Kalau menghadapi kegagalan atau kesalahan, hal biasanya yang Hamka lakukan adalah mencoba lihat lagi di mana letak salahnya atau bertanya langsung ke guru dan teman. Buat memotivasi diri, Hamka sering bilang ke diri sendiri, "Nggak ada yang langsung jago, semua butuh proses. Salah itu wajar." Terus, inget ke tujuan awal yaitu Hamka pengen jadi ahli di bidang yang ia ambil.
4. Mengatasi Tantangan di Sekolah
Untuk mengatasi tantangan di sekolah, Hamka harus tetap fokus dan tidak terlalu memikirkan. Kalau ada pelajaran atau tugas yang susah, biasanya ia bagi waktu buat belajar. Hamka juga sering mengadakan kerja kelompok sama temannya agar saling membantu. Kalau lagi ngerasa kurang percaya diri, Hamka selalu ingat kalau setiap orang punya kemampuannya masing-masing, dan Hamka juga merasa mampu buat ngatasin itu. Dengan demikian, pelan-pelan rasa percaya dirinya tumbuh.
5. Memandang Positif Kepada Diri Sendiri
Setiap manusia mempunyai pola pikir yang berbeda begitu juga dengan Hamka, cara Hamka memandang dirinya sendiri secara positif saat sedang merasa kekurangan, yaitu dengan cara fokus ke hal yang sudah berhasil dicapai. Meskipun belum terlalu sempurna, setidaknya ia sudah berusaha semampunya.
Konsep Diri Negatif
1. Perasaan Kurang Mampu/Gagal
Terkadang Hamka merasa kurang mampu atau gagal ketika teman-temannya lebih jago atau cepat dalam menyelesaikan tugas, ia juga suka membandingkan dirinyan dan temannya karena ia selalu tertinggal dalam beberapa mata pelajaran di sekolah. Hamka berusaha bangkit dari rasa gagal dan kembali memulai dengan rasa semangat.
2. Situasi/Kejadian yang Menyebabkan Rasa Sedih, Kecewa, atau Frustasi
Pernah Hamka mengalami kejadian yang bikin ia kecewa banget di sekolah. Waktu itu, Hamka lagi ngerjain tugas kelompok bersama teman-temannya. Kebetulan mereka sudah di bagi tugasnya masing-masing, dan Hamka  juga sudah kerja keras buat mengerjakan bagiannya. Tapi, pas udah hampir tenggat waktu, teman-temannya yang lain tidak mengerjakan tugas mereka dengan serius. Ada yang malah tidak datang pas kerja kelompok, ada juga yang telat mengumpulkan tugasnya. Awalnya Hamka ngerasa marah dan kecewa banget, bahkan hampir mikir kalau ia harus lebih memilih ngerjain segala sesuatunya sendiri. Tapi akhirnya, Hamka sadar kalau kejadian itu bikin ia belajar banyak tentang pentingnya komunikasi dan kerja sama. Dari situ, ia mencoba lebih bijak dalam memilih teman untuk kerja bareng, dan belajar buat gak terlalu kecewa terhadap hal yang gak berjalan sesuai rencana.
Sebagai kesimpulan, wawancara ini memberikan wawasan yang mendalam tentang konsep diri dan pandangan yang berharga dari narasumber. Apa yang telah disampaikan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pengaruhnya perkembangan kepribadian anak SMA/Sederajat, serta tantangan dan peluang yang dihadapi. Harapan saya, informasi yang diperoleh dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi pembaca dalam menghadapi isu-isu serupa. Terima kasih kepada Hamka atas waktu dan kesempatan yang diberikan untuk berbagi pengalaman serta pengetahuan.