Etika berasal dari kata Yunani "ethos," yang berarti karakter atau sifat, yang merujuk pada bagaimana seseorang seharusnya bertindak. Aristoteles, seperti dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, menjelaskan bahwa ethos mencakup karakter komunikator yang meliputi pikiran yang baik, akhlak yang baik, dan niat yang baik (good sense, good moral character, good will).Â
etika berkaitan dengan perilaku yang benar dalam kehidupan bermasyarakat, sementara secara etimologis, etik berarti "orang-orang yang berbudi luhur" atau individu dengan karakter yang kuat dan perilaku yang sesuai. Perilaku ini membantu seseorang menjadi lebih bermanfaat dalam hidupnya.
MACAM-MACAM ETIKA DAKWAH
Etika seorang dai mencerminkan akhlak Islam yang disampaikan dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi. Tutty Alawiyah menjelaskan bahwa seorang dai harus memiliki sifat-sifat berikut:
1. Al-Shidq (jujur, tidak berbohong).
Kejujuran mencakup niat, perkataan, dan perbuatan. Seorang dai yang jujur akan terlihat dari raut wajah dan suaranya. Allah memerintahkan setiap mukmin untuk berlaku jujur dan melarang dusta, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya agar bergaul dengan orang-orang yang jujur.
2. Al-Shabr (sabar dan tabah).
Kesabaran dibagi menjadi tiga, yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat, dan sabar dalam menghadapi ujian atau bahaya.
3. Ar-Rahmah (kasih sayang).
Seorang dai harus memiliki rasa kasih sayang kepada sesama.
4. Tawadu' (rendah hati).
Seorang dai harus menghindari sikap sombong dan bersikap rendah hati
Mudah bergaul
Dia harus memiliki kemampuan bergaul dengan baik di tengah masyarakat.
5. Amanah( terpercaya)
Kepercayaan merupakan sifat utama yang harus dimiliki seorang dai sebelum yang lainnya.
*ETIKA MAD'UÂ
Menghormati dai sebagai gurnya.
Memperhatikan keterangan yang disampaikan oleh dai.
 Sabar dalam proses mendapatkan ilmu melalui kegiatan dakwah yang diikuti.
*Macam-macam kode etik dakwah.
1. Konsistensi Antara Ucapan dan Tindakan.
Seorang da'i harus memastikan bahwa perkataan mereka sejalan dengan tindakan mereka. Apa yang mereka ajarkan kepada para mad'u juga harus mereka praktikkan sendiri. Da'i yang tidak bertindak sesuai dengan ucapannya diibaratkan seperti pemanah tanpa busur.
2. Tidak Ada Toleransi dalam Hal Agama.
Toleransi (tasamuh) memang dianjurkan dalam Islam, tetapi hanya dalam hal-hal tertentu yang tidak berkaitan dengan persoalan aqidah atau agama.
3. Tidak Menghina Sesembahan Non-Muslim.
Etika ini bersumber dari QS. Al-An'am: 108, yang melarang umat Islam untuk menghina sesembahan selain Allah. Sebab, tindakan itu dapat menyebabkan mereka membalas dengan menghina Allah secara berlebihan tanpa dasar pengetahuan.
4. Tidak Melakukan Diskriminasi Sosial.
Ini merujuk pada QS. Abasa: 1-2, di mana Nabi Muhammad menampakkan wajah masam dan berpaling ketika didatangi oleh seorang buta. Perilaku seperti ini dilarang, karena semua orang harus diperlakukan secara adil tanpa memandang status sosial atau fisik.
5. Tidak Memungut Imbalan dalam Berdakwah.
Terdapat perbedaan pandangan mengenai apakah seorang da'i boleh menerima imbalan untuk dakwah. Mazhab Hanafi melarangnya secara mutlak, sedangkan Imam Malik, Imam Syafi'i, serta beberapa ulama lainnya memperbolehkan, baik dengan perjanjian maupun tidak, asalkan imbalan tersebut disepakati terlebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H