Mohon tunggu...
Najwa Salsabila Al Abid
Najwa Salsabila Al Abid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Kepribadian ISFJ-T

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

How to Survive from Self-harm

21 Mei 2024   14:50 Diperbarui: 21 Mei 2024   14:58 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/JwWf8r2mwPNLctSA9

Istilah Self-harm sangat tidak asing untuk didengar pada saat ini. Perilaku melukai diri sendiri merupakan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk mengatasi tekanan emosional atau rasa sakit dengan cara menyakiti atau merugikan diri sendiri, tetapi tidak bermaksud untuk melakukan bunuh diri  (Klonsky et al., 2011). Self-harm ditandai dengan berawalnya rasa emosi yang tidak stabil. Self-harm sendiri telah menjadi masalah kesehatan yang sering muncul dan memerlukan penanganan yang kuat (Edmondson et al., 2016)

Di Indonesia fenomena tindakan Self-harm sangat tinggi khususnya di kalangan remaja. Menurut data survei YouGov Omnibus pada Juni tahun 2019 menunjukkan sebanyak 36,9% orang Indonesia melakukan tindakan Self-harm yang dilakukan secara sengaja. Perilaku tersebut dilakukan pada rentang usia 18-24 tahun. Pada rentang usia ini, remaja cenderung memiliki sifat atau rasa emosional yang belum stabil. Karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Taber, 2023)

Tindakan Self-harm bermacam-macam seperti menyayat pergelangan tangan dengan cutter, pisau, menjambak rambut sendiri hingga memukul diri sendiri. Menurut Martinson (1999) ada 4 faktor yang menjadi pendorong individu melakukan Self-injury yaitu :

  1. Faktor keluarga, keluarga merupakan lingkup terdekat bagi seseorang. Hal ini bisa berawal dari konflik atau ketidakharmonisan dalam keluarga, kurangnya dukungan emosional seperti perhatian, penghargaan hingga komunikasi yang baik. Hal tersebut mengakibatkan risiko timbulnya stress, kecemasan, depresi berat dan memicu terjadinya Self-injury

  2. Faktor biokimia, pelaku Self-injury memiliki masalah khusus dalam sistem serotogenetik yang terdapat pada otak dan mengarah pada peningkatan impulsif dan agresif

  3. Faktor psikologis, tekanan mental seseorang dapat mempengaruhi individu secara langsung. Berbagai alasan mengapa faktor psikologi menjadi faktor utama melakukan Self-harm yaitu kecemasan, stress berlebihan, perasaan putus asa, perasaan rendah diri dan menganggap dirinya tidak berharga serta riwayat trauma atau pengalaman negatif lainnya.

Menurut (Maidah, 2013) Self-injury atau Self-harm akan menimbulkan dampak internal atau dampak psikologis yang diantaranya adalah kepuasan diri. Dengan begitu, pelaku Self-harm akan mendapatkan kelegaan dan ketenangan. Tidak hanya itu, dampak lain dari perilaku Self-harm adalah adanya rasa candu untuk melakukannya berulang kali karena kepuasan yang didapatkan setelah melakukan Self-harm tersebut.

Dampak negatif lainnya adalah adanya luka fisik yang disebabkan dari sayatan tangan (cutting), tekanan emosional yang sangat mendalam, timbulnya gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan dan gangguan terkait trauma. Semakin sering pelaku Self-harm melakukan tindakan tersebut akan berpotensi meningkatnya siklus berbahaya dari waktu ke waktu.

Maraknya tindakan Self-harm, maka peran dan dukungan dari orang sekitar sangatlah penting. Self-harm bisa dicegah dengan menerapkan Self-love. Self-love merupakan suatu apresiasi terhadap diri sendiri yang dimana Self-love bersifat dinamis dan mendukung perubahan di tiap individu, perubahan yang dimaksud adalah perubahan pertumbuhan fisik, psikologis dan spiritual (Psy.D., 2012). Ketika Self-love telah diterapkan maka tiap individu akan menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya sehingga akan terciptanya pemikiran positif meskipun dalam kondisi marah, kecewa dan sebagainya. 

Gambar di atas merupakan sebuah cycle untuk mengetahui bagaimana cara kita menerapkan Self-love pada diri kita. Pentingnya kemampuan ini dipengaruhi oleh empat aspek yaitu self-awareness, self-worth, self-esteem dan self-care. Keempat aspek tersebut saling berkesinambungan demi tercapainya tujuan dari Self-love.

Berikut adalah penjelasan tentang Self-love cycle :

  1. Self-awareness (Kesadaran Diri), kesadaran diri yang dimaksud adalah bagaimana cara kita memahami karakter, kelebihan dan kelemahan diri kita sendiri, serta mengetahui apa yang sebenarnya tujuan hidup kita

  2. Self-worth (Harga Diri), harga diri merupakan suatu prinsip yang harus dimiliki seseorang setelah mengenal dirinya sendiri. Belajar untuk menghargai diri sendiri atas keputusan apapun yang diambil serta tidak memperdulikan ekspektasi atau kriteria orang lain untuk merasa berharga

  3. Self-esteem (Kepercayaan diri), Self-esteem berbeda dengan Self-worth karena Self-esteem berfokus pada pikiran, perasaan dan pandangan seseorang terhadap diri kita sendiri. Kita tidak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain karena hal itu merupakan kebiasaan buruk dan menjadikan terhambatnya dalam mencapai tujuan Self-love.

  4. Self-care (Perawatan Diri), tindakan ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan demi menjaga kesehatan mental maupun kesehatan fisik. Menurut Orem (2001) menyatakan bahwa Self-care adalah kegiatan untuk menyeimbangkan hidup dengan mempertahankan kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan hidup yang dilakukan individu itu sendiri.

Bagi siapapun yang sedang berjuang untuk lepas dari tindakan Self-harm pentingnya untuk mengenali diri kita sendiri dan menyadari bahwa diri kita sangatlah berharga meskipun tidak diakui oleh orang sekitar kita. Dengan kesabaran, dukungan serta upaya yang konsisten, kita dapat menemukan hal positif untuk mengurangi rasa kesulitan atau hal lainnya. Selalu ingat bahwasannya diri kita tidak sendiri di dunia, selalu ada bantuan yang tersedia setiap saat untuk membantu kita dalam melewati masa-masa sulit kita menuju kehidupan yang lebih berbahagia nantinya.

Referensi 

Maidah, D. (2013). Self injury pada mahasiswa. 1--227. http://lib.unnes.ac.id/18378/1/1511409041.pdf

Klonsky, E. D., Muehlenkamp, J. J., Lewis, S. P., & Walsh, B. (2011). Advances in Psychotherapy: Nonsuicidal Self-Injury. 1--19. https://pubengine2.s3.eu-central-1.amazonaws.com/preview/99.110005/9781616763374_preview.pdf

Edmondson, A. J., Brennan, C. A., & House, A. O. (2016). Non-suicidal reasons for self-harm: A systematic review of self-reported accounts. Journal of Affective Disorders, 191, 109--117. https://doi.org/10.1016/j.jad.2015.11.043

Taber, K. S. (2023). Educational Psychology. Contemporary Trends and Issues in Science EducatiInsani, M. S., & Savira, S. I. (2023). Studi Kasus : Faktor Penyebab Perilaku Self-Harm Pada Remaja Perempuan Case Study: Causative Factor Self-Harm Behavior in Adolescent Female. Character : Jurnal Penelitian Psikologi, 10(02), 439--454.on, 56, 193--207. https://doi.org/10.1007/978-3-031-24259-5_14

Khoshaba, D. (2012). A Seven-Step Prescription for Self-Love. Retrieved January 13, 2020.

Nama: Najwa Salsabila Al Abid

Program studi: Kearsipan dan Informasi Digital

Fakultas : Vokasi, Universitas Airlangga 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun