Mohon tunggu...
Namarappuccino Saja
Namarappuccino Saja Mohon Tunggu... -

Just call me Namarappuccino. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sudah Dengar Degub Jantungku?

5 Januari 2012   02:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dan di sini aku, mendapatkanmu. Kamu, sekarang menjadi doa dalam setiap tidur dan jaga. Sudah kuceritakan bukan, bagaimana setiap degub jantungku menyebut namamu? Aku tidak ingin berlebihan, tapi memang kenyataannya seperti itu. Dan di sini, di dadaku, aku selalu berkata kepada Tuhan untuk selalu menjagamu, menjadi bagian dari kebahagiaanmu.”

Kamu mulai tidak cemberut lagi.

“Apalagi ketika dalam setiap selamat pagiku, ada kamu dan secangkir kopi di sampingku. Itu. Itu yang membuatku selalu jatuh cinta kepadamu setiap pagi. Lagi, lagi dan lagi.”

“Oh tentu saja aku akui, dulu aku mencintaimu kecil. Tapi entah kenapa, kamu dan aku bisa menumbuhkannya setiap hari. Sampai kehilanganku yang dulu tidak ada lagi. Kehilangan? Ah tidak juga. Bagaimana kalau kita hapus saja kalimat itu? Bagaimanapun juga, kenyataannya aku tidak pernah kehilangan. Aku malah mendapatkan. Lihat? Ada kamu bukan? Yang senyummu, lebih berarti dari waktu.”

“Satu lagi yang selalu aku ingat darimu. Lagi-lagi kamu ambil dari SHINE ON quotes. Dan aku menyimpannya sampai kini. Masih, di dalam kepala. Oh, tidak juga ternyata. Aku menyimpannya dalam kepala, hati, dan keseharianku.”


Yang memang milikmu, pasti akan menjadi milikmu.
Yang memang bukan milikmu, tidak akan menjadi milikmu.
Yang belum waktunya datang, juga tidak akan datang sekarang.

Bagian mana yang belum dimengerti?


Lihat? Sederhana sekali. Tapi mencakup rahasia kehidupan bukan? Kadang, kita sama sekali tidak kehilangan. Perasaan kita saja yang merasa kehilangan. Padahal, bisa jadi sejak awal memang ditakdirkan bukan untuk kita. Bukankah seharusnya kita tidak kehilangan sesuatu yang bahkan tidak pernah kita miliki? batinku.
“Oh ya, jangan lupa, kalau aku mencintaimu.”

Kamu mulai tersenyum. Menyandarkan kepalamu. Sekarang, di dadaku. Aku ingin mendengar degub jantungmu yang terus mendoakanku, katamu.

Sudahkah kamu melihat bagaimana kamu tersenyum dan membuatku jatuh cinta setiap kali kamu melakukannya?

________

Diambil dari namarappuccino bersama fiksi dan puisi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun