Dari ruang ke ruang, dari lantai ke lantai hingga beberapa hari mereka harus rela bertahan tanpa makan, minum, termasuk juga membuang sisa metabolisme tubuhnya.
Nah, singkat cerita, saat mereka berada di ruang siaran radio (seingat saya), ada salah satu dari rekan on jo yang kebelet buang air besar. Mereka pun sama-sama berpikir, bagaimana caranya. Oke, on jo sebagai putri seorang damkar pernah diajari ayahnya bagaimana membuat toilet darurat dengan memanfaatkan bahan seadanya di sekitarnya. On jo pun mengajak teman - temannya untuk mencari sesuatu yang bisa menyerap cairan. Setidaknya, bisa menyerap urine yang mereka hasilkan dan merekapun bisa membuang sisa metabolisme padat mereka.
Di temukanlah busa dan kain - kain hasil dari mereka merobek sisi empuk kursi, dan dari mana saja itu. Kemudian mereka mencari sisi ruangan yang sekiranya bisa di tempati sebagai toilet darurat mereka.
Di sisi lain, Ayah On jo, Nam so ju pun demikian. Mereka bersama rekannya di kantor juga memiliki solusi demikian supaya bisa mengatasi masalah bagi rekannya.
Bagi saya, ini merupakan suatu edukasi penambah wawasan jika 'nauzubillah' mengahadapi keadaan darurat, bagaimanapun membuang sisa metabolisme juga penting.
Tiga. Cara -sebut saja- jenderal gitu ya dalam mengatasi wabah virus zombie di Kota Hyosan. Saat wabah merebak dengan cepatnya sehingga kota benar - benar kacau balau, jenderal dengan tegasnya mengambil kebijakan yang cukup berani. Yaitu dengan mengebom secara lokal di beberapa titik yang di tentukan. Zombie yang sangat peka terhadap suara digiring dengan pesawat kecil semacam drone yang menimbulkan suara bising, sehingga zombie mengikuti kemana pergi pesawat drone tersebut.
Alhasil, setelah sampai di titik yang di tentukan seperti lapangan SMA Hyosan, perempatan Hyosan, dan beberapa titik lagi, bom di jatuh ledakkan. Dan "Bhumm..." semua zombie mati terbakar.
Scene ini begitu mellow, dan bikin sedih. Pasalnya, ketika dari mereka yang selamat on jo, su hyeok atau su te ka, terus dia yang berbadan besar, nam ra si setengah zombie, harus merelakan keluarga, guru, dan teman yang mereka cintai menjadi zombie, kemudian harus rela lagi kehilangan selmanya mereka dengan pemboman sebagai cara menghentikan infeksi virus itu. Bahkan on jo harus merelakan choeng san -yang sudah terinfeksi tapi kebal dan menjadi senbi- yang baru saja mengungkapkan rasa harus mati dengan adanya ledakan itu.
Yah, bagi saya cara pemboman ini sadis ya. Tapi harus dengan apa coba menghentikan wabah virus zombie ini. Sang Jenderal pun akhitnya menebus keputusan super beratnya ini dengan nyawanya.
Yah, orang awam seperti saya begini mah waktu itu nggak kepikiran cara kaya gitu. Pikir saya waktu itu, si pembuat virus yaitu seorang guru entah kimia atau seingat saya fisika akan menemukan vaksin bagi penderitanya. Padahal pembuat virusnya aja terinfeksikan di serial ini. Kalau di serial zombie " happiness" kan ditemukan obatnya. Tapi di All of Us are Dead ini bener - bener bombastis banget caranya.
Oke, demikian 3 interesting scene dari All of Us are dead bagi saya.