Jam pukul 10 Malam, aku belum bisa juga tidur, biasanya jam 9 aku sudah tidur. Cuaca di luar begitu cerah walaupun di malam hari, bintang-gemintang dan cahaya bulan sabit menyinari malamku. Berpikir dan merenung. Tiba-tiba, aku pun dikaget oleh istriku tercinta.
"Pak, kenapa termenung malam-malam gini?" Tanya ia setelah mengagetkanku.
"Ibu ini, main kaget-kaget aja. Untuk nggak copot jantung bapak. Sebentar lagi hari Raya Idul Adha, Bu. Bapak pengen sekali berqurban dan bagi-bagi daging qurbannya ke tetangga. Walaupun nggak sapi, kambing aja bapak mau berqurban." Jawab aku.
Istriku pun pengen sekali bisa berbagi daging qurban sama tetangga. "Mudah-mudahan rezeki melimpah sebelum hari Raya Idul Adha, Pak."
"Aamiin," ucap kami berdua.
Dua bulan kemudian, suara takbiran terus berkumandang pertanda hari ini, hari raya Idul Adha. Aku sedang duduk di teras depan rumah seraya istirahat setelah shalat Id di Masjid Raya Kota, suasana ramai, bersalaman dan saling meminta maaf menghias hari ini. Istirahat yang ditemani secangkir teh hangat dan kue-kue lebaran yang kemarin dibuati oleh sang tersayang yaitu istri tercinta, hehehe. Sambil berpikir, besok lanjut beraktivitas alias kerja atau di rumah saja.
Sulaiman seorang pahlawan yang nggk pernah diangkat jadi pahlawan, setiap pagi ia terus berangkat untuk membuat kebersihan dan  keindahan  di jalan. Memiliki tinggi 158 Cm dan berambut ikal. Dan selalu disenangi oleh semua orang membuat ia selalu bersemangat dalam menjalani hidup walau dalam keadaaan yang cukup sederhana. Pak Iman itulah kerap panggilan ku. Aku tinggal bersama anak dan istriku di rumah yang cukup sederhana. Istriku membuka usaha membuat kue dan kue dititip di setiap warung, sedangkan anakku masih berusia 4 tahun.
Suara rintik-rintik hujan sampai terdengar ke telinga, istriku membangunkanku untuk bekerja walaupun suasana hari lebaran masih ada. "Pak, bangun-bangun kan hari ini mulai masuk kerja," Ujar istriku. "5 menit lagi, Sayang." Jawab aku.
Hujan seketika teduh, cahaya baskara pun sudah lama menyinari kampungku. Panasnya terasa seperti panas jam 10 pagi. "Bu, Bu, Bu, kenapa nggak bangunin Bapak ?" Tanya aku kepada istiku sambil tergesa-gesa bersiap-siap untuk pergi kerja. "Sudah ibu bangunin tadi, bapak bilang 5 menit lagi, ya ibu biarkan saja, hehe." Jawab ibu sambil senyum tipis-tipis.
Walaupun jam mau pukul 9.00 WIB, aku tetap bekerja membersihkan jalan, menyapu, dan membuang sampah supaya jalan Kota menjadi bersih dan asri. Memang tugas yang mulia kan, hehe. Untung jarak tempat aku membersihkan cukup dekat dengan rumah, jadi aku bisa santai perginya.
Sesampai di tempat, mataku kaget, jantung hampir copot, sampahnya sangat banyak, tidak pernah aku membersihkan sampah sebanyak ini sebelumnya, hampir mau nyerah, tapi aku ingat, aku harus bekerja untuk memberi nafkah kepada anak dan istriku.