Hallo Sobat Kompasiana!
Sudah tidak asing untuk kita semua saat mendengar kata tunarungu, yaitu teman -- teman dengan kondisi berkebutuhan khusus pada fungsi pendengaran yang terganggu. Namun, apakah dari kita sudah mulai mempelajari dasar -- dasar abjad pada Bahasa Isyarat Indonesia ( BISONDO ) agar bisa berkomunikasi dengan tunarungu? Lalu apakah kalian tahu bahwa tunarungu tidak selamanya mengalami kerusakan permanen?
Yuk kita bahas bersama -- sama tentang teman kita tunarungu yang memiliki porsi dan hak sama untuk hidup bersampingan dengan kita.
Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pada pendengaranya, baik  itu sebagaian atau seluruhnya yang mengakibatkan anak tidak dapat menangkap berbagai rangsangan. Istilah tunarungu berasal dari kata tuna artinya kurang dan rungu diartikan pendengaran, para ahli mengartikan menganai kelainan pendengaran adalah tuli ( deaf ),  bisu, tunawicara, cacat dengan kurang dengar dan tunarungu ( hard of hearing )
ISLAM MEMANDANG TUNARUNGUÂ
" Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu..." (An Nur: 61) "
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut." (Abu Daud)
Keterbatasan fisik yang dialami Teman Tunarungu merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dan sesuai hadit diatas dengan ujian ini lah derajat kemualian Anak berkebutuhan khusus tidak bisa dicapai hanya dengan amal akan diberikan.
Dengan itu kita sebagai manusia yang diciptkan sama derajatnya oleh Allah SWT harus memiliki sikap tetap rendah diri dengan teman -- teman Tunarungu, tidak memandang mereka sebelah mata, dan terus merangkul teman -- teman Tunarungu untuk Maju.