2016. Dua tahun yang lalu. Alhamdulillah dengan segala kemudahan Alloh saya dan dua temen blogger mengunjungi Kota Beijing, China. Â Travelling ini terjadi karena berhasil memenangkan lomba blog sebuah tour travel.
Kami tiba di Bandara Baiyun Guangzhou sekitar pukul 11.30. Perjalanan di bulan Januari masih menyisakan pohon meranggas dimana-mana, sedikit salju bulan Desember, dan tak ketinggalan udara dingin yang masih menyelimuti kota Beijing. Â
Udara yang sangat dingin berhembus  menerpa wajah. Aaahhh, dinginnyaaaa membuat saya dan teman-teman lainnya ikut berteriak kegirangan. Antara excited dan norak emang beda tipis ya temen-temen. :)Â
Suhu 0 derajat tak menghentikan langkah kami terus berjalan dan menatap satu persatu kertas yang ada di pintu keluar bandara. Hati sudah tak sabar bertemu dengan tour guide kami selama berada di sana.
Ahaa, disana!
Ada salah satu kertas yang menuliskan nama kami bertiga. Seketika kami bertiga mengulurkan tangan, mengajak perempuan dengan rambut panjang itu berkenalan. Ms. Xiu kami mencoba memanggilnya perlahan, khawatir ada salah pengucapan "Iya, panggil saja saya dengan Xiu", bahasa Indonesianya terdengar sangat fasih.Â
Setelah tanya-tanya, ternyata dia memang kursus belajar bahasa Indonesia agar bisa maksimal melayani klien tournya. Ahh, amazing. Persiapan kami untuk memperlancar bahasa Inggris, menguap begitu saja. Hihi. Dipermudah Alhamdulillah.
Kami bertiga masih saja excited karena setiap kami ngobrol, ada uap dingin yang juga turut keluar. Aaaahh, persiapan baju dingin yang saya kenakan saat itu kalah dengan udara dingin yang mulai merambat ke sela-sela pakaian tiga lapisku.
Setelah itu, kami dimanjakan dengan menu makan siang Roasted Pecking Duck di salah satu restoran halal disana. Perut kenyang, waktunya melaksanakan sholat dzuhur. Driver membawa kami ke sebuah mesjid yang sudah saya impikan bisa sholat disana. Mesjid Niujie namanya. Nama Mesjid ini saya tau berkat baca novel Assalamualaikum Beijing milik Bunda Asma Nadia. Sejak membaca novel tersebut, ingin sekali rasanya menginjakkan kaki disana. Alhamdulillah terkabul lewat perjalanan ini.
Papan nama masjid yang bertuliskan dua bahasa, Cina dan Arab, jadwal waktu sholat, denah peta masjid, dan petunjuk arah yang lengkap memudahkan kami menuju tempat sholat. Uniknya, tempat sholat pria dan wanita ini sudah dipisah dengan bangunan yang berbeda. Tak henti saya memanjatkan syukur karena bahagianya.
 Udara dingin di luar sedikit terobati dengan air hangat yang membasuh anggota tubuh. Dan seketika terasa dingin kembali saat udara berhembus menuju tempat sholat. Kembali hangat saat masuk ke ruang sholat. Karpet sholat berwarna hijau, keramik bernuansa biru dan hijau menyelimuti dinding, dan tak ketinggalan nuansa merah yang sudah menjadi karakteristik kota Tirai Bambu ini.
Setelah berkeliling di moslem market kami dibawa menonton Acrobatic show. Acrobatic show sejenis pertunjukan yang kental dengan khas akrobatik Cina. Pertunjukan yang banyak saya tonton di film-film Cina, kini saya bisa liat langsung dalam sebuah ruangan seperti theater.
Saat itu, Ms. Xiu memberikan pilihan apakah kami ingin melihat panda dulu, sebagai hewan khas Cina atau bermain salju saja. Â Tanpa pikir panjang, kami bertiga sepakat untuk bermain salju saja. Tak sabar rasanya menggenggam salju seperti yang sudah banyak dialami oleh teman-teman yang lain.
Perjalanan dilanjutkan kembali menuju bukit salju. Lumayan jauh dari pusat kota.  Aaah  maafkan saya lupa nama tempatnya. Tempat ini merupakan lokasi yang memang masih diselimuti salju dan akhirnya dijadikan arena bermain ski salju.
Melihat pemandangan putih dimana-mana tak menyurutkan urat malu kami karena terlihat norak. Yang ada hanya teriakan kegirangan, seperti anak kecil yang ketemu dengan mainannya.
Saking serunya bermain salju, saya baru sadar setelah di dalam mobil kalo kupluk hitam saya sudah tidak nemplok di kepala. Mana kupluk yang dibawa cuma satu-satunya. Pemilik badan iklim tropis ini tidak kuat melawan udara dingin dengan suhu minus delapan saat itu.
Udara dingin yang berhembus seakan menembus jilbab saya yang tipis. Saya merasa bersalah pada diri sendiri karena tidak menyediakan kupluk cadangan atau membawa earmuff yang memang sudah dibeli. Hhuhuhu. Ternyata musim dingin itu tidak selamanya enak atau nyaman seperti yang selama ini saya bayangkan saat di Indonesia.
Tanpa kupluk, kepala saya jadi terasa pusing. Kemungkinan karena melawan udara dingin yang terus saja berhembus. Sudah saya coba bantu dengan memakai syal seperti layaknya kerudung. Tapi.. tak juga begitu membantu.
Saat membuka tas organizer, mata  saya tertuju pada bungkusan kuning. Aaah, kenapa saya gak minum tolak angin saja, benak saya dalam hati. Tak pikir panjang, saya langsung menghabiskan satu sachet Tolak Angin. Terasa sangat membantu sekali sepanjang perjalanan. Badan saya lebih hangat, pusingnya sudah gak ada, hawa-hawa mabuk perjalanan pun pergi jauh.
Emang bener ya, urusan 'angin' kasih aja ke ahlinya. Ya, Tolak Angin aja kata saya ke temen-temen yang sudah khawatir sejak kemaren.
Akhirnya sejak saat itu, Â saya mengandalkan obat tolak angin di jatah 3 hari berikutnya. Sachet kuning ini dibawa selalu dan saat butuh kehangatan peluk bantal saja, ehh maksudnya minum tolak angin saja.
Berkat tolak angin, perjalanan selanjutnya jadi bebas dari pusing dan kedinginan.
Aaaahh benar-benar lega berkat tolak angin.
Gak ada kupluk. Tak apa-apa.
Gak ada earmuff. Tak apa-apa.
Asal ada tolak angin. No worries meski musim dingin.Â
BPOM sendiri mengelompokkan obat berbahan dasar alam ke dalam tiga jenis kelompok. Mulai dari jam, obat herbal terstandar, dan satu lagi fitofarmaka. Obat herbal terstandar mendapat klaim setelah diadakan uji pre klinis.
Uji pre klinis ini dibutuhkan untuk mempertahankan konsistensi mutu karena banyaknya varian yang mempengaruhi. Misalnya mulai dari varian tanaman obat, tempat tumbuh, umur masa panen. Selain itu dibutuhkan juga peralatan kompleks yang tentu saja tidak murah, ketrampilan dalam pembuatan ekstrak, dan ilmu yang mumpuni. Tuuh, banyak banget ya yang perlu disiapkan. Saya  dan tema-teman pasti taunya tinggal telan, dan merasakan khasiatnya. Ya kan?
Satu  sachet Tolak Angin (15 ml)  sedikitnya mengandung 6 jenis tanaman obat seperti adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint, dan madu. Itu beberapa bahan-bahan yang umum sudah kita kenal. Tapi tentunya masih banyak tanaman obat lainnya yang terkandung untuk menambah khasiat Tolak Angin.
Buat temen-temen yang hendak melakukan perjalanan udah hafal yah harus bawa apa? :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H