Â
Jadi orang cakep lebih enak, sebuah judul yang di posting pada akun youtube Gita Savitri Devi, didalam suatu masyarakat pasti ada ketidaksetaraan satu sama lain dan landasan dari faktor tersebut  fakta bisa dari faktor ekonomi, ras tertentu dan agama tertentu bahkan orientasi seksual tertentu.Â
Isu tentang "Beauty Privilege" yang diangkat oleh Gita Savitri Devi sangat relevan dalam masyarakat kita saat ini. Beauty privilege, atau keuntungan yang didapatkan oleh mereka yang dianggap memiliki wajah rupawan, merupakan bagian dari ketidaksetaraan sosial yang kompleks. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan preferensi estetika, tetapi juga menggarisbawahi ketidakadilan sistemik yang mendalam, yang sering kali diperkuat oleh media dan industri besar.Â
Saat ini ada sebuah fenomena yang mana Beauty Privilege yaitu Orang yang mempunyai wajah rupawan lebih mudah untuk mendapatkan sesuatu,Â
seperti contoh pada saat ini orang yang mempunyai wajah rupawan akan mudah terkenal dimana-mana ditambah lagi penggunaan sosial media berupa Tiktok juga menjadi salah satu media yang menyebarluaskan ketampanan atau kecantikan seseorang yang bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.Â
Ketimpangan Sosial ini cenderung bisa dirasakan oleh orang-orang yang tidak mempunyai suatu privilege tertentu sehingga dia lebih menyuarakan ketidaksetaraan ini, hal tersebut bisa terjadi karena orang yang mempunya sebuah privilege terus melestarikannya seperti meremehkan orang berada dibawah dia.Â
Apa hubungan dari privilege dan daya tarik seseorang?
Padahal kecantikan itu adalah sebuah pengamatan yang subjektif, ternyata ada sebuah studi yang membuktikan ada sebuah karakteristik yang mana semua orang setuju itu cantik.Â
Mengapa manusia lebih menyukai orang yang rupawan?
karena orang yang memiliki wajah rupawan mempunyai badan yang lebih kuat dan sehat, contohnya laki-laki dianggap sehat apabila mempunyai high level of testosterone, laki-laki dengan level testosteron yang tinggi memiliki fitur muka yang ganteng begitu pula bagi perempuan dianggap lebih subur apabila mempunyai level estrogen yang lebih banyak dibanding testosteron, seperti berdampak pada kulit yang mulus, tulang pipinya lebih tinggi.
Orang-orang mempunya daya tarik tinggi dianggap lebih pintar, mempunyai personality yang bagus, lebih mudah memiliki pasangan, mudah mendapatkan pekerjaan, gaji lebih tinggi padahal sebuah studi membuktikan mereka tidak lebih pintar, produktif ataupun tidak lebih mahir daripada yang memiliki wajah tidak rupawan.
Hal yang membedakan dari orang yang memiliki wajah rupawan adalah sebuah kepercayaan diri yang tinggi sehingga mereka lebih terlihat berkompeten dibanding orang yang tidak rupawan, bahkan ada di le system orang yang mempunyai wajah tidak rupawan cenderung akan mendapat hukuman yang lebih lama ketimbang orang yang mempunyai beauty privilege, karena orang yang mempunyai beauty privilege mempunyai pengalaman yang lebih baik dimasa kecil akhirnya itu semua berpengaruh pada diri dia, tetapi layaknya isu sosial lain beauty privilege ini tidak berdiri sendiri. Maksudnya adalah di masyarakat umum orang yang mempunyai wajah rupawan adalah orang mempunyai kulit putih, tiap-tiap negara colourizme itu unik.Â
Stereotip gender juga berpengaruh terhadap kasus ini, perempuan yang lebih cantik kalau dia feminim dan ganteng apabila maskulin. Yang menarik dari kejadian ini adalah tidak melulu beauty privilege memberi dampak positif terhadap mereka, contohnya orang mempunyai wajah rupawan mempunyai ekspektasi yang besar terhadap dirinya jadi misal dia tidak sesuai dia akan mendapat tekanan yang lebih besar. Hal tersebut bisa membuat stress seorang wanita karena mereka menganggap kecantikan itu penting bagi dirinya, karena orang mempunyai wajah rupawan yang akan dipuji adalah kecantikannya yang akan membuat perempuan lebih kritis terhadap kecantikan dirinya ketimbang laki-laki dan akhirnya muncul pemikiran perempuan hanya peduli terhadap kecantikan saja. Perempuan yang mempunyai daya tarik tinggi dan bekerja biasanya bekerja dua kali lipat untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih dari sekadar muka saja karena banyak orang beranggapan orang yang rupawan itu bodoh, mereka juga sering mendapatkan kekerasan seksual verbal maupun non verbal.Â
Gita Savitri seorang youtuber, menyebutkan bahwa media dan industri besar mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kasus ini, terutama beauty industri yang mana membuat orang-orang lebih berpikir kecantikan itu adalah sebuah jalan ninja menuju kesuksesan dan karena isu ini adalah sebuah isu yang kompleks kita memperlakukan isu ini juga tidak mudah, karena apabila seseorang mengatakan, " ah, lu mah enak cakep." atau "lu kan punya privilege, muka lu cantik." akhirnya diskusinya akan tidak efektif.Â
Argumen beauty privilege ini tidak bisa dipakai untuk menghilangkan efek terhadap orang-orang rupawan yang sudah mereka lakukan, karena bukan salah dia dapat keuntungan dari fisiknya, tetapi balik lagi dari masing-masing orang yang saling membantu untuk bisa memecahkan isu ini.
bagaimana pendapat anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H