Mohon tunggu...
Najwa Fadilah Affandi
Najwa Fadilah Affandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Universitas Andalas

Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Potensi Penurunan Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda

23 Desember 2024   22:32 Diperbarui: 23 Desember 2024   22:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstrak

Penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda menjadi isu yang signifikan di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi digital. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan nilai budaya, minimnya pemahaman sejarah, serta paparan budaya asing melalui media sosial. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis potensi penyebab penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda dan dampaknya terhadap identitas kebangsaan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui kajian pustaka, penelitian ini mengeksplorasi literatur terkait konsep nasionalisme, perubahan sosial, dan peran pendidikan dalam membentuk kesadaran nasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa strategi yang tepat, seperti penguatan pendidikan karakter, promosi budaya lokal, dan optimalisasi media digital untuk konten patriotisme, dapat membantu mengatasi tantangan ini. 

Kata Kunci: nasionalisme, generasi muda, globalisasi, pendidikan karakter, media sosial  

Abstract

The decline of nationalism among younger generations has become a significant issue amidst globalization and the rapid development of digital technology. This phenomenon is influenced by various factors, including shifts in cultural values, a lack of historical awareness, and exposure to foreign cultures through social media. This article aims to analyze the potential causes of the decline in nationalism among the youth and its impact on national identity. Utilizing a qualitative approach through literature review, this study explores relevant literature on the concept of nationalism, social change, and the role of education in fostering national awareness. The findings indicate that appropriate strategies, such as strengthening character education, promoting local culture, and optimizing digital media for patriotic content, can help address these challenges.  

Keywords: nationalism, youth, globalization, character education, social media 

A. PENDAHULUAN

Nasionalisme merupakan elemen fundamental dalam membangun, menjaga, dan memperkuat identitas suatu bangsa. Di Indonesia, konsep nasionalisme memiliki makna yang sangat khusus karena mencerminkan sejarah panjang perjuangan rakyat untuk meraih kemerdekaan, serta kemampuan bangsa ini untuk mempersatukan keberagaman etnis, agama, dan budaya. Sebagai negara dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan suku bangsa, dan berbagai tradisi yang unik, nasionalisme menjadi kunci utama untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman tersebut. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, nasionalisme, terutama di kalangan generasi muda, menunjukkan tanda-tanda penurunan. Fenomena ini menjadi perhatian serius di tengah arus globalisasi yang membawa dampak besar pada budaya, nilai, dan identitas bangsa. 

Generasi muda merupakan tulang punggung masa depan bangsa. Mereka tidak hanya bertanggung jawab melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya tetapi juga menjadi aktor utama dalam menentukan arah pembangunan bangsa. Sayangnya, penelitian menunjukkan adanya potensi penurunan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia. Menurut Rahman (2020), globalisasi yang didorong oleh pesatnya perkembangan teknologi digital telah memperkenalkan nilai-nilai asing yang sering kali tidak sejalan dengan budaya lokal.

Media sosial, yang menjadi platform utama bagi generasi muda untuk berinteraksi dan memperoleh informasi, menjadi saluran utama masuknya budaya global. Paparan terhadap budaya asing ini, meskipun memberikan wawasan yang luas, sering kali mengikis rasa cinta terhadap identitas lokal dan simbol-simbol kebangsaan seperti bahasa Indonesia, lagu kebangsaan, dan tradisi-tradisi nasional.[1] 

 Di sisi lain, sistem pendidikan nasional juga turut memengaruhi penurunan nasionalisme ini. Pendidikan seharusnya menjadi alat utama untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme melalui kurikulum yang dirancang untuk memperkuat wawasan kebangsaan, sejarah nasional, dan pendidikan karakter. Namun, penelitian oleh Pranoto (2019) menunjukkan bahwa implementasi pendidikan nasionalisme sering kali dianggap kurang relevan oleh generasi muda, yang lebih terfokus pada aspek akademik dan keterampilan teknis yang dianggap lebih berguna di dunia kerja. Akibatnya, pendidikan kurang mampu membangun keterikatan emosional siswa terhadap identitas nasional. 

 Globalisasi sendiri adalah fenomena yang kompleks, membawa dampak positif sekaligus tantangan. Di satu sisi, globalisasi membuka akses terhadap berbagai peluang, seperti kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan inovasi. Namun, di sisi lain, ia juga menciptakan homogenisasi budaya, di mana budaya lokal sering kali terpinggirkan oleh dominasi budaya global. Menurut Hidayat (2021), budaya populer global yang tersebar melalui film, musik, dan media sosial sering kali lebih menarik perhatian generasi muda dibandingkan dengan tradisi lokal yang dianggap kuno atau tidak relevan. Hal ini menyebabkan banyak generasi muda kehilangan keterikatan emosional terhadap nilai-nilai nasional yang seharusnya menjadi bagian dari identitas mereka. 

 Fenomena ini juga dipengaruhi oleh perubahan pola pikir generasi muda yang semakin pragmatis. Dalam era modern, nasionalisme sering kali dianggap sebagai konsep yang abstrak dan kurang relevan dengan kebutuhan praktis mereka. Generasi muda lebih tertarik pada isu-isu global seperti teknologi, keberlanjutan lingkungan, atau inovasi daripada simbol-simbol kebangsaan seperti lagu nasional atau upacara bendera. Hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai dan prioritas yang harus dipahami dan dikelola dengan bijak[2] .

 Selain itu, minimnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan-kegiatan yang memperkuat rasa kebangsaan, seperti program kepemudaan atau pelatihan kepemimpinan berbasis nasionalisme, juga menjadi faktor penyebab penurunan semangat nasionalisme. Kegiatan-kegiatan semacam itu sering kali dianggap membosankan atau tidak menarik dibandingkan dengan hiburan atau aktivitas yang ditawarkan oleh media digital. Akibatnya, generasi muda kehilangan kesempatan untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kebangsaan secara mendalam. 

 Dengan kompleksitas tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk memahami penyebab utama penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis kajian pustaka untuk menggali faktor-faktor yang memengaruhi nasionalisme generasi muda Indonesia, termasuk pengaruh globalisasi, peran media sosial, kelemahan dalam sistem pendidikan, dan perubahan nilai sosial. Kajian ini tidak hanya bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi strategis yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, pendidik, dan komunitas. 

 Melalui analisis yang mendalam, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi dalam memahami dinamika nasionalisme generasi muda serta memberikan rekomendasi yang relevan untuk membangkitkan kembali semangat cinta tanah air di era modern. Dengan demikian, generasi muda Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi individu yang kompeten dalam menghadapi tantangan global, tetapi juga memiliki identitas kebangsaan yang kuat dan kokoh sebagai landasan untuk membangun masa depan bangsa. 

  

B. METODE

 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kajian pustaka sebagai basis utama. Pendekatan kualitatif dipilih karena memungkinkan peneliti untuk menggali secara mendalam berbagai faktor yang memengaruhi penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda. Pendekatan ini tidak hanya mengandalkan data numerik, tetapi juga berfokus pada interpretasi dan pemahaman terhadap dinamika sosial, budaya, dan psikologis yang kompleks, yang sulit diukur secara kuantitatif. 

 Kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan, menelaah, dan menganalisis berbagai literatur yang relevan, seperti buku, artikel jurnal ilmiah, laporan penelitian, serta dokumen resmi terkait dengan tema nasionalisme dan generasi muda. Literatur yang digunakan berasal dari berbagai disiplin ilmu, termasuk sosiologi, antropologi, pendidikan, dan studi komunikasi, untuk memberikan perspektif yang holistik. Data yang diperoleh dari literatur ini dianalisis menggunakan metode analisis isi (content analysis), yang berfokus pada identifikasi tema, pola, dan hubungan antar konsep yang terkait dengan penurunan nasionalisme. 

 Sumber-sumber pustaka yang digunakan dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Pertama, sumber tersebut harus relevan dengan topik penelitian, terutama yang membahas nasionalisme dalam konteks generasi muda. Kedua, sumber harus memiliki validitas akademik, seperti artikel yang diterbitkan di jurnal bereputasi, buku yang ditulis oleh pakar, atau laporan resmi dari lembaga terpercaya. Ketiga, sumber harus memiliki cakupan waktu yang relevan, yaitu dalam rentang 10 tahun terakhir, untuk memastikan bahwa data yang digunakan mencerminkan kondisi terkini. 

 Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pencarian literatur menggunakan kata kunci tertentu, seperti "penurunan nasionalisme," "generasi muda," "pengaruh globalisasi," dan "media sosial." Pencarian dilakukan melalui database online, seperti Google Scholar, ProQuest, dan Scopus, serta perpustakaan universitas. Setelah itu, literatur yang ditemukan dievaluasi untuk memastikan relevansi dan kredibilitasnya. 

 

Tahap kedua adalah pengelompokan literatur berdasarkan tema utama yang relevan dengan penelitian, seperti: 

 

  • Pengaruh Globalisasi terhadap Nasionalisme 
  • Tema ini mencakup studi yang menjelaskan bagaimana globalisasi memengaruhi nilai-nilai kebangsaan generasi muda. 
  • Peran Media Sosial dalam Membangun atau Melemahkan Nasionalisme 
  • Fokus pada literatur yang membahas dampak media sosial sebagai saluran utama informasi bagi generasi muda. 
  • Pendidikan dan Nasionalisme 
  • Mengkaji bagaimana kurikulum dan metode pendidikan memengaruhi rasa nasionalisme siswa. 

 

Tahap ketiga adalah analisis data. Analisis dilakukan dengan cara membaca dan mencatat informasi penting dari literatur yang telah dikumpulkan. Catatan ini kemudian dikategorikan sesuai dengan tema penelitian, sehingga memudahkan untuk mengidentifikasi pola dan hubungan antara berbagai faktor. Dalam analisis ini, peneliti menggunakan teknik coding untuk mengorganisasi data, mengidentifikasi tema utama, dan menarik kesimpulan. 

 Selain kajian pustaka, penelitian ini juga mempertimbangkan wawasan dari laporan dan survei yang relevan. Misalnya, data survei tentang tingkat nasionalisme di kalangan generasi muda di Indonesia digunakan untuk memberikan konteks empiris terhadap temuan penelitian. Meskipun data ini bersifat sekunder, mereka memberikan informasi yang signifikan dalam memahami skala masalah dan variabel yang memengaruhi. 

 Sebagai langkah validasi, penelitian ini membandingkan berbagai temuan dari literatur yang berbeda untuk mengidentifikasi konsistensi atau perbedaan dalam hasil. Proses ini penting untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil tidak hanya berdasarkan satu sudut pandang, tetapi mencerminkan berbagai perspektif yang ada.  

 Pendekatan kualitatif dengan metode kajian pustaka ini dipilih karena mampu menjawab tujuan penelitian, yaitu menggali secara mendalam faktor-faktor penyebab penurunan nasionalisme dan memberikan rekomendasi strategis untuk membangun kembali semangat nasionalisme di kalangan generasi muda. Dengan metodologi ini, penelitian diharapkan dapat menghasilkan analisis yang mendalam dan komprehensif, sekaligus menjadi dasar untuk pengembangan kebijakan dan program yang relevan.

 

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Penelitian ini mengungkapkan bahwa penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia disebabkan oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan. Beberapa faktor utama yang berhasil diidentifikasi meliputi dampak globalisasi, pengaruh media sosial, perubahan nilai dan pola pikir generasi muda, kelemahan dalam sistem pendidikan nasional, serta kurangnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan kebangsaan. Pembahasan ini dibagi menjadi beberapa subtopik untuk memberikan analisis yang mendalam dan terfokus.

1. Revitalisasi Pendidikan Nasionalisme

 

Revitalisasi pendidikan nasionalisme adalah upaya strategis yang bertujuan menanamkan kembali rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap identitas bangsa, terutama di kalangan generasi muda. Untuk mencapai hal ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh melalui perbaikan sistem pendidikan, metode pengajaran, dan pelibatan seluruh elemen masyarakat. Berikut penjelasan langkah-langkah yang dapat dilakukan:

 

a. Reformasi Kurikulum Nasionalisme

 

  • Penyesuaian Materi Pembelajaran
  • Materi yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan perlu dirancang ulang agar relevan dan menarik. Hal ini termasuk memasukkan tema tentang keberagaman budaya, perjuangan para pahlawan, dan pentingnya persatuan bangsa. Contohnya, pelajaran sejarah yang menyoroti kontribusi daerah dalam perjuangan kemerdekaan dapat membangun rasa bangga siswa terhadap identitas lokal dan nasional. 
  • Integrasi Nilai Nasionalisme ke Mata Pelajaran Lain
  • Selain pelajaran PPKn atau Sejarah, nilai-nilai nasionalisme dapat diintegrasikan ke mata pelajaran seperti seni, olahraga, dan sains. Misalnya, siswa dapat membuat karya seni yang menggambarkan budaya Indonesia atau menyusun proyek ilmiah yang mengangkat kearifan lokal. 

 

b. Peningkatan Kualitas Guru

 

  • Guru adalah ujung tombak pendidikan nasionalisme. Oleh karena itu, pelatihan berkala diperlukan untuk membekali guru dengan metode pengajaran yang kreatif, seperti storytelling, simulasi sejarah, atau pembelajaran berbasis proyek. 
  • Guru juga harus didorong untuk menjadi role model bagi siswa dalam menunjukkan rasa cinta tanah air melalui sikap, perilaku, dan dedikasi terhadap profesi mereka.

 

c. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran

 

  • Digitalisasi Materi Nasionalisme
  • Pengembangan aplikasi atau platform digital yang menyediakan akses ke informasi sejarah, budaya, dan nilai-nilai nasionalisme dapat menjadi cara efektif untuk menarik minat siswa. 
  • Game Edukatif dan Interaktif
  • Game yang mengedukasi tentang perjuangan kemerdekaan, tokoh pahlawan, atau keindahan budaya Indonesia dapat meningkatkan pemahaman siswa secara menyenangkan. 

 

d. Pelibatan Ekstrakurikuler

 

Kegiatan seperti pramuka, seni budaya, debat kebangsaan, dan festival budaya dapat menjadi medium praktis untuk menanamkan rasa nasionalisme. Dalam kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan nyata. 

 Contohnya, melalui pramuka, siswa diajarkan pentingnya kerja sama, disiplin, dan keberagaman yang menjadi cerminan nilai-nilai Pancasila. 

 

e. Sinergi dengan Keluarga dan Masyarakat

 

Pendidikan nasionalisme tidak hanya tugas sekolah, tetapi juga tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Orang tua dapat menjadi panutan melalui tindakan nyata seperti mengajarkan lagu-lagu nasional, mengenalkan budaya lokal, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial. 

 Masyarakat juga dapat mendukung pendidikan nasionalisme melalui kegiatan seperti festival budaya, pameran seni, dan program literasi lokal. 

 

2. Pemanfaatan Media Sosial untuk Kampanye Nasionalisme

 

Media sosial menjadi medium yang sangat relevan dalam menyampaikan pesan-pesan nasionalisme kepada generasi muda. Dengan penetrasi internet yang tinggi, platform ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kampanye yang inovatif, partisipatif, dan berdampak luas. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

 

a. Pembuatan Konten Kreatif

 

  • Video Inspiratif
  • Video pendek tentang keberagaman budaya, perjuangan para pahlawan, dan keindahan alam Indonesia dapat menyentuh emosi generasi muda. Contohnya, dokumentasi tentang tradisi lokal atau kisah heroik pahlawan dapat meningkatkan apresiasi terhadap identitas bangsa. 
  • Infografis dan Meme Edukatif
  • Generasi muda lebih tertarik pada informasi yang visual dan ringkas. Infografis tentang fakta menarik seputar budaya Indonesia atau meme edukatif tentang nasionalisme dapat menyampaikan pesan dengan cara yang mudah diterima. 

 

b. Kolaborasi dengan Influencer

 

  • Generasi muda cenderung terinspirasi oleh tokoh yang mereka ikuti di media sosial. Oleh karena itu, kolaborasi dengan influencer, vlogger, atau selebriti yang memiliki citra positif dapat membantu menyebarkan pesan nasionalisme secara efektif. 
  • Influencer dapat berbagi pengalaman mereka dalam mengeksplorasi budaya lokal, mempromosikan produk tradisional, atau mengajak pengikut untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebangsaan seperti upacara bendera atau lomba budaya. 

 

c. Penggunaan Tagar dan Kampanye Interaktif

 

  • Kampanye nasionalisme dapat didukung dengan penggunaan tagar khusus yang mudah diingat, seperti BanggaIndonesia atau CintaTanahAir. 
  • Kompetisi online seperti lomba fotografi, video kreatif, atau cerita pendek dengan tema nasionalisme juga dapat mendorong partisipasi generasi muda. 

 

d. Penguatan Literasi Digital

 

  • Salah satu tantangan dalam pemanfaatan media sosial adalah maraknya hoaks dan konten negatif yang dapat merusak rasa nasionalisme. Oleh karena itu, literasi digital perlu ditingkatkan untuk membantu generasi muda menyaring informasi yang mereka terima. 
  • Pemerintah dan platform media sosial juga perlu berkolaborasi dalam membatasi penyebaran konten yang merugikan serta mempromosikan konten yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa. 

 

e. Peningkatan Partisipasi Komunitas Online

 

  • Komunitas online dapat menjadi medium untuk membangun dialog tentang nasionalisme. Forum diskusi, grup media sosial, atau webinar dengan tema kebangsaan dapat menjadi sarana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman antar generasi. 
  • Misalnya, komunitas pecinta sejarah atau seni budaya dapat mengadakan diskusi virtual tentang nilai-nilai nasionalisme dalam konteks modern. 

 

Dengan strategi-strategi ini, media sosial dapat menjadi alat yang sangat kuat dalam membangkitkan kembali semangat nasionalisme di kalangan generasi muda, sekaligus menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga identitas bangsa di era globalisasi.

 

3. Peran Organisasi Pemuda dalam Meningkatkan Nasionalisme

 

Organisasi pemuda memiliki peran strategis dalam membangun dan memperkuat rasa nasionalisme di kalangan generasi muda. Organisasi-organisasi ini, baik yang bersifat formal seperti organisasi kemahasiswaan atau pramuka, maupun yang bersifat non-formal seperti komunitas budaya, dapat menjadi wadah bagi pemuda untuk berkolaborasi dan mengekspresikan rasa cinta tanah air mereka. Berikut adalah beberapa cara organisasi pemuda dapat berkontribusi dalam meningkatkan nasionalisme:

 

a. Menyelenggarakan Kegiatan Edukasi dan Pelatihan

 

Organisasi pemuda dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif yang bertujuan menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Misalnya, mereka dapat mengadakan pelatihan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, mengenalkan peran para pahlawan dari berbagai daerah, dan menekankan pentingnya keberagaman dalam persatuan bangsa. Dengan cara ini, pemuda akan semakin paham mengenai sejarah dan kondisi sosial-politik Indonesia yang dapat meningkatkan kecintaan mereka terhadap bangsa.

 

b. Mengorganisir Kegiatan Sosial dan Pengabdian Masyarakat

 

Selain kegiatan edukasi, organisasi pemuda juga dapat terlibat dalam pengabdian masyarakat yang berfokus pada kesejahteraan sosial dan lingkungan. Kegiatan ini bisa berupa bakti sosial, penghijauan, atau program pemberdayaan masyarakat yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. Dengan terlibat dalam kegiatan sosial, pemuda akan merasakan langsung pentingnya rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara, serta membangun rasa kebersamaan di tengah masyarakat yang majemuk.

 

c. Penyelenggaraan Festival Budaya dan Kegiatan Seni

 

Festival budaya dan kegiatan seni yang diorganisir oleh pemuda dapat menjadi sarana yang efektif dalam memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia. Dalam acara-acara ini, pemuda dapat mengenal lebih dekat ragam tradisi, seni, musik, dan tarian dari berbagai daerah, yang sekaligus memperkenalkan dan memperkuat identitas nasional. Melalui seni dan budaya, generasi muda dapat lebih mudah memahami makna nasionalisme tanpa harus terbebani oleh teori yang berat.

 

d. Membangun Dialog Antar Generasi

 

Organisasi pemuda dapat menjadi jembatan antara generasi muda dengan generasi sebelumnya. Dialog antar generasi sangat penting untuk menciptakan pemahaman yang lebih dalam mengenai arti nasionalisme dalam konteks zaman yang terus berubah. Pemuda bisa belajar dari pengalaman dan perjuangan generasi sebelumnya, yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, serta mencari cara-cara baru untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut di era globalisasi.

 

e. Kampanye Nasionalisme melalui Media Sosial

 

Di era digital saat ini, organisasi pemuda juga bisa memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan pesan nasionalisme. Kampanye di media sosial dapat menjadi lebih luas dan berjangkauan global, karena banyak pemuda yang aktif di platform-platform digital. Melalui penggunaan hashtag tertentu, video edukatif, atau konten kreatif lainnya, organisasi pemuda dapat menggalakkan rasa bangga terhadap Indonesia, serta mengajak sesama pemuda untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

 Dengan segala potensi dan peran yang dimiliki, organisasi pemuda sangat memiliki kontribusi besar dalam membangun dan memperkokoh rasa nasionalisme di kalangan generasi muda. Keberadaan mereka di tengah masyarakat memberikan energi positif dan solusi praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

4. Mengoptimalkan Peran Pemerintah dalam Pembangunan Nasionalisme di Kalangan Pemuda

 

Pemerintah, sebagai lembaga yang memegang kekuasaan dan kebijakan di suatu negara, memiliki tanggung jawab besar dalam membangun nasionalisme di kalangan generasi muda. Untuk itu, berbagai kebijakan dan program yang mendukung pembentukan karakter kebangsaan perlu diperkenalkan dan diterapkan secara konsisten. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah:

 

a. Penyusunan Kebijakan Pendidikan yang Mendasar

 

Pemerintah harus memastikan bahwa pendidikan nasionalisme tidak hanya menjadi bagian dari kurikulum, tetapi juga menjadi budaya yang menyentuh seluruh aspek kehidupan siswa. Pemerintah dapat mengintegrasikan pendidikan kebangsaan dalam berbagai aspek pendidikan seperti pendidikan moral, karakter, dan sosial. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengajaran nilai-nilai Pancasila, sejarah kemerdekaan, serta pemahaman tentang keberagaman sebagai bagian dari identitas nasional.[3]

 

b. Pembangunan Infrastruktur yang Mendukung Pemuda

 

Pemerintah juga harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk pengembangan potensi pemuda. Misalnya, dengan menyediakan ruang-ruang publik yang mendukung kegiatan pemuda, seperti gedung pertemuan, taman kota, dan pusat budaya yang dapat menjadi tempat berkumpul dan berkreasi. Infrastruktur yang memadai memungkinkan pemuda untuk beraktivitas positif yang selaras dengan nilai-nilai nasionalisme.

 

c. Pemberian Dukungan pada Program Pemuda

 

Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran untuk mendukung berbagai program pemuda yang bertujuan menumbuhkan rasa nasionalisme. Program seperti beasiswa untuk pelajar berbakat, penghargaan untuk pemuda yang berprestasi, serta dukungan terhadap organisasi pemuda dapat meningkatkan motivasi dan rasa kebanggaan mereka terhadap bangsa. Dalam hal ini, pemerintah juga dapat bekerja sama dengan organisasi pemuda untuk menyelenggarakan program-program yang mengangkat semangat nasionalisme.

 

d. Kampanye Nasionalisme yang Menyasar Generasi Muda

 

Untuk menanggulangi penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda, pemerintah harus lebih gencar dalam menyelenggarakan kampanye nasionalisme. Kampanye ini dapat berupa iklan layanan masyarakat, kegiatan berbasis media massa, dan program edukasi di televisi atau radio yang menyasar pemuda. Pemerintah harus memastikan bahwa kampanye ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga menyentuh nilai-nilai yang dapat memotivasi pemuda untuk lebih mencintai tanah air mereka.

 

e. Penguatan Hukum dan Keadilan Sosial

 

Nasionalisme juga akan lebih terjaga jika masyarakat merasa bahwa hukum ditegakkan secara adil dan merata. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa pemuda memiliki akses yang adil terhadap pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak sosial lainnya. Ketika pemuda merasa dihargai dan diperlakukan adil oleh negara, mereka akan lebih mudah merasa memiliki dan mencintai negara ini.

 Dengan langkah-langkah tersebut, pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme yang kuat di kalangan generasi muda. Keberhasilan pemerintah dalam hal ini sangat bergantung pada komitmen dan konsistensi dalam menjalankan program-program yang ada, serta keterlibatan aktif berbagai elemen masyarakat.

 

5. Kolaborasi antara Masyarakat, Pendidikan, dan Pemerintah dalam Membangun Nasionalisme

 

Dalam menghadapi tantangan penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda, kolaborasi antara masyarakat, dunia pendidikan, dan pemerintah menjadi hal yang sangat penting. Sinergi antara ketiga elemen ini dapat menciptakan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam membangun dan mempertahankan rasa nasionalisme di kalangan pemuda.

 

a. Pendidikan sebagai Pondasi Utama

 

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun nasionalisme yang kokoh. Oleh karena itu, kerjasama antara pemerintah dan dunia pendidikan harus terjalin dengan baik untuk menciptakan kurikulum yang memadai. Melalui sekolah, para siswa dapat dibekali dengan pemahaman tentang sejarah, kebudayaan, dan nilai-nilai kebangsaan. Penting untuk menekankan bahwa pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga pendidikan karakter yang membentuk sikap dan perilaku pemuda dalam masyarakat.

 

b. Peran Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Nasionalisme

 

Masyarakat, sebagai lingkungan sosial yang pertama kali ditemui oleh generasi muda, memiliki peran penting dalam membentuk karakter mereka. Keluarga, tetangga, dan masyarakat luas harus bekerja sama dalam memberikan teladan yang baik mengenai rasa cinta tanah air. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat dapat memberikan contoh bagaimana menjaga keberagaman dan kebersamaan, serta menghargai setiap perbedaan yang ada. Selain itu, masyarakat juga dapat mendukung kegiatan-kegiatan yang berbasis budaya, seperti lomba seni, pameran budaya, dan acara peringatan hari besar nasional, yang turut mengingatkan pemuda akan pentingnya nasionalisme.

 

c. Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dan Dunia Pendidikan

 

Pemerintah harus menjadi penggerak utama dalam mengkoordinasikan upaya ini. Kerja sama antara sekolah, universitas, organisasi pemuda, dan lembaga sosial lainnya sangat dibutuhkan. Pemerintah dapat memfasilitasi program-program yang melibatkan pemuda dalam kegiatan sosial, kebudayaan, dan kewirausahaan yang sejalan dengan semangat nasionalisme. Dengan membangun kemitraan yang baik antar ketiga elemen ini, maka rasa nasionalisme akan terjaga dengan baik dan dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

 Keberhasilan kolaborasi ini akan menciptakan iklim sosial yang kondusif bagi pembentukan generasi muda yang cinta tanah air, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan semangat kebangsaan yang tinggi.

 

D. PENUTUP

 

Penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda merupakan tantangan besar bagi masa depan bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan keberagaman budaya, etnis, dan agama, menjaga dan memperkuat rasa nasionalisme di kalangan pemuda adalah kunci untuk memastikan persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga, baik dalam situasi politik yang berubah-ubah, maupun dalam era globalisasi yang semakin pesat. Dalam penurunan nasionalisme yang terjadi, terdapat berbagai faktor yang saling berhubungan, mulai dari pengaruh media sosial, kemajuan teknologi, hingga globalisasi yang mengubah cara pandang pemuda terhadap identitas dan keberagaman bangsa.

 Untuk mengatasi penurunan ini, diperlukan upaya bersama yang melibatkan banyak pihak. Organisasi pemuda, pemerintah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya nasionalisme dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Melalui kegiatan edukasi, kampanye budaya, serta pembentukan kebijakan yang mendukung penguatan nasionalisme, diharapkan generasi muda dapat merasakan pentingnya rasa cinta tanah air dan rasa tanggung jawab untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia.

 Langkah-langkah yang bisa diambil dalam meningkatkan nasionalisme pemuda antara lain adalah: pertama, mengoptimalkan peran organisasi pemuda dalam menyelenggarakan kegiatan yang mendukung rasa nasionalisme, seperti pelatihan sejarah, kegiatan sosial, dan festival budaya; kedua, memperkuat peran pemerintah dalam menyusun kebijakan pendidikan yang tidak hanya menanamkan pengetahuan, tetapi juga karakter kebangsaan dan kecintaan terhadap tanah air; dan ketiga, meningkatkan kerjasama antara masyarakat, dunia pendidikan, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme.

 Melalui usaha bersama ini, generasi muda akan lebih menyadari pentingnya keberagaman sebagai kekuatan bangsa dan belajar untuk menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan. Di samping itu, dengan memperkenalkan lebih banyak aspek budaya dan sejarah Indonesia, serta memberikan contoh teladan yang baik di lingkungan sekitar, kita bisa mewujudkan generasi muda yang tidak hanya memiliki identitas nasional yang kuat, tetapi juga mampu bersaing dalam era global dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.

 Dalam kesimpulannya, membangun kembali nasionalisme di kalangan pemuda bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat dan kerjasama yang baik antara berbagai pihak, kita dapat mengembalikan semangat nasionalisme di hati generasi muda. Semangat ini harus terus dipupuk agar rasa cinta terhadap bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan diperkuat di setiap generasi, baik dalam aspek sosial, politik, maupun budaya.

DAFTAR PUSTAKA

 

Putra, Raffi Rhama, Ahmad Azmi Dayani, Auryn Rasendriya, Azkanissa Shabirina, Mifta Dhaha Mardhia, Godwin Frederick Sianipar, Afifah Khairunnisa, dan Sahda Muthi'ah. "Westernization versus Nationalism: Revitalisasi Identitas Budaya dan Jati Diri Bangsa Di Lingkungan Mahasiswa Universtas Andalas," no. June (2024).

 

Ulya, Dhiya Fauziyyah, Fidya Alfafa Aziz, dan Tazkiya Fathia Rahma. "Dinamika Sikap Generasi Milenial Terhadap Bahasa Indonesia Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah Unisba Angkatan 2022." Perspektif: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Bahasa 2, no. 1 (2024): 167--80.

 

Wismayadewi, Laksmi Aliyya, dan Fatma Ulfatun Najicha. "Pancasila dalam Konteks Globalisasi Media Sosial: Dampaknya Terhadap Identitas dan Sikap Generasi Muda Indonesia." ResearchGate, no. December (2023): 1--9.

 

Hidayat, A. (2017). Perubahan sosial dan dampaknya terhadap nasionalisme generasi muda. Jurnal Studi Sosial, 21(2), 45-60.

 

Pranoto, S. (2019). Dinamika nasionalisme dalam era digital: Perspektif pemuda Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial, 17(3), 112-128.

 

Anderson, B. (2006). Imagined communities: Reflections on the origin and spread of nationalism (Revised edition). Verso.

 

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik (Edisi Revisi). Rineka Cipta.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun