Mohon tunggu...
Nala Widya Aprelia
Nala Widya Aprelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maliki Malang

masih belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro dan Kontra Naiknya Harga BBM-September 2022

18 September 2022   16:35 Diperbarui: 18 September 2022   16:42 3895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kisruh Bahan Bakar Minyak (BBM) pada bulan September 2022 sangat mengejutkan berbagai pihak. Bagaimana tidak? Informasi yang awalnya diberitakan BBM naik pada hari Kamis, 1 September 2022 tentu membuat heboh di semua kalangan masyarakat. 

Mengakibatkan antrean panjang di berbagai SPBU, mulai dari kendaraan roda dua, maupun  roda empat turut memenuhi SPBU pada Rabu, 31 Agustus 2022. Hal tersebut dimaksud untuk mengantisipasi naiknya BBM pada esok hari, 1 September 2022.

Seperti yang diketahui, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada Sabtu, 3 September 2022. Lewat pengumuman tersebut, harga Pertalite naik dari Rp7.650,00 menjadi Rp10.000,00 per liter. Harga solar juga ikut naik dari sebelumnya Rp5.150,00 menjadi Rp6.800,00 per liter. 

Kondisi serupa juga terjadi pada Pertamax, yang naik dari Rp12.500,00 menjadi Rp14.500,00 per liter. Perubahan harga ini berlaku sejak Sabtu, 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

Berdasarkan penuturan dari Menteri Keuangan Indonesia, Ibu Sri Mulyani Indrawati, ada beberapa alasan yang menjadi sebab BBM ini naik. Pertama, anggaran subsidi dan kompensasi energi 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun. Terdiri dari susbidi untuk BBM dan LPG dari Rp77,5 triliun menjadi Rp149,4 triliun, listrik dari Rp56,5 triliun ke Rp59,6 triliun. 

Kompensasi BBM dari Rp18,5 triliun menjadi Rp252,5 triliun serta kompensasi listrik naik dari Rp0 jadi Rp41 triliun sehingga total subsidi dan kompensasi untuk BBM, LPG, listrik itu naik mencapai Rp502,4 triliun. Menurutnya, angka tersebut akan meningkat terus menerus. Beliau menjelaskan, meskipun harga minyak mentah dunia mengalami penurunan, besarannya tidak akan cukup untuk meredam jebolnya anggaran subsidi dan kompensasi energi.

Sementara alasan kedua, kata Ibu Sri Mulyani, lantaran 70 persen BBM subsidi justru dinikmati kalangan mampu seperti pemilik mobil pribadi. Hal tersebut tentu menjadi beban, lantaran uang negara seharusnya diprioritaskan untuk kalangan yang tidak mampu. Terlebih, harga Pertalite dan Solar yang merupakan BBM subsidi, lebih banyak dikonsumsi kalangan masyarakat ekonomi mampu, terutama para pengguna mobil.

Jika yang dimaksud pengguna mobil dianggap sebagai masyarakat ekonomi mampu pengonsumsi BBM subsidi paling banyak, bagaimana tentang ojol yang memiliki mobil katakanlah innova keluaran terbaru. 

Apakah mereka juga disebut sebagai masyarakat ekonomi mampu? Apakah pemerintah belum terpikirkan hal tersebut nantinya akan bagaimana? Dengan kekhawatiran meningkatnya kesenjangan semakin besar karena tidak meratanya penggunaan BBM, hal ini diperkirakan tetap meningkatkan inflasi yang akan terjadi di Indonesia.

Saya juga turut menyaksikan keresahan pengguna BBM baik itu pertalite, pertamax atau solar. Saya belum tahu apa dampak kedepan yang akan terjadi setelah naiknya harga BBM ini. Seperti halnya naiknya harga minyak goreng beberapa bulan lalu yang mengakibatkan beberapa harga di sektor makanan turut berdampak. 

Contohnya gorengan, berubah ukuran atau naiknya harga. Akan tetapi, apakah sekarang harganya ikut turun ketika harga minyak goreng turun? Tidak. Produsen sudah nyaman di bagian tersebut. Lalu apakah di sektor BBM ini nanti mengubah pandangan distributor ? Apakah tidak ada gratis ongkos kirim (ONGKIR) setelah ini? Tidak ada yang tau. 

Jenis BBM juga memengaruhi kondisi dan stamina mesin motor. Contohnya pertalite, jika dibandingkan dengan pertamax diusahakan memakai pertamax jika ingin stamina mesin anda tetap bagus. Namun untuk sebagian besar mahasiswa sangat tidak relevan dengan uang saku yang mereka punya.

BBM sangat penting untuk operasional perusahaan, sangat berpengaruh di biaya produksi. Dampaknya bisa jadi perusahaan mengurangi biaya operasional. Beberapa perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan mengakibatkan meningkatnya pengangguran yang tentunya akan menambah kemiskinan di Indonesia.  

Jika perkiraan peningkatan inflasi terjadi, maka daya beli masyarakat akan bekurang. Dengan peristiwa ini tentu mengakibatkan beberapa pihak yang pro dan kontra mengenai hal tersebut. Tidak lain di kalangan buruh dan mahasiswa. 

Demo tolak BBM naik tak terbendung, penuhi jalan di berbagai daerah. Berusaha menyuarakan aspirasi mereka kepada jajaran petinggi. Sampai di beberapa kawasan, barisan petugas kepolisian dan kawat berduri dikerahkan untuk menghalau massa menerobos memasuki gedung.

Untuk bagian pihak yang pro terhadap naiknya BBM ini, ialah mereka menyebutkan beberapa alasan mengapa harga BBM ini patut untuk dinaikkan. Diantaranya dikarenakan kurs rupiah melemah terhadap dolar AS, keuangan Pertamina yang akan terbebani jika Pemerintah tidak menaikkan harga BBM. 

Selain itu, utang dolar AS yang dilakukan Pertamina juga besar, dana APBN untuk subsidi kurang, dan harga BBM saat ini sudah dibawah harga perekonomian. Sehingga kalau tidak dinaikkan maka Pertamina yang subsidi BBM.

Menurut berita terkini dari Bank Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III September 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga September 2022 diperkirakan inflasi sebesar 1,09 persen (mtm).

 Komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu bensin sebesar 0,91 persen (mtm), angkutan dalam kota sebesar 0,04 persen (mtm), angkutan antar kota, telur ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm). Bisa dilihat dampak kenaikan BBM pada bahan pokok atau keperluan rumah tangga lainnya.

Singkatnya, Dana APBN untuk subsidi BBM naik 3 kali lipat, utang dolar Pertamina besar memaksakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Kalau tidak, Pertamina yang akan menanggung subsidi BBM tersebut. 

Namun, dengan dikeluarkan kebijakan tersebut banyak juga sektor yang terkena imbas atas melonjaknya harga BBM. Dengan ini, diharapkan tujuan dari kenaikan harga BBM segera tercapai. Yakni meratanya pengguna BBM bagi yang mampu maupun tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun