Orang-orang mempunya daya tarik tinggi dianggap lebih pintar, mempunyai personality yang bagus, lebih mudah memiliki pasangan, mudah mendapatkan pekerjaan, gaji lebih tinggi padahal sebuah studi membuktikan mereka tidak lebih pintar, produktif ataupun tidak lebih mahir daripada yang memiliki wajah tidak rupawan.
Hal yang membedakan dari orang yang memiliki wajah rupawan adalah sebuah kepercayaan diri yang tinggi sehingga mereka lebih terlihat berkompeten dibanding orang yang tidak rupawan, bahkan ada di le system orang yang mempunyai wajah tidak rupawan cenderung akan mendapat hukuman yang lebih lama ketimbang orang yang mempunyai beauty privilege, karena orang yang mempunyai beauty privilege mempunyai pengalaman yang lebih baik dimasa kecil akhirnya itu semua berpengaruh pada diri dia, tetapi layaknya isu sosial lain beauty privilege ini tidak berdiri sendiri. Maksudnya adalah di masyarakat umum orang yang mempunyai wajah rupawan adalah orang mempunyai kulit putih, tiap-tiap negara colourizme itu unik.Â
Stereotip gender juga berpengaruh terhadap kasus ini, perempuan yang lebih cantik kalau dia feminim dan ganteng apabila maskulin. Yang menarik dari kejadian ini adalah tidak melulu beauty privilege memberi dampak positif terhadap mereka, contohnya orang mempunyai wajah rupawan mempunyai ekspektasi yang besar terhadap dirinya jadi misal dia tidak sesuai dia akan mendapat tekanan yang lebih besar. Hal tersebut bisa membuat stress seorang wanita karena mereka menganggap kecantikan itu penting bagi dirinya, karena orang mempunyai wajah rupawan yang akan dipuji adalah kecantikannya yang akan membuat perempuan lebih kritis terhadap kecantikan dirinya ketimbang laki-laki dan akhirnya muncul pemikiran perempuan hanya peduli terhadap kecantikan saja. Perempuan yang mempunyai daya tarik tinggi dan bekerja biasanya bekerja dua kali lipat untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih dari sekadar muka saja karena banyak orang beranggapan orang yang rupawan itu bodoh, mereka juga sering mendapatkan kekerasan seksual verbal maupun non verbal.Â
Gita Savitri seorang youtuber, menyebutkan bahwa media dan industri besar mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kasus ini, terutama beauty industri yang mana membuat orang-orang lebih berpikir kecantikan itu adalah sebuah jalan ninja menuju kesuksesan dan karena isu ini adalah sebuah isu yang kompleks kita memperlakukan isu ini juga tidak mudah, karena apabila seseorang mengatakan, " ah, lu mah enak cakep." atau "lu kan punya privilege, muka lu cantik." akhirnya diskusinya akan tidak efektif.Â
Argumen beauty privilege ini tidak bisa dipakai untuk menghilangkan efek terhadap orang-orang rupawan yang sudah mereka lakukan, karena bukan salah dia dapat keuntungan dari fisiknya, tetapi balik lagi dari masing-masing orang yang saling membantu untuk bisa memecahkan isu ini.
bagaimana pendapat anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H