Alkisah, saat itu ada seorang petani yang sedang terkena problem. Bukan karena gagal panen atau kekeringan. Melainkan setiap hasil buminya membuahkan hasil, maka akan hilang dan tidak tau apa atau siapa yang membuat hasil panennya raib.
Hiduplah saat itu seorang yang kharismatik nan dalam ilmu agamanya. Beliau adalah Kyai Kholil Bangkalan.
Petani itu kemudian berniat mendatangi Kyai Kholil dengan maksud hendak meminta solusi.
Benar saja, petani tersebut mendatangi kediaman Kyai Kholil dan mendapati beliau sedang mengajar para santri beliau.
Kyai Khalil, adalah ulama yang terkenal memiliki kedalaman ilmu dan memiliki kedekatan hati kepada Alloh SWT. sehingga, tak jarang beliau dengan mudah memberikan solusi terhadap problem masyarakat. Bahkan, weruh sakdurunge winarah., mengetahui maksud hati seseorang sebelum orang tersebut menceritakan apa yang dialaminya. Itu semua terjadi atas izin Alloh SWT. dan anugerah dari Alloh SWT. untuk beliau.
Sesampainya di lokasi, petani tersebut mendapati Kyai Kholil sedang mengajar ilmu Nahwu, ilmu alat untuk memahami bahasa Arab. Beliau sedang menerangkan tentang lafazh جاء زيد (Ja a Zaidun) yang berarti "Zaid telah datang".
Okelah, kemudian Si Petani menemui Kyai Kholil yang sedang mengajar.
Dengan rendah hati, Kyai Kholil menemui petani tersebut. Si Petani bercerita bahwa hasil panen nya ada yang mencuri. Setiap pagi, tatkala Si Petani sampai ke sawah, dia sudah keduluan oleh si pencuri misterius. Si Petani pun meminta solusi kepada Kyai Kholil.
Oleh Kyai Kholil, Si Petani diminta untuk membaca lafazh Ja a Zaidun, pelajaran yang saat itu sedang disampaikan kepada santrinya, sebagai wirid untuk Si Petani. Dengan berharap penuh kepada Alloh SWT. bahwa esok dia akan mengetahui siapa dibalik misteri hilangnya hasil panen selama ini.
Si Petani pun pulang dengan puas dan mengamalkan apa yang disampaikan Kyai Kholil, yaitu membaca lafazh " ja a zaidun".
Dengan optimis berhasil, petani itu mematuhi perintah Kyai Kholil.
Benar saja, keesokan harinya, seperti biasa si Petani menuju sawah. Disana, ia di kejutkan dengan adanya sesuatu yang berdiri mematung di sawahnya. Rupanya, dia adalah pelaku yang selama ini dia cari.
Sayangnya, penulis belum mendapat keterangan apa yang terjadi setelahnya. Mungkin jika ada yang tau boleh di ceritakan di kolom komentar.
Hikmah dari cerita ini adalah, mari kita amalkan ilmu yang kita dapatkan dari guru kita walaupun sedikit. Ilmu yang bermanfaat, adalah ilmu yang diamalkan walaupun sedikit. Dengan adanya disertai rasa optimisme dan keyakinan penuh bahwa Alloh SWT. yang akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan.
Seperti dalam cerita, sebenarnya lafazh "Ja a Zaidun" adalah salah satu contoh penerapan fa'il dan fi'il (subjek dan kata kerja) dalam ilmu Nahwu, bukan murni bacaan wirid yang biasa diamalkan. Namun, Si Petani sukses mendapat solusi dengan berbekal rasa patuh dan yakin atas apa yang di perintahkan Kyai Kholil.
Ali bin Abi Thalib R.A. berkata, bersemayamnya ilmu dalam sanubari adalah dengan terus belajar, berkahnya ilmu dengan mengabdi, dan kemanfaatan ilmu dengan adanya Ridha dari Syaikh atau guru.
Begitulah, apapun yang disampaikan guru walau sedikit, merupakan ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H