[caption id="attachment_342267" align="aligncenter" width="778" caption=""][/caption]
Aroma hio dan dupa selalu tercium saat saya memasuki klenteng-klenteng di Kampung Pecinan Semarang. Setiap kali memasuki klenteng, saya selalu menemui lilin-lilin yang menyala, lampion, altar atau meja persembahan dan huruf-huruf Mandarin yang tertulis di beberapa sudutnya. Selain itu juga tedengar lagu-lagu Mandarin yang diputar hanya sayup-sayup saja. Suasana hening, karena biasanya ada satu dua orang atau bahkan lebih, yang tengah khusuk beribadah.
Selama saya menelusuri Pecinan Semarang, tercatat ada 11 buah klenteng yang berada di perkampungan ini. Klenteng-klenteng itu terpisah di beberapa tempat. Ke 11 klenteng itu adalah:
Klenteng Tong Pek Bio
Klenteng Ling Hok Bio
Klenteng Hoo Hok Bio
Klenteng Hwie Wie Kong
Klenteng Tiong Gie Tong
Klenteng Tri Noto Buko Bawono
Klenteng Gerjen
Klenteng Tay Kak Sie