Apa yang kita tulisakan dalam curhat seharusnya fakta yang sesungguhnya terjadi. Apapun curhat yang dituliskan pada media sosial, dalam kacamata netizen yang tidak tahu permasalahannya dianggap fakta yang sesungguhnya terjadi.Â
Ibarat arang tidak tahu siapa yang membakar kayunya, maka asap yang mengepul dianggap berasal dari arang yang terbakar tersebut. Padahal bisa jadi berasal dari arang terbakar lainnya yang posisinya dekat bahkan jauh dari arang yang pertama tadi.
Sebelum menuangkan curhat di media sosial, pikirkanlah secara obyektif. Kehati-hatian si penulis curhat diuji di sini.Â
Sekali mengungkapkan berita bohong, netizen masih percaya. Kedua kalinya masih percaya juga. Tetapi ketiga kalinya belum tentu mereka percaya.Â
Maka, curhat di media sosial bisa dikatakan ajang mempertaruhkan performa kita yang sesungguhnya.Â
Performa ini berpengaruh terhadap netizen untuk berkomentar atau tidak. Adakah tanggapan positif yang didapatkan atau sebaliknya tanggapan negatif.
Yang pasti, curhat itu haruslah hasil penilaian terhadap sesuatu sesuai fakta bukan kesimplan subyektif belaka.Â
Kesimpulan subyektif kadang menghakimi sebuah permasalahan itu dengan penilaian negatif dan merugikan, bahkan mengancam diri.Â
Jika memandang masalah dari sisi hikmah, tentu yang disampaikan adalah apa adanya yang terjadi.
Sikapi komentar netizen dengan bijak
Jika terlanjur membaca dan tidak bisa menghindari keinginan untuk curhat di media sosial, maka siap-siap dengan komentar dari para netizen.Â