Anak sulung saya  pernah bertanya, "Ibu, kenapa sih di rumah kita banyak aturan? Harus gini, harus gitu. Teman-teman aku bebas aja kok. Mau main seharian, gak perlu bobo siang, gak perlu hafalan."Â
Saya hanya tersenyum menanggapinya, meski sebenarnya gemas juga dengan protes anak tujuh tahun ini. Â Keluhan seperti ini tentunya bukan sekali dua kali ia lontarkan. Namun seiring berjalannya waktu, dan dengan berbagai penjelasan sederhana yang saya sampaikan, akhirnya ia dapat mulai berdamai dengan segala aturan rumah.
Ayah bunda tentunya ada yang pernah mengalami hal seperti di atas. Bukan hal mudah bagi anak untuk dapat menjalankan aturan dengan sukarela dan riang gembira. Namun  kita sebagai orang tua tetap memiliki kewajiban untuk dapat membiasakan anak dengan berbagai macam aturan dalam hidupnya.Â
Sebagai manusia, kita memiliki hak dan kewajiban. Hak setiap orang dibatasi dengan kewajiban untuk dapat menghargai hak orang lain. Disinilah aturan akan berperan agar hak dan kewajiban setiap orang dapat berjalan dengan seimbang.
Bagi anak, khususnya pada rentang usia dini, Â kita tidak menekankan pada pemahaman tentang pemenuhan hak dan kewajiban sebagaimana untuk orang dewasa. Namun intinya, anak harus dibiasakan untuk dapat teratur dan tertata, setidaknya dalam empat hal. Diantaranya kemampuan bina diri, ibadah, belajar dan bersosialisasi. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu.
1. Kemampuan bina diri
Kemampuan bina diri ini merupakan kemampuan anak untuk merawat dan mengurus dirinya sendiri. Misalnya makan, tidur, mandi, berpakaian,  merawat tubuh, dan lain-lain. Kemampuan bina diri merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki anak agar kelak dapat mandiri dalam kehidupannya. Jika merujuk pada teori Montessori, salah satu tokoh psikologi pendidikan anak. Kemampuan bina diri ini memiliki peran penting yang disebut dengan life skill (kecakapan hidup). Untuk anak usia dini, kemampuan ini melatih sikap teratur, kemandirian dan rasa tanggung jawab.Â
Terkait dengan aturan, dalam kegiatan bina diri anak perlu pembiasaan yang konsisten dari kita sebagai orang tua. Misalnya anak dibiasakan untuk bangun pagi, lalu memulai kegiatan paginya dengan sholat subuh, olahraga kecil, mandi, sarapan dan kegiatan-kegiatan produktif lainnya. Bagi saya dan keluarga, kegiatan pagi hari adalah penentu hari. Ketika terlambat bangun pagi, biasanya kegiatan-kegiatan dihari itu tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya. Entah ini sugesti atau bukan, namun jika merujuk salah satu hadist, Rasulullah SAW bersabda: "Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan." (HR Ath-Thabrani dan Al-Bazzar) Berdasarkan hadist tersebut, banyak berkah dan keberuntungan yang akan kita capai ketika kita membiasakan bangun dan bersemangat dipagi hari.
2. Ibadah
Setiap agama tentunya memiliki waktu-waktu tertentu untuk beribadah. Bagi seorang muslim, ada kewajiban sholat yang harus dilaksanakan secara rutin setiap hari. Bagi anak, kewajiban ibadah ini perlu dikenalkan dan dibiasakan untuk melatih perannya sebagai umat beragama.
3. Belajar
Kegiatan belajar juga merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi anak. Belajar merupakan cara anak untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan berbagai macam keterampilan yang akan berguna dalam kehidupannya. Namun kegiatan belajar ini seakan menjadi momok yang menakutkan sekaligus menyebalkan bagi anak. Tugas orang tua adalah bagaimana menjadikan kegiatan belajar yang dapat menarik minat dan semangat anak untuk melaksanakannya.
4. Bersosialisasi
Bersosialisasi merupakan cara anak untuk mengenal lingkungannya. Maka kegiatan ini merupakan salah satu kebutuhan yang penting yang harus didapatkan oleh anak. Kegiatan bersosialisasi bagi anak sejatinya adalah kegiatan bermain dan berhubungan dengan teman-teman di sekitarnya. Fitrahnya anak sangat suka bermain, bahkan dapat dikatakan bermain merupakan kebutuhan utama anak. Anak seringkali lupa waktu seakan tak pernah habis energinya untuk kegiatan satu ini. Disinilah peran aturan diperlukan, agar anak dapat menyeimbangkan kegiatan bermain dan bersosialisasi dengan kegiatan-kegiatan lain yang harus dilakukannya.Â
Pertanyaannya, bagaimana agar anak dapat menjalankan semua aturan di atas? Sepertinya berat ya Ayah Bunda. Di bawah ini akan saya paparkan beberapa cara agar anak paham dan dapat menjalankan aturan tanpa terpaksa.
1. Buat aturan yang realistis
Buatlah aturan yang sekiranya mampu anak lakukan. Tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah. Tidak ada salahnya Ayah Bunda melibatkan anak dalam membuat aturan beserta konsekuensinya berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan begitu anak akan lebih peduli terhadapa aturang yang dibuat karena ia merasa sudah ikut andil dalam pembuatannya.
2. Ajak bukan suruh atau mengancam
Ketika menerapkan sebuah aturan, dahulukan untuk mencontohkan. Hindari sikap mengancam, menakut-nakuti dan bersikap kasar. Kita boleh tegas tapi bukan berarti harus galak. Ajak anak untuk melakukannya bersama-sama. Bimbing selalu sampai anak dapat melaksanakan aturan tersebut secara mandiri tanpa harus diingatkan lagi.Â
Dalam hal ini, keteladanan dan bimbingan orang tua sangat diperlukan. Misalnya, kita ingin anak kita segera mandi pagi. Alih-alih berkata, "Cepat mandi, nanti bu guru marah kalau kamu kesiangan." Lebih baik katakan, "Ayok Kak  segera mandi, lihat Ayah sudah rapi menunggu Kakak untuk sarapan bersama."
3. Jadikan aturan sebagai kebiasaan
Jika pernah mendengar istilah "ala bisa karena biasa", saya sangat setuju dengan istilah tersebut. Segala sesuatu yang menjadi kebiasaan pada akhirnya akan menjadi sebuah kebutuhan dan membentuk sebagai sebuah aturan hidup seseorang. Misalnya, anak yang terbiasa rutin sarapan pada jam tertentu, akan sangat kesusahan jika ia tidak sarapan diwaktu yang semestinya. Maka kegiatan sarapan ini akan menjadi aturan wajib bagi dirinya agar perutnya tidak sakit misalnya. Atau  anak yang sudah terbiasa mandi pagi, maka ia akan sangat tidak nyaman jika dipagi hari tidak mandi.
4. Konsisten
Dalam menerapkan aturan pada anak, kita tidak boleh terkesan plin plan dan berubah-ubah. Konsistensi ini sangat penting, termasuk kesamaan pandangan antara ayah dan ibu maupun orang lain yang ada di sekitar anak. Misalnya, ketika ibu sudah menerapkan aturan anak boleh main gadget dengan durasi satu jam dalam sehari, maka ayah pun harus memiliki sikap yang sama dengan ibu. Karena sekali saja ada perbedaan aturan antara orang dewasa di sekitar anak, maka akan membuat anak bingung sekaligus menjadi kelemahan bagi anak untuk tidak menjalankan aturan.
5. Evaluasi
Dalam menerapkan aturan pada anak, kita sebagai orangtua bertindak untuk membimbing dan mengarahkan. Selain itu, ketika aturan sudah dijalankan, lihat proses dan hasilnya. Apakah sudah sesuai dengan harapan atau belum.Â
Yang perlu  diingat, kita menerapkan aturan pada anak tujuan utamanya bukan untuk mengekang atau membatasi semata. Namun melatih mereka untuk dapat menyeimbangkan perannya untuk menjalankan segala aktivitas dalam kehidupannya agar dapat berjalan baik dan tentunya bermanfaat.Â
Anak pada dasarnya suka bermain dan bersenang-senang. Jadi terapkan aturan dengan tetap memperhatikan unsur kesenangan dan kenyamanan hati anak ya Ayah Bunda.
Nah Ayah Bunda, itulah beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menerapkan aturan pada anak agar dapat dijalankan dengan baik. Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H