Dia menjelaskan, adanya keinginan para pegadang agar pemerintah bisa memberi solusi terkait dengan pemakaian TikTok Shop. Omzet harian Pasar Tanah Abang saat ini telah anjlok secara signifikan.
"Belanja online itu lebih murah. Kadang di online harganya dibawah modal kita karena lebih murah, tidak repot, dan juga banyak (produk) yang dianggap jauh lebih murah," ujar Zakaria.
Zakaria berharap Pemerintah bisa segera mengambil tindakan untuk lebih mengatur perdagangan di platform jualan online. Sehingga masyarakat bisa kembali berbelanja di Pasar Tanah Abang. Pemerintah seharusnya mendorong perbuatan regulasi yang bertujuan melindungin untuk menjaga persaingan usaha tetap sehat.
"Saya berharap masyarakat kembali ramaikan Pasar Tanah Abang lagi," tutur zakaria.
Menurut Zakaria sebelum Covid-19 dan masifnya penjual online, dirinya bisa mendapatkan omzet hingga puluhan juta per hari dari penjualan baju muslim dan aksesoris. Bahkan, untuk mendapatkan jutaan dalam sehari saat ini terasa sangat sulit.
Sepinya pembeli baju di Pasar Tanah Abang ini akhirnya berdampak pada mereka yang berjualan bahan baku tekstil. Penurunan penjualan yang dialami Zakaria sebab platform online juga sudah banyak yang menggunakan.
Meskipun demikian, ia melihat penutupan social commerce seperti TikTok Shop adalah keputusan yang tepat. Aplikasi ini dinilai berpotensi melanggar perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat.
Sisi Lain Tiktok
Ratna (32), salah satu pengguna di TikTok Shop sempat mengungkapkan pandangannya. Namun menurut Ratna hal itu tidak berarti fitur dan platform untuk berjualan online dihilangkan.
"Tapi bukan berarti harus dihilangkan platformnya," ucap Ratna di Kawasan Bekasi beberapa waktu lalu.
"Dampak yang sangat dirasakan ketika TikTok Shop ditutup adalah kemudahan untuk membeli barang murah," lanjutnya.