Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bermindset Trust Not Rush

23 Juni 2020   02:36 Diperbarui: 23 Juni 2020   02:38 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling tinggi pengaruhnya adalah pemilihan capres dan cawapres. Buzzer bermunculan di berbagai sosial media. Black campaign saling serang terhadap kedua paslon. Bahkan ujaran kebencian dan provokasi tak pernah sepi menghiasi linimasa.

Rakyat disuguhkan informasi yang bias. Tak tau mana fakta dan hoax. Semuanya dengan mudah terpengaruh informasi yang belum jelas kebenarannya. Akibat dari semua ini, lapisan masyarakat bawahlah yang menjadi korbannya. Tensi politik semakin tinggi dan semakin terlihat jelas rakyat terbagi menjadi dua golongan.

Mungkin masih terekam jelas dibenak kita, jika pemilu tahun 2019 menjadi pemilu yang sangat fenomenal sekaligus menguras energi, tenaga dan pikiran bahkan nyawan sekalipun.

Alasan fenomenal, satu dari sekian penyebab adalah tingginya kategori berita politik dengan jumlah kasus 620 berita bohong.

Hal ini senada dengan Ferdinandus yang memaparkan kategori konten hoax yang berhasil diidentifikasi Kominfo sepanjang Agustus 2018 -- April 2019. Berikut adalah daftarnya :

  • Kategori politik                 : 620 hoax
  • Kategori pemerintahan    : 210 hoax
  • Kategori kesehatan          : 200 hoax
  • Kategori fitnah                 : 159 hoax
  • Kategori kejahatan           : 113 hoax
  • Isu lainnya

Keberadaan isu politik memang mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas keamanan dan pertahanan suatu negara. Jika suatu negara sudah tidak stabil, salah satu imbasnya adalah tatanan ekonomi.

Sejarah mencatat tahun 1997/1998, bangsa Indonesia mengalami ketidakstabilan Sistem Politik Nasional. Puncaknya terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan ketidakstabilan sistem keuangan.

Tingkat inflasi sangat tinggi. Mata uang rupiah terpuruk. Harga-harga barang melambung tinggi. Kegiatan ekonomi tersendat. Pengangguran merajalela. Dampaknya angka kemiskinan mengalami kenaikan. Angka Kriminal semakin tinggi. Penjarahan terjadi dimana-mana. Alasannya tuntutan untuk bertahan hidup. Bahkan banyak pabrik-pabrik dan toko-toko yang tutup karena tidak kuat bertahan di tengah krisis ekonomi.

Kondisi tahun 1997/1998 hampir sama kita rasakan tahun 2020 ini. Dunia tengah mengalami kelumpuhan ekonomi. Penyebabnya bukan sistem politik global. Namun, pandemic Covid-19. Sejumlah negara termasuk Indonesia merasakan dampaknya. Tatanan ekonomi, agama, sosial, budaya, pendidikan dan lainnya mengalami pergeseran yang sangat drastis. Mau tidak mau sistem yang ada didalamnya harus kita install ulang untuk bertahan dan menjalani tatanan kehidupan baru.

Krisis ekonomi nasional di masa Orde Baru telah memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi pemangku kebijakan sistem keuangan. Dalam hal ini adalah Bank Indonesia.

Bank Indonesia selaku Bank Sentral turut menjaga stabilitas sistem keuangan sesuai dengan kapabilitasnya, seperti halnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun