Mohon tunggu...
Nadya AlmiraSimanjuntak
Nadya AlmiraSimanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketidakefektifan Pembelajaran Daring di Tengah Pandemik

1 Mei 2020   09:15 Diperbarui: 8 Juni 2021   15:54 6808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengamati Ketidakefektifan Pembelajaran Daring di Tengah Pandemik (unsplash/annie spratt)

"Pembelajaran daring yang diyakini sebagai sarana paling efektif selama pandemi Covid-19 nyatanya jauh dari yang diharapkan"

Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena imbas pandemik Covid-19 yang terjadi diseluruh dunia. 

Dikutip dari WHO (World Health Organization), Covid-19 adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. 

Virus ini diketahui menyebabkan infeksi  saluran nafas pada manusia mulai dari batuk, pilek hingga yang lebih serius. 

Pandemi Covid-19 menyebabkan pemerintah Indonesia turut mengeluarkan beberapa himbauan publik, mulai dari Social Distancing, Work From Home hingga Pembelajaran Daring.

Pembelajaran daring adalah pembelajaran jarak jauh yang menggabungkan teknologi elektronika dengan teknologi berbasis internet. 

Di Indonesia, hampir seluruh sekolah dan universitas sudah menerapkan seruan pembelajaran daring ini. Bahkan, beberapa perusahaan telekomunikasi sudah menjalin kerjasama dengan beberapa universitas sebagai bentuk dukungan mereka terhadap pembelajaran ini.

Baca juga :Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

Namun, pembelajaran daring yang diyakini sebagai sarana paling efektif selama pandemik nyatanya jauh dari yang diharapkan. Banyak tenaga pengajar, siswa dan mahasiswa merasa kesulitan selama proses pembelajaran ini dilaksanakan. Lantas apa saja yang menjadi alasan sehingga pembelajaran ini dinilai tidak efektif ?

Kuota Terbatas

Kuota terbatas menjadi hambatan paling banyak ditemukan dalam proses pembelajaran ini. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi berbasis internet. Jelas saja untuk bisa melakukan pembelajaran secara online baik pengajar, siswa serta mahasiswa harus memiliki kuota untuk bisa mengakses materi yang diberikan. 

Namun, kebanyakan pembelajaran online dilakukan melalui media-media atau aplikasi-aplikasi yang justru memerlukan kuota yang sangat tinggi seperti halnya video converence. Hal inilah yang menjadi kendala besar mengingat kondisi para siswa maupun mahasiswa yang belum berpenghasilan.

Jaringan Tidak Stabil

Kendala kedua yang paling banyak dirasakan selama pembelajaran online adalah jaringan yang tidak stabil. Keberadaan fasilitas jaringan merupakan hal yang paling utama dalam sistem pembelajaran daring, karena berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran. 

Keberadaan tenaga pengajar, siswa serta mahasiswa yang jauh dari jangkauan provider tentu tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan lancar.

Baca juga : Memotivasi Siswa SMPN 3 Kramatwatu dalam Menghadapi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

Banyak Gangguan

Pada awalnya banyak siswa serta mahasiswa yang menanggapi pembelajaran daring ini dengan baik, karena materi yang diberikan dapat diakses dimana saja tanpa terkendala waktu. Namun seiring berjalannya waktu, justru pembelajaran ini dinilai tidak efektif karena menurunkan mutu pengajaran dan pembelajaran.

Mengapa hal itu terjadi? Mengapa kemudahan dengan belajar dirumah justru menurunkan tingkat keefektifan belajar mengajar?

Berdasarkan pengalaman penulis serta cerita yang didapat dari teman-teman seangkatan, belajar dirumah justru lebih sulit daripada belajar tatap muka secara langsung di ruang kelas, karena adanya gangguan yang tidak kondusif sehingga sulit untuk bisa fokus terhadap materi yang diberikan oleh pengajar.

Sulit Memahami Materi

Pembelajaran yang dilakukan secara online membuat para siswa maupun mahasiswa kesulitan untuk memahami materi yang diberikan. Mengapa begitu? Banyak dari mereka yang merasa kesulitan untuk bisa berinteraksi dengan dosen ataupun gurunya. 

Beda halnya jika mereka belajar langsung secara tatap muka, pembelajaran daring membuat mereka tidak bisa bertanya secara langsung dan jelas akibat berbagai kendala sebelumnya seperti kuota, jaringan dan lainnya.

Selain itu, hal yang sama juga dirasakan oleh tenaga pengajar. Banyak tenaga pengajar yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa memberikan materi secara maksimal selama pembelajaran daring ini, mulai dari minimnya fasilitas tenaga pengajar hingga para siswa dan mahasiswa yang dinilai terlalu santai untuk mengikuti pembelajaran.

Baca juga : Upaya Guru Dalam Mengatasi Kecanduan Siswa terhadap Game Online Saat Pembelajaran Daring

Fasilitas Pembelajaran

Fasilitas pembelajaran daring menjadi salah satu alasan mengapa pembelajaran online dinilai tidak efektif. Dalam pembelajaran daring, tidak semua anak sama dalam hal kepemilikan fasilitas mengingat keadaan ekonomi di Indonesia yang sangat beragam. Bagi mereka yang keadaan ekonomi orang tuanya baik, fasilitas handphone atau laptop tidak menjadi masalah yang besar. 

Namun bagaimana mereka yang keadaan ekonomi orang tuanya tidak baik? Tentu saja ini menjadi kendala yang besar. Bagaimana si anak bisa mengikuti pembelajaran online jika handphone saja tidak punya. Selain itu, jika pun mereka punya handphone, keterbatasan kuota juga menjadi kendalanya.

Dilihat dari berbagai kendala yang ada, penulis berpendapat bahwa sistem pembelajaran daring tidak efektif. Maka dari itu, perlu adanya solusi agar proses belajar mengajar baik tingkat sekolah maupun universitas dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan. 

Selain itu, perlu juga adanya kesadaran dari para siswa dan mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran ini sesuai dengan waktu dan aturan yang diberikan oleh guru maupun dosen masing-masing.

Dengan adanya wabah ini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa kegiatan belajar mengajar secara langsung di ruang kelas tidak dapat tergantikan. Karena setidak efektif apapun belajar diruang kelas, tenaga pengajar dapat menyampaikan materi secara langsung. 

Selain itu, apabila ada siswa yang tidak paham terhadap materi yang diberikan, mereka dapat bertanya secara langsung kepada guru yang bersangkutan.

Artikel ini dibuat berdasarkan opini, beberapa pengalaman pribadi dan cerita yang didapat dari teman-teman, kerabat dekat, maupun keluarga penulis. Penulis adalah seorang mahasiswi S1 jurusan Ilmu Komputer di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Oleh : Nadyah Almirah Simanjuntak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun