Mohon tunggu...
Najwa Afifah
Najwa Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Gizi

Hi!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemberian Asupan Gizi Cukup untuk Meningkatkan Psikomotorik Anak pada Balita

26 November 2021   09:35 Diperbarui: 26 November 2021   10:18 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PEMBERIAN ASUPAN GIZI CUKUP UNTUK MENINGKATKAN PSIKOMOTORIK ANAK PADA BALITA

Oleh :

Najwa Afifah

Zahidah Zahra Taqiyyah

Universitas Brawijaya

Abstrak : Penelitian menunjukkan bahwa asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan dapat mengoptimalkan perkembangan psikomotorik balita. Pemenuhan gizi yang sesuai saat balita sangat penting bagi kehidupan anak pada masa dewasa nanti. Sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan psikomotorik anak. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memenuhi asupan gizi dengan cukup. Pemenuhan gizi yang sesuai dapat dilakukan dengan menerapkan “Tumpeng Gizi Seimbang”. Dengan terpenuhinya asupan gizi tersebut, maka perkembangan dan pertumbuhan anak akan berjalan dengan baik. Setiap anak sangat membutuhkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan asupan gizinya, dari makanan tersebut terdapat zat yang akan diproses menjadi energi kemudian dipakai untuk perkembangan psikomotorik. Energi sebagai pendukung metabolisme dan pertumbuhan yang dapat mempengaruhi seorang anak dalam melakukan aktivitasnya. Anak yang tidak diberikan asupan energi yang cukup akan berdampak buruk pada metabolisme tubuh, sehingga tubuh tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Anak yang memiliki status gizi buruk atau asupan gizinya kurang, maka akan menghambat pertumbuhan fisik yang secara langsung juga mempengaruhi psikomotorik anak. Seorang ibu juga mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak.

Kata Kunci : gizi, psikomotorik, balita

Gizi sebagai faktor terpenting dalam kelangsungan perkembangan anak, kecerdasan anak, kemampuan berbahasa, emosi sosial, dan kreativitas pada masa balita. Asupan makanan yang baik akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan, sebab perkembangan dan pertumbuhan terjadi secara bersamaan. Perkembangan sangat penting bagi anak sebab  sebagai cerminan dari pematangan saraf seperti otak. Perkembangan terdiri atas perkembangan psikomotorik, kognitif, serta emosional yang saling mendukung. Perkembangan psikomotorik meliputi keterampilan motorik halus, motorik keseluruhan, bahasa, perkembangan sosial, dan kemandirian.

Zulaikhah (2010) menggunakan hasil uji statistik untuk menunjukkan signifikansi 0,039 (p < 0,05) bahwa terdapat korelasi antara status gizi dengan perkembangan anak di bawah 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anak dengan  perkembangan  normal lebih tinggi pada anak dengan gizi normal (82,2%) dibandingkan pada anak dengan  gizi kurang (7,1%). Status gizi baik sangat penting untuk tumbuh kembang anak.

Status gizi dapat memberikan informasi mengenai kualitas gizi seseorang, karena pertumbuhan normal  anak  dapat terjadi apabila asupan makanannya memenuhi kebutuhannya. Status gizi normal dicapai dengan keseimbangan asupan, penyerapan, dan penggunaan zat gizi yang tepat sesuai kebutuhan. Kekurangan dan  kelebihan  gizi dalam jangka waktu tertentu dapat mempengaruhi status gizi. Status gizi kurang disebabkan oleh asupan makanan yang tidak mencukupi, sedangkan status gizi berlebih disebabkan oleh asupan makanan yang berlebihan.

Gizi yang cukup sangat penting dalam perkembangan psikomotorik anak agar dapat mengetahui apakah ada penyimpangan secara dini karena keterlambatan perkembangan anak dan sebagai upaya stimulasi penyembuhan dan pemulihan sebagai pelayanan kesehatan agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Kurangnya gizi pada anak akan menyebabkan terganggunya perkembangan otak serta mental tergantung dari berat derajatnya. Waktu dan lama perkembangan motorik dalam pertumbuhan otak tidak akan berkembang hanya melalui kematangan, tetapi juga melalui faktor keterampilan, lingkungan, dan kepribadian yang juga dapat mempengaruhi terlambatnya perkembangan motorik anak.

Kami merasa adanya keterkaitan antara asupan gizi cukup dengan perkembangan psikomotorik anak dan kami akan mencoba mengkaji lebih dalam mengenai hal ini. Kasus ini bisa dilihat dalam hasil penelitian Pantaleon dkk 2016, ditemukan hubungan yang signifikan antara perkembangan motorik anak dengan asupan energinya, yaitu anak dengan perkembangan motorik terhambat atau kurang (20,51%) lebih banyak memiliki asupan energi yang tidak mencukupi  jika dibandingkan anak dengan asupan energi yang tercukupi (6,56%). Proporsi anak yang memiliki asupan energi cukup lebih tinggi 14% serta mempunyai perkembangan motorik yang tidak terhambat atau dikatakan baik.

Perkembangan dan pertumbuhan jika tidak dilakukan dengan asupan gizi yang cukup akan dapat mempengaruhi psikomotorik seseorang. Setiap individu terutama seorang anak  sangat memerlukan makanan karena dari makanan terdapat zat yang akan diproses menjadi energi dan nantinya energi tersebut dipakai untuk perkembangan psikomotorik itu sendiri. Berdasarkan uraian singkat di atas, artikel ini difokuskan pada asupan gizi yang baik agar dapat meningkatkan psikomotorik anak. Tujuan dari penulisan artikel ini untuk menjelaskan asupan gizi yang baik agar dapat meningkatkan psikomotorik anak.

ASUPAN GIZI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN ANAK

Gizi merupakan unsur yang terdapat dalam makanan yang dapat bermanfaat bagi tubuh  ketika dikonsumsi (Fitriana, 2020). Asupan gizi yang tepat terdiri dari zat gizi makro seperti protein, lemak, serta karbohidrat, dan zat gizi mikro seperti mineral dan vitamin. Asupan gizi yang sesuai berarti nutrisi yang masuk tidak kurang yang dapat menyebabkan stunting ataupun tidak berlebihan yang dapat menyebabkan obesitas. Pola makan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak, baik dalam kognisi maupun psikomotorik. Asupan makanan sangat penting untuk diperhatikan agar perkembangan serta pertumbuhan anak dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan Riskesdas 2010, Indonesia memiliki 4,9% balita dengan status gizi buruk, 17,9% balita status gizi kurang, serta 5,8% balita status gizi lebih. Pemenuhan gizi yang sesuai dapat dilakukan dengan menerapkan “Tumpeng Gizi Seimbang” yang merupakan pembaharuan dari “4 Sehat 5 Sempurna”. Salah satu pilar yang terdapat dalam tumpeng gizi seimbang yaitu konsumsi makanan yang beragam. Tidak ada satu makanan pun yang mengandung semua zat gizi dalam satu makanan, sehingga perlulah masing-masing dari individu mengkonsumsi makanan yang beragam.

Menurut Riskesdas 2010, proporsi individu yang menderita obesitas meningkat dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14 % pada tahun 2010. Obesitas sebagai salah satu akibat kelebihan asupan gizi menjadi masalah serius yang terjadi di global termasuk Indonesia. Seorang individu yang menderita obesitas telah terbukti terdapat peningkatan secara signifikan pada asupan energi dan lemak dibandingkan dengan individu yang tidak obesitas. Anak yang menderita obesitas memiliki lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak obesitas.

Stunting merupakan salah satu dampak dari masalah gizi kurang (Khasanah, dkk., 2020). Stunting menjadi masalah besar yang mana prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada dunia. Stunting sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat berdampak besar kedepannya. Stunting dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat, sehingga dapat mengalami penurunan fungsi motorik. Asupan yang cukup sangat penting untuk dipenuhi terutama saat masa anak-anak karena merupakan masa golden age yang mana pertumbuhan serta perkembangan sangat penting pada saat itu. 

Status gizi sebagai indeks dalam menentukan tingkat kesehatan seorang individu (Rezky, dkk., 2017). Status gizi  baik dapat dicapai dengan memenuhi nutrisi yang cukup, sehingga dapat mendukung proses tumbuh kembang seorang anak agar dapat mencapai perkembangan serta pertumbuhan yang optimal. Asupan gizi tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak. Status gizi yang buruk dapat menghambat kemampuan berpikir anak, fisik, bahkan mental. Anak yang memiliki gizi yang kurang dapat menyebabkan kesehatan yang buruk, seperti metabolisme yang tidak berjalan dengan baik, sehingga menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak. 

Asupan energi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan energi, sehingga dapat menyebabkan masalah gizi seperti keburukan energi kronis (KEK) serta dapat berpengaruh pada perubahan berat badan seseorang (Setiawati, dkk., 2020). Energi sebagai pendukung metabolisme dan pertumbuhan yang dapat mempengaruhi seorang anak dalam melakukan aktivitasnya. Anak yang tidak diberikan asupan energi yang cukup akan berdampak buruk pada metabolisme tubuh, sehingga tubuh tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik.

PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK ANAK

Fisik motorik dikembangkan pada anak di usia dini yang berperan dalam berbagai aktivitas eksplorasinya. Terdapat dua fisik motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus. Pada motorik halus berhubungan dengan keterampilan dalam penggunaan otot-otot kecil, sedangkan pada motorik kasar berhubungan dengan keterampilan dalam penggunaan otot-otot besar (Yani, 2019). Perkembangan dan pertumbuhan anak berlangsung sejak dalam kandungan dan setelah lahir, maka dari itu sangat penting bagi kedua orang tua untuk memperhatikan anak saat dalam kandungan hingga nanti dewasa.

Perkembangan fisik motorik merupakan perkembangan dari kepribadian seorang manusia yang berkaitan dengan gerakan fisik dan fungsi otot yang memacu dari perasaan, pemikiran, dan kemauan yang ada dalam diri seseorang (Ananda, 2017). Kita dapat mengetahui bahwa kemampuan motorik yang terjadi pada masa pertumbuhan anak akan senantiasa berkaitan dengan cara belajar dan dalam kesehariannya terutama asupan gizi yang masuk kedalam tubuh. Perkembangan psikomotorik sangat berkaitan dengan asupan gizi yang diperoleh anak. 

Menurut Yani 2019, gizi adalah salah satu dari komponen yang sangat dibutuhkan pada saat berlangsungnya proses perkembangan dan pertumbuhan. Anak pada masa balita dalam perkembangan kemampuan kreativitas, berbahasa, kesadaran, emosional, sosial, serta intelegensi berjalan dengan cepat dan akan semakin lancar jika asupan gizinya terpenuhi. Akibat dari kekurangan gizi yaitu  perkembangan otak dan mental dapat terganggu, bisa dilihat dari derajat beratnya yaitu lama dan waktu dalam pertumbuhan otak itu sendiri. Setiap orang terutama seorang anak sangat membutuhkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan asupan gizinya, dari makanan tersebut terdapat zat yang akan diproses menjadi energi kemudian dipakai untuk perkembangan psikomotorik. Anak yang memiliki status gizi buruk atau asupan gizinya kurang, maka akan menghambat pertumbuhan fisik yang secara langsung juga mempengaruhi psikomotorik anak.  

Kasus ini dapat dilihat dalam hasil penelitian Pantaleon dkk 2016, terdapat hubungan yang signifikan antara asupan gizi yang didapatkan dengan perkembangan motorik anak. Anak dengan asupan gizi kurang lebih banyak mempunyai perkembangan motorik yang kurang atau lambat (20,51%) bila dibandingkan dengan anak yang mempunyai asupan gizi cukup (6,56%). Proporsi anak dengan asupan gizi yang cukup lebih tinggi sebesar 14% dan anak memiliki  perkembangan motorik yang baik.

Pengaruh ibu juga berkaitan dengan perkembangan psikomotorik anak. Anak yang mengalami gangguan perkembangan lebih cenderung memiliki ibu pekerja dibandingkan dengan ibu yang bukan pekerja dalam stimulasi perkembangannya. Perkembangan motorik kasar pada anak masuk dalam kategori usia 12-36 bulan dan perkembangan motorik halus anak ada pada kategori usia 6-37 bulan sesuai umurnya.

Sangat banyak kejadian ketika seorang anak mengalami perkembangan motorik tidak sesuai umur. Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara perkembangan motorik halus dan kasar dengan asupan gizi. Komisi ahli dari FAO/WHO pada tahun 1971 dalam Pantaleon dkk 2016, mengemukakan bahwa selama masa pertumbuhan konsumsi kalori yang masuk harus disesuaikan dengan berat badan. Kalori terdapat dalam makanan yang berasal dari lemak, karbohidrat, dan protein.

Anak pada usia 1-2 tahun memiliki 1000 kkal dari kebutuhan energi yang perlu dipenuhi sedangkan pada anak usia pada 6-12 bulan (bayi) mempunyai hubungan dalam pemberian ASI ekslusif dan non ekslusif dengan perkembangan motorik kasarnya. Bayi yang diberi ASI ekslusif akan cenderung lebih jarang sakit karena ASI ekslusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit bayi berpeluang lebih besar dalam perkembangan motorik sesuai umurnya (Yani 2019). Tidak adanya hubungan pada ASI ekslusif dengan perkembangan motorik bayi dapat dikarenakan adanya pengaruh atau faktor lain seperti pengetahuan ibu yang rendah mengenai pemberian ASI ekslusif, sehingga dapat berdampak pada kuantitas dan kualitas dalam pemberian ASI  (Pantaleon dkk 2016).

PENUTUP

Upaya perkembangan psikomotorik bisa dilakukan dengan pemberian asupan gizi yang cukup pada anak. Dalam penelitian diketahui terdapat keterkaitan antara pemberian asupan gizi cukup dalam meningkatkan psikomotorik anak pada balita. Terdapat pula hubungan antara stunting dengan perkembangan psikomotorik anak yang signifikan. Maka dari itu, anak perlu mendapatkan pengasuhan yang baik seperti memperhatikan asupan gizi, mendapatkan dukungan serta stimulasi untuk dapat mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.

Sangat diperlukan peran orang tua dalam memperhatikan, menambah dan menyaring  pengetahuan mengenai kebutuhan akan gizi dan perkembangan pada balita supaya kebutuhan akan gizi balita dapat tercukupi serta perkembangan psikomotorik balita bisa sesuai dengan usianya. Pada tenaga kesehatan diharapkan memiliki peran dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan mengadakan upaya deteksi dini dalam penyimpangan terhadap perkembangan balita yang dapat diberlakukan secara rutin dengan memberikan pengobatan dan penyuluhan untuk menyelesaikan masalah terkait gizi atau terhambatnya perkembangan psikomotorik balita. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian asupan gizi cukup untuk meningkatkan psikomotorik anak pada balita dengan memasukkan variabel lainnya yang belum diletakkan dalam penelitian, serta desain penelitian juga dapat menggunakan yang lebih baik dari penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Ananda, C. R. F. 2017. ‘Hubungan Status Gizi dengan Fisik Motorik Anak Tk Fkip Unsyiah Darussalam Banda Aceh’. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, 2(2).

Aryadi, D. 2017. ‘Hubungan Gizi Kurang Dan Obesitas Dengan Kemampuan Kognitif Dan PsikomotorAnak Usia 9-12 Di SD’ (Doctoral dissertation, UNIMUS).

Fitriana, A.A. 2020. Pemahaman Orang Tua Mengenai Gizi Anak. Jurnal Pendidikan Modern, 5(3), pp. 96-101.

Humaira, H., Jurnalis, Y. D. and Edison, E. 2016.’ Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Psikomotorik Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang Tahun 2014’. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2).

Khasanah, U., Suyatno, S. and Pradigdo, S. F. 2020. ‘Perbedaan Perkembangan Antara Anak yang Stunting dan Non-Stunting (Studi Kasus di TK Wilayah Pucang Gading, Jawa Tengah, Indonesia)’. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), pp. 278-283. 

Pantaleon, M. G., Hadi, H. and Gamayanti, I. L. 2016. ‘Stunting berhubungan dengan perkembangan motorik anak di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta’. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 3(1), pp. 10-21. 

Primashanti, D. A. D. and Sidiartha, I. G. L. 2018. ‘Perbandingan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan angka kecukupan gizi pada anak obesitas’. Medicina, 49(2), pp.173-178.

Rezky, R., Utami, N. W. and Andinawati, M. 2017. ‘Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah di Wilayah Kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau’. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3).

Setiawati, S., Yani, E. R. and Rachmawati, M. 2020. ‘Hubungan status gizi dengan pertumbuhan dan perkembangan balita 1-3 tahun’. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(1), pp.88-95.

Yani, A. 2019. ‘Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian ASI dan MPASI dengan Perkembangan Psikomotorik pada Anak Balita’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun