Mohon tunggu...
Nayla I. Hisbiyah
Nayla I. Hisbiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 🎓 2021. Dalam pengabdian.

🍁 Worship | Work | Word | Worth | World 🦩 Menulis yang terbaik dari apa yang pernah dibaca, didengar, dilihat, dan dirasa || Freelancer || Tentang Pesantren.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Abu Nawas, Sufi yang Menghibur Tidak Dengan Melawak

5 Oktober 2021   23:35 Diperbarui: 5 November 2021   17:09 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Akurat.co

Figur yang famous hadir dalam cerita 1001 malam, penyair, cendekia, dan 'Alim bersahaja.

Dialah Abu Nawas atau Abu Nuwas. Di juluki dengan Nuwas karena rambut yang ikal. Yah, Nuwas artinya ikal. Sedangkan nama aslinya adalah Abu Ali al Hasan bin Hani al Hakami.

Beliau hidup di masa Khalifah Harun ar Rasyid, salah satu Khalifah Dinasti Abbasiyah. Pembawaannya yang sederhana tidak menjadikan penghalang khalifah untuk menjadi  dekat dengannya. 

Kerap kali khalifah dibuat speechless dengan kecerdikannya dalam menghadapi problem yang dihadapinya. Memang, Abu Nawas adalah rakyat biasa, namun memiliki kecerdikan akal, cendekia, seorang sufi, dan dalam ilmu agamanya. 

Buah kecerdikannya memang terkadang menggelitik, namun itu bukan melawak. Itulah pembawaannya yang ternyata memiliki keunikan dalam menyelesaikan perkara yang dihadapi. Tidak terduga.

Bagaimana tidak, 

Entah apa yang terjadi. Suatu ketika seseorang menantangnya apakah dia berani memantati wajah baginda Raja tanpa membuat Raja marah. Dia berpikir, apa yang perlu ditakuti di dunia ini. 

Hanya Tuhan saja yang pantas di takuti. Jadi Abu Nawas menerima tantangan itu. Abu Nawas pun berpikir, bagaimana cara supaya ia berhasil memantati raja dengan tanpa membuatnya marah. Membuat marah orang adalah dosa. Beberapa kali ia memutar otak. 

Kebetulan, ada event tertentu di kerajaan yang disitu juga dihadiri paduka Raja. Ia juga akan menghadiri acara itu. Tetapi ia merasa jika hari ini ia akan telat datang sebab belum menemukan ide bagaimana cara menyelesaikan tantangan itu. 

Sedangkan ia pasti akan diejek teman yang tadi memberinya tantangan jika Abu Nawas tidak berhasil menyelesaikannya.

Acarapun dimulai, Abu Nawas masih berpikir. Temannya pun sudah menjemput supaya datang bersama di acara tersebut. Abu Nawas berkata bahwa ia akan berangkat telat karena ada sesuatu dan menyuruh mereka berangkat terlebih dahulu. 

Nah, Abu pun menemukan sebuah ide. Sementara, Raja mencari-cari Abu Nawas mengapa sampai acara dimulai kok belum kelihatan. Dirumah, Abu Nawas tengah menambal celananya yang sobek di bagian belakang dengan karpet kecil sebagai tambalannya. 

Ketika sudah selesai, ia pun memakai celana tersebut dan datang ke acara. Ia sengaja telat supaya tidak kebagian tempat duduk. 

Benar saja, sesampainya disana, ia harus rela duduk diatas tanah. Raja yang sedari tadi mencari Abu Nawas segera turun tangan dan mencari keberadaannya. Alangkah terkejutnya raja ketika melihat teman dekatnya yang seharusnya duduk di depan malah duduk tak beralas.

Raja pun menemui Abu Nawas dan memintanya untuk berpindah ke tempat yang seharusnya. Abu Nawas menolak dengan dalih ia sudah beralas. Raja tak percaya dan tetap memintanya berpindah. 

"Apa Paduka tidak melihat alas duduk saya?" Tanya Abu pada Raja. 

"Tentu saja tidak, karena kamu tak membawa alas duduk sendiri." Jawab Raja. 

"Sungguh hamba membawanya, jika Paduka tidak percaya, izinkan saya menunjukkannya." Kata Abu Nawas.

Abu Nawas pun menunjukkan tembelan karpet pada celana bagian belakangnya dan secara otomatis ia harus memantati raja. Dengan begitu  Abu Nawas berhasil memantati Raja dan Raja pun tidak marah.

Sehabis acara, teman nya bertanya sudahkah ia menyelesaikan tantangannya. Abu Nawas pun bercerita apa yang barusan dialaminya.

Alkisah lagi,

Saat Abu Nawas mengatakan bahwa salat tidak perlu ruku' dan sujud. Serta menuduh Raja suka berbuat fitnah. Raja pun memanggilnya, dan menanyakan alasan mengapa ia bisa berkata demikian. 

Abu Nawas mengatakan bahwa orang-orang saja yang telah salah paham dengan apa yang ia katakan padahal ia belum selesai menagtakannya. Maksudnya, salat tanpa ruku' dan sujud ialah saat melaksanakan salat jenazah. 

Dan terkait menuduh raja suka fitnah, ia membacakan surah al Baqarah ayat 28 yang menerangkan bahwa anak-anak dan harta benda adalah fitnah. 

Bagaimana ia tidak mengatakan demikian sedangkan Raja memang sangat mencintai anak-anak Raja dan begitu juga dengan harta kemewahannya. Raja pun terdiam karena jawaban Abu Nawas di luar dugaannya dan tidak juga salah. 

Secara tidak langsung, itu merupakan kritik halus kepada Raja, supaya ia jangan terlena dengan hal-hal duniawi yang akan menjadikan Raja lupa dengan Akhirat.

Demikianlah diantara cerita kecerdikan, sifat sufi, dan kedalaman ilmu agama Abu Nawas yang dikemas dalam cita rasa humor yang tinggi.

Banyak sekali buku bertajuk cerita 1001 malam diterbitkan, dimana Abu Nawas tak pernah ketinggalan masuk sebagai seorang figur dengan cerita-ceritanya yang terkesan memang konyol, namun pada kenyataannya itu merupakan sebuah problem solving yang tak terasa jika telah dibuat menjadi cerita memiliki unsur humor yang tinggi.

Tak dapat dipungkiri meskipun ada yang menganggap bahwa Tokoh Abu Nawas hanya sebagai tokoh fiksi belaka. Tapi memang sudah menjadi cerita. 

Penulis pun juga belum bisa 100 persen mengklarifikasi kevalidan kejenakaan diri Abu Nawas dalam cerita tersebut. Mungkinkah bila memang ada cerita tentang kecerdikan Abu Nawas, kemudian di dramatisir lagi oleh orang-orang tertentu sehingga lebih menarik untuk diceritakan?

Entahlah.

Yang jelas di mata penulis. Abu Nawas adalah salah satu shufi, orang zuhud, cendekiawan muslim, 'alim, dan penyair.

Sebuah sya'ir fenomenal dapat menjadi bukti betapa Abu Nawas adalah hamba yang tunduk di hadapan Tuhannya, Allah SWT.

"Ilahi lastu lilfirdausi ahlan, walaa aqwa 'alan naaril jahiimi. Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghofirudz dzanbil 'azhimi."

"Tuhanku, aku bukanlah ahli surga, namun aku tak kuat merasakan api neraka. Maka, terimalah taubatku, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa besarku."

Al I'tiraf, sebuah pengakuan dari hamba yang berlumur dosa mengharap belas kasih Rabbnya. Sya'ir yang sering kita dengarkan. Teduh dan syahdu saat membaca syair itu.

Demikian.

https://www.republika.co.id

Akurat.co

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun