Mohon tunggu...
Desi Namora
Desi Namora Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Belajar Bisnis

Menikmati hidup dengan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"No Worry" Saat Musim Dingin, Ada Tolak Angin

7 Agustus 2018   22:28 Diperbarui: 7 Agustus 2018   22:36 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2016. Dua tahun yang lalu. Alhamdulillah dengan segala kemudahan Alloh saya dan dua temen blogger mengunjungi Kota Beijing, China.  Travelling ini terjadi karena berhasil memenangkan lomba blog sebuah tour travel.

Kami tiba di Bandara Baiyun Guangzhou sekitar pukul 11.30. Perjalanan di bulan Januari masih menyisakan pohon meranggas dimana-mana, sedikit salju bulan Desember, dan tak ketinggalan udara dingin yang masih menyelimuti kota Beijing.  

Udara yang sangat dingin berhembus  menerpa wajah. Aaahhh, dinginnyaaaa membuat saya dan teman-teman lainnya ikut berteriak kegirangan. Antara excited dan norak emang beda tipis ya temen-temen. :) 

Suhu 0 derajat tak menghentikan langkah kami terus berjalan dan menatap satu persatu kertas yang ada di pintu keluar bandara. Hati sudah tak sabar bertemu dengan tour guide kami selama berada di sana.

Ahaa, disana!

Ada salah satu kertas yang menuliskan nama kami bertiga. Seketika kami bertiga mengulurkan tangan, mengajak perempuan dengan rambut panjang itu berkenalan. Ms. Xiu kami mencoba memanggilnya perlahan, khawatir ada salah pengucapan "Iya, panggil saja saya dengan Xiu", bahasa Indonesianya terdengar sangat fasih. 

Setelah tanya-tanya, ternyata dia memang kursus belajar bahasa Indonesia agar bisa maksimal melayani klien tournya. Ahh, amazing. Persiapan kami untuk memperlancar bahasa Inggris, menguap begitu saja. Hihi. Dipermudah Alhamdulillah.

Kami bertiga masih saja excited karena setiap kami ngobrol, ada uap dingin yang juga turut keluar. Aaaahh, persiapan baju dingin yang saya kenakan saat itu kalah dengan udara dingin yang mulai merambat ke sela-sela pakaian tiga lapisku.

Setelah itu, kami dimanjakan dengan menu makan siang Roasted Pecking Duck di salah satu restoran halal disana. Perut kenyang, waktunya melaksanakan sholat dzuhur. Driver membawa kami ke sebuah mesjid yang sudah saya impikan bisa sholat disana. Mesjid Niujie namanya. Nama Mesjid ini saya tau berkat baca novel Assalamualaikum Beijing milik Bunda Asma Nadia. Sejak membaca novel tersebut, ingin sekali rasanya menginjakkan kaki disana. Alhamdulillah terkabul lewat perjalanan ini.

dok. pribadi
dok. pribadi
Mesjid Niujie ini adalah masjid tertua yang letaknya tepat ditengah pusat kota Beijing. Mesjid ini menjadi bukti masuknya islam ke Tiongkok. Saya terperangah melihat setiap sudut lingkungan masjid ini. Seakan setiap penggalan cerita yang saya baca di novel berseliweran di kepala saya. 

Papan nama masjid yang bertuliskan dua bahasa, Cina dan Arab, jadwal waktu sholat, denah peta masjid, dan petunjuk arah yang lengkap memudahkan kami menuju tempat sholat. Uniknya, tempat sholat pria dan wanita ini sudah dipisah dengan bangunan yang berbeda. Tak henti saya memanjatkan syukur karena bahagianya.

 Udara dingin di luar sedikit terobati dengan air hangat yang membasuh anggota tubuh. Dan seketika terasa dingin kembali saat udara berhembus menuju tempat sholat. Kembali hangat saat masuk ke ruang sholat. Karpet sholat berwarna hijau, keramik bernuansa biru dan hijau menyelimuti dinding, dan tak ketinggalan nuansa merah yang sudah menjadi karakteristik kota Tirai Bambu ini.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Saya kaget melihat sebuah tulisan di salah satu dinding, " Jangan Pijak Kain Putih". Tulisan dengan bahasa Indonesia tersebut seperti menunjukkan sudah ramainya wisatawan dari Indonesia yang berkunjung kesana.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Tak luput spot-spot yang unik diabadikan dan menjadi tempat untuk bernarsis. Lokasi kunjungan hari ini setelah masjid Niujie adalah berbelanja di Moslem Market yang letaknya tak jauh dari lokasi mesjid.

Setelah berkeliling di moslem market kami dibawa menonton Acrobatic show. Acrobatic show sejenis pertunjukan yang kental dengan khas akrobatik Cina. Pertunjukan yang banyak saya tonton di film-film Cina, kini saya bisa liat langsung dalam sebuah ruangan seperti theater.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Agenda perjalanan  pun dilanjutkan esok harinya. Hari kedua disana kami mengunjungi Temple of heaven. Dulunya tempat ini merupakan tempat melakukan persembahan bagi para petani usai  musim panen. Namun sekarang menjadi tempat kumpul bagi anak mudan lansia untuk berekspresi, baik berolahraga, menari, ataupun sekedar main kartu.

Saat itu, Ms. Xiu memberikan pilihan apakah kami ingin melihat panda dulu, sebagai hewan khas Cina atau bermain salju saja.  Tanpa pikir panjang, kami bertiga sepakat untuk bermain salju saja. Tak sabar rasanya menggenggam salju seperti yang sudah banyak dialami oleh teman-teman yang lain.

Perjalanan dilanjutkan kembali menuju bukit salju. Lumayan jauh dari pusat kota.  Aaah  maafkan saya lupa nama tempatnya. Tempat ini merupakan lokasi yang memang masih diselimuti salju dan akhirnya dijadikan arena bermain ski salju.

Melihat pemandangan putih dimana-mana tak menyurutkan urat malu kami karena terlihat norak. Yang ada hanya teriakan kegirangan, seperti anak kecil yang ketemu dengan mainannya.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Tak terasa kurang lebih dari dua jam berada disana, Ms. Xiu terlihat dari kejauhan. Itu tandanya, time is over. Waktunya pulang dan makan malam. Hihi. Persis kayak anak kecil yang gak pengen waktu maennya habis. Tapi, hanya bisa pasrah. 

Saking serunya bermain salju, saya baru sadar setelah di dalam mobil kalo kupluk hitam saya sudah tidak nemplok di kepala. Mana kupluk yang dibawa cuma satu-satunya. Pemilik badan iklim tropis ini tidak kuat melawan udara dingin dengan suhu minus delapan saat itu.

Udara dingin yang berhembus seakan menembus jilbab saya yang tipis. Saya merasa bersalah pada diri sendiri karena tidak menyediakan kupluk cadangan atau membawa earmuff yang memang sudah dibeli. Hhuhuhu. Ternyata musim dingin itu tidak selamanya enak atau nyaman seperti yang selama ini saya bayangkan saat di Indonesia.

Tanpa kupluk, kepala saya jadi terasa pusing. Kemungkinan karena melawan udara dingin yang terus saja berhembus. Sudah saya coba bantu dengan memakai syal seperti layaknya kerudung. Tapi.. tak juga begitu membantu.

Saat membuka tas organizer, mata  saya tertuju pada bungkusan kuning. Aaah, kenapa saya gak minum tolak angin saja, benak saya dalam hati. Tak pikir panjang, saya langsung menghabiskan satu sachet Tolak Angin. Terasa sangat membantu sekali sepanjang perjalanan. Badan saya lebih hangat, pusingnya sudah gak ada, hawa-hawa mabuk perjalanan pun pergi jauh.

Emang bener ya, urusan 'angin' kasih aja ke ahlinya. Ya, Tolak Angin aja kata saya ke temen-temen yang sudah khawatir sejak kemaren.

Akhirnya sejak saat itu,  saya mengandalkan obat tolak angin di jatah 3 hari berikutnya. Sachet kuning ini dibawa selalu dan saat butuh kehangatan peluk bantal saja, ehh maksudnya minum tolak angin saja.

Berkat tolak angin, perjalanan selanjutnya jadi bebas dari pusing dan kedinginan.

Aaaahh benar-benar lega berkat tolak angin.

Gak ada kupluk. Tak apa-apa.

Gak ada earmuff. Tak apa-apa.

Asal ada tolak angin. No worries meski musim dingin. 

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
 Saat istirahat dari jalan-jalan, minum tolak angin dulu sejenak 

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Di kemasan Tolak Angin ini tertulis obat herbal standar, ada tanda tiga bintang disudut kiri atas. Logo ini berarti menandakan tolak angina telah lulus dalam standarisasi pihak BPOM yang merupakan 'polisi' makanan dan obat di Indonesia.

BPOM sendiri mengelompokkan obat berbahan dasar alam ke dalam tiga jenis kelompok. Mulai dari jam, obat herbal terstandar, dan satu lagi fitofarmaka. Obat herbal terstandar mendapat klaim setelah diadakan uji pre klinis.

Uji pre klinis ini dibutuhkan untuk mempertahankan konsistensi mutu karena banyaknya varian yang mempengaruhi. Misalnya mulai dari varian tanaman obat, tempat tumbuh, umur masa panen. Selain itu dibutuhkan juga peralatan kompleks yang tentu saja tidak murah, ketrampilan dalam pembuatan ekstrak, dan ilmu yang mumpuni. Tuuh, banyak banget ya yang perlu disiapkan. Saya  dan tema-teman pasti taunya tinggal telan, dan merasakan khasiatnya. Ya kan?

Satu  sachet Tolak Angin (15 ml)  sedikitnya mengandung 6 jenis tanaman obat seperti adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint, dan madu. Itu beberapa bahan-bahan yang umum sudah kita kenal. Tapi tentunya masih banyak tanaman obat lainnya yang terkandung untuk menambah khasiat Tolak Angin.

Buat temen-temen yang hendak melakukan perjalanan udah hafal yah harus bawa apa? :)

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun