Banyak yang berkata bahwa buku adalah jendela dunia. Yang artinya membaca itu merupakan kunci majunya tiap manusia. Meningkatkan minat baca juga merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas seseorang. Dikarenakan dengan membaca, otak kita bisa menyerap berbagai informasi yang kita dapatkan.Â
Semua proses dalam pembelajaran itu di dapatkan dari membaca. Rendahnya minat baca sangat berpengaruh dalam kualitas bangsa Indonesia, dikarenakan dengan tidak literasi kita tidak dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan zaman di dunia. Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua terakhir dalam soal literasi. Yang artinya minat literasi orang Indonesia sangatlah rendah.Â
Dengan perbandingan 1,000 orang dengan 1 orang. Zaman sudah maju, membaca bisa dari mana aja. Bisa di dukung dengan adanya media, visual. Ini merupakan tugas untuk rakyat Indonesia terutama pemerintah dalam meningkatkan budaya literasi. Upaya membaca meningkatkan literasi Indonesia haris terus ditingkatkan. Berikut adalah 6 literasi dasar yang wajib dimiliki pelajar SMP :
Literasi Baca Tulis
Zaman sekarang semua orang terutama anak di sekolah dasarpun harus bisa membaca dan menulis. Karena membaca dan menulis sangat berguna bagi keberlangsungan hidup manusia dan berguna untuk kehidupan sehari-hari. UNESCO menyebutkan bahwa literasi baca dan tulis berhubungan dengan kemampuan tiap orang untuk mengidentifikasi, menentukam, menemukan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi untuk menghadapi banyak macam persoalan
Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah ilmu pengetahuan dalam menggunakan angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh dasarnya adalah dalam menghitung jumlah uang. Lalu selanjutnya juga dalam memahami sebuah informasi dalam berbagai bentuk seperti grafik, tabel, perpecahan, bagan dan lainnya. Disini kita dituntut harus bisa menganalisis dan memprediksi hasilnya.
Literasi Sains
Literasi sains dapat ditemukan dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam. Literasi sains bisa di artikan sebagai pengetahuan dan kecakapam ilmiah dalam mengidentifikasi pertanyaan dan memperoleh pengetahuan baru. Disini kita dituntut untuk memahami situasi yang berhubungan dengan sains.
Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.Â
Sedangkan David Bawden menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi, dimana literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Literasi Finansial
Literasi finansial merupakan pengetahuan dan pemahaman kita untuk membuat keputusan yang efektif dalam kongeks finansial untuk mengatur finansial kita. Baik individual, sosial dan dapat berpartisipask dalam lingkungan masyakarat.
dan Literasi Budaya dan kewargaan
Sebagai warga Indonesia, kita mengetahui budaya dan kewargaan negara kita. Dan literasi kewargaan adalah kemampuan dan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara yang berbakti. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan invidu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosial sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Berdasarkan dari Badan Pusat Statistik Indonesia, persentase warga yang bisa membaca belum semuanya. Untuk persentase melek membaca pada tahun 2018 ada 98% warga Indonesia yang bisa dibilang bisa membaca. Berarti hanya 2% yang buta huruf. Walaupun hanya 2%, 2% itu banyak sekali dikarenakan warga Indonesia memiliki populasi warga yang banyak.Â
Selain itu, rata-rata lama sekolah juga sangat berpengaruh untuk menilai kesempatan dalam berpendidikan di tanah air. Sayang sekali disini Indonesia masih cukup tertinggal soal rata-rata lama sekolah.Â
Jika dibandingkan dengan negara tetangga sebelah, Malaysia angka rata-ratanya adalah 11,2 tahun. Sedangkan Filipina berada di atas negara kita, yaitu 9,3 tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri ada di angka 8,58 tahun, kalau di setarakan dengan pendidikan ini hanya menyampai kelas 2 sekolah menengah pertama.Â
Rata-rata warga Indonesia tingkat pendidikannya masih berada di tingkat sekolah menengah pertama. Tentu saja ini menjadi perhatian kita dan menjadi tugas pemerintah.Â
Kita dapat berpartisipasi dan berkontrubusi dalam hal ini, seperti menjadi relawan untuk membaca dan menulis, menjadi guru dan memberikan kursus baca tulis. Dan memberikan akses yang layak untuk pendidikan di sekitar kita.
Akses sumber daya literasi sangatlah penting, karena ini merupakan sarana kita dalam membaca. Akses yang termasuk tradisional yang kita tau adalah perpustakaan, perpustakaan bisa menjadi sarana peningkatkan literasi. Berdasarkan sumber data, pada tahun 2019, Indonesia memiliki 164,610 perpustakaan. Indonesia merupakan negara dengan perpustakaan terbanyak di dunia.Â
Namun angka ini dibilang tidak ideal karena tidak sebanding dengan jumlah sekolah dan kecamatan, kabupaten di Indonesia. Dan Indonesia juga kekurangan sumber daya manusia pustakawan. Dan ada koran dan majalah.Â
Pasti kita tidak asing dengan koran, biasanya orangtua kita membaca koran tiap pagi untuk mencari informasi terkini. Untuk anak 90-a pasti tau juga kalau koran bisa berfungsi untuk mencari lowongan pekerjaan dan berita duka. Bisa dibilang koran ini multifungsi.Â
Namun dengan bergesernya zaman, koran ini mulai ditinggalkan. Dikarenakan adanya alternatif lain yang lebih praktis, yaitu e-book. Dengan adanya e-book, kita bisa mengunduh buku dalam bentuk digital dengan alasan lebih praktis. Yang selanjutnya ada media social, disini kita bisa menggali informasi melalui media social. Mungkin ada juga orang yang masih menggunakan akses sumber daya literasi tradisional, tetapi lebih banyak yang modern.Â
Mungkin pemerintah Indonesia bisa menumbuhkan budaya membaca dengan hal-hal kecil. Sebagai contoh negara Finlandia, pemerintah memberikan hadiah perlengkapan bayi dan selain itu isinya juga ada buku bacaan untuk orangtua dan bayi. Ini juya bisa menjadi salah satu jalan agar orangtua nanti bisa memperkenalkan anaknya ke buku-buku bacaan.Â
Kemudian dari Belanda, pemerintah Belanda mempunyai program agar anak-anak kecil dari dini sudah mengenal buku dan juga membaca dengan adanya kewajiban kunjungan rutin ke perpustakaan.Â
Memang sebelum sekolah, anak-anak kecil sudah dibawa ke perpustakaan dan akhirnya anak kecil bisa mengenal dan menyukai buku. Yang lebih unik lagi, di negara Jepang. Orang-orang di Jepang memiliki kebiasaan membaca buku saat menunggu atau menaiki kenadaraan umum.Â
Berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia, biasanya orang Indonesia mengecek handphone dan social media mereka tetapi di Jepang mereka membaca buku. Maka dari itu, itu adalah alasan kenapa buku di Jepang lebih kecil dan ringkas.Â
Tetapi, sekali lagi ini merupakan tugas kita untuk sadar dalam hal literasi khususnya untuk anak-anak sedari dini. Bisa kita kenalkan mereka dengan membaca dan mencintai buku agar menjadi kebiasaan mereka. Dan tentunya jika literasi kita konsumsi dengan banyak, maka pengetahuan kita pastinya akan bertambah.Â
Budaya literasi di daerah tertinggal masih perlu sentuhan dari pemerintah, dikarenwkan minimnya tingkat membaca juga bisa dikarenakan fasilitas yang tidak mendukung yang mengakibatkan tingkat minat baca dan tulis berkurang. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H