. Jika sudah mengetahui hal ini hendaknya kita bijak menggunakan media sosial sehingga kita lebih banyak merasakan dampak positifnya ketimbang negatifnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H