Mohon tunggu...
yuli mokhtar
yuli mokhtar Mohon Tunggu... -

ORI is the best;)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Charita

30 April 2010   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:30 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cukup masuk di akalnya.
Esoknya ia meminta ayahnya membelikan tempat sampah depan sekolahnya,
di mobil, di depan rumahnya, di dapur, teras ruang makan, kamar dan
wcnya.
Semua jalur yang selalu dilalui Charita. Ayahnya menyanggupi.
Toh tak ada salahnya.

Ayahnya kini yang baru saja pulang kantor langsung masuk ke kamar
anaknya, memastikan mereka pulang, sehat dan sudah makan.
Ia membopong charita yang tertidur duduk dengan sisir di genggaman
tangannya dan rambut yang menggumpal kemana2 setelah disisir.
Ia meletakkan Charita perlahan2 di tempat tidur sambil membisikkan
ucapan,
Selamat ulang tahun gadis kecilku....
sambil meletakkan kado berisi tempat sampah mungil buat kamarnya,..
Paket terakhir dari hadiah yang ia cicil setiap hari sebelum ulang tahun Charita.
Rangkaian tempat sampah permintaannya.

Satu lagi. Charita tak mau ulang tahunnya dirayakan atau digema2kan
selayaknya teman2nya.
Kata omanya dahulu, ulang tahun itu bukti bahwa usia kita semakin
berkurang, tak usah dirayakan.
Cukup ucap syukur pada yang di Atas, bahwa kita masih diberi hidup.
Dan keesokan harinya omanya masuk rumah sakit dan tak pernah kembali
lagi. Selamanya. Cerita itu terkubur di hatinya mengiringi kepergian
omanya.

Charita tersenyum dalam tidur setelah dicium ayahnya. Bukan kegelian
oleh kumis sang ayah.
Namun dalam mimpinya ia bertemu sang Oma sedang membawakan kado
sebesar tempat sampah di sekolahannya.
Kado itu bergambar Bumi yang tersenyum...

Ayahnya heran menatap ekspresi anaknya yang berubah sedetik...

Karena setelah itu ia kembali cemberut. Rupanya di akhir mimpinya,
Omanya menghampiri,...
mengikat rambutnya...

Fin

30 04 10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun