Mohon tunggu...
Namarappuccino Saja
Namarappuccino Saja Mohon Tunggu... -

Just call me Namarappuccino. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sudah Dengar Degub Jantungku?

5 Januari 2012   02:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kemari,” kataku sambil menepuk bahuku. Barangkali, kamu mau mendengar ceritaku sambil menyandarkan kepalamu.

Kamu hanya tersenyum. Berjalan melangkah ke arahku, dan menyandarkan kepalamu ke bahuku.

Kamu tahu? Aku selalu suka momen-momen seperti ini. Kamu bersandar di bahuku. Siapa tahu, kamu bisa mendengar suara di dalam jantungku yang terus menyebut namamu. Ah, aku bercanda. Tapi kamu bisa mendengar degubnya, bukan? Meski bersandarnya tidak tepat di dadaku. Well, sebenarnya, setiap degubnya selalu bersamaan dengan menyebut namamu di hatiku.

Pernah suatu ketika aku mengatakannya kepadamu, tentang bagaimana setiap degub jantungku menyebut namamu. Dan kamu hanya tersenyum malu.

“Dasar tukang rayu,” katamu. Untuk kali ini, kamu salah. Aku tidak sedang merayu. Aku menceritakan yang sebenarnya. Biarlah kamu beranggapan bahwa aku memang tukang rayu. Bagiku, senyummu yang malu-malu itu, lebih berarti dari sebutan apa pun yang ditujukan kepadaku.

“Kamu mau bercerita tentang apa?” katamu setelah menyadarkan kepalamu. Sepertinya kamu memang hapal sekali dengan kebiasaanku. Jika aku memanggilmu kemari, pasti ada yang aku ceritakan.

“Tentang kehilangan,” kataku.

Keningmu berkerut. Nyaris saja kamu berdiri dari sandaranmu. Cepat aku menyambar, “Tidak apa, dengarkan dulu.”

Kamu tersenyum, aku tersenyum.

“Dulu …, dulu sekali. Aku pernah mencintai. Sangat. Sampai ingatanku tentang dia begitu lekat. Aku menulis, selalu tentangnya. Melihat apa pun selalu teringat dia. Dia membuatku nyaman dan tenang. Aku belum pernah merasakan seperti itu sebelumnya.”

Kamu cemberut, “Sepertinya aku tahu siapa dia.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun