Globalisasi sendiri adalah fenomena yang kompleks, membawa dampak positif sekaligus tantangan. Di satu sisi, globalisasi membuka akses terhadap berbagai peluang, seperti kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan inovasi. Namun, di sisi lain, ia juga menciptakan homogenisasi budaya, di mana budaya lokal sering kali terpinggirkan oleh dominasi budaya global. Menurut Hidayat (2021), budaya populer global yang tersebar melalui film, musik, dan media sosial sering kali lebih menarik perhatian generasi muda dibandingkan dengan tradisi lokal yang dianggap kuno atau tidak relevan. Hal ini menyebabkan banyak generasi muda kehilangan keterikatan emosional terhadap nilai-nilai nasional yang seharusnya menjadi bagian dari identitas mereka.Â
 Fenomena ini juga dipengaruhi oleh perubahan pola pikir generasi muda yang semakin pragmatis. Dalam era modern, nasionalisme sering kali dianggap sebagai konsep yang abstrak dan kurang relevan dengan kebutuhan praktis mereka. Generasi muda lebih tertarik pada isu-isu global seperti teknologi, keberlanjutan lingkungan, atau inovasi daripada simbol-simbol kebangsaan seperti lagu nasional atau upacara bendera. Hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai dan prioritas yang harus dipahami dan dikelola dengan bijak[2] .
 Selain itu, minimnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan-kegiatan yang memperkuat rasa kebangsaan, seperti program kepemudaan atau pelatihan kepemimpinan berbasis nasionalisme, juga menjadi faktor penyebab penurunan semangat nasionalisme. Kegiatan-kegiatan semacam itu sering kali dianggap membosankan atau tidak menarik dibandingkan dengan hiburan atau aktivitas yang ditawarkan oleh media digital. Akibatnya, generasi muda kehilangan kesempatan untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kebangsaan secara mendalam.Â
 Dengan kompleksitas tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk memahami penyebab utama penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis kajian pustaka untuk menggali faktor-faktor yang memengaruhi nasionalisme generasi muda Indonesia, termasuk pengaruh globalisasi, peran media sosial, kelemahan dalam sistem pendidikan, dan perubahan nilai sosial. Kajian ini tidak hanya bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi strategis yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, pendidik, dan komunitas.Â
 Melalui analisis yang mendalam, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi dalam memahami dinamika nasionalisme generasi muda serta memberikan rekomendasi yang relevan untuk membangkitkan kembali semangat cinta tanah air di era modern. Dengan demikian, generasi muda Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi individu yang kompeten dalam menghadapi tantangan global, tetapi juga memiliki identitas kebangsaan yang kuat dan kokoh sebagai landasan untuk membangun masa depan bangsa.Â
 Â
B. METODE
Â
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kajian pustaka sebagai basis utama. Pendekatan kualitatif dipilih karena memungkinkan peneliti untuk menggali secara mendalam berbagai faktor yang memengaruhi penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda. Pendekatan ini tidak hanya mengandalkan data numerik, tetapi juga berfokus pada interpretasi dan pemahaman terhadap dinamika sosial, budaya, dan psikologis yang kompleks, yang sulit diukur secara kuantitatif.Â
 Kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan, menelaah, dan menganalisis berbagai literatur yang relevan, seperti buku, artikel jurnal ilmiah, laporan penelitian, serta dokumen resmi terkait dengan tema nasionalisme dan generasi muda. Literatur yang digunakan berasal dari berbagai disiplin ilmu, termasuk sosiologi, antropologi, pendidikan, dan studi komunikasi, untuk memberikan perspektif yang holistik. Data yang diperoleh dari literatur ini dianalisis menggunakan metode analisis isi (content analysis), yang berfokus pada identifikasi tema, pola, dan hubungan antar konsep yang terkait dengan penurunan nasionalisme.Â
 Sumber-sumber pustaka yang digunakan dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Pertama, sumber tersebut harus relevan dengan topik penelitian, terutama yang membahas nasionalisme dalam konteks generasi muda. Kedua, sumber harus memiliki validitas akademik, seperti artikel yang diterbitkan di jurnal bereputasi, buku yang ditulis oleh pakar, atau laporan resmi dari lembaga terpercaya. Ketiga, sumber harus memiliki cakupan waktu yang relevan, yaitu dalam rentang 10 tahun terakhir, untuk memastikan bahwa data yang digunakan mencerminkan kondisi terkini.Â