Selain itu pemerintah juga hadir melalui BE KRAF (Badan Ekonomi Kreatif). Wadah ini hadir untuk memfasilitasi dan mendampingi masyarakat yang mempunyai kreatifitas, ketrampilan dan bakat yang dapat menciptakan industri kreatif sehingga terciptanya lapangan kerja. Hadirnya produk kerajinan seperti batik, replika bangunan, berbagai aksesoris lainnya akan menjadi pendukung dalam geliat sektor pariwisata.
Namun beberapa waktu ini sektor pariwisata dihadapkan dengan adanya kenaikan tiket pesawat dan penetapan bagasi berbayar yang dilakukan oleh pihak maskapai. Perang tarif antar maskapai gencar dilakukan. Tentu, hal ini berimbas pada penumpang dan turis lokal.
Seperti halnya penerbangan di Bandara Internasional Adi Sucipto, Jogjakarta setiap harinya terdapat 20.000 penumpang datang ke bandara, namun dampak kenaikan tersebut mengakibatkan jumlah penumpang menurun hingga sekitar 10.000 penumpang. Bahkan dibeberapa bandara terpaksa mengcancled penerbangan karena tidak adanya penumpang. Akibat penurunan penumpang, juga mempengaruhi jam penerbangan maskapai. Selain itu laporan dari BPS menyebutkan kenaikan harga tiket pesawat membuat pengunjung hotel bintang lima menurun drastis dari biasanya. Pihak pengelola hotel pun mengeluhkan kondisi ini.
Sebagai sang pengadil pertandingan yakni Pemerintah yang diwakili Kementrian Perhubungan telah menentukan regulasi baru terkait penentuan tarif penumpang agar lebih terjangkau. Selain itu juga diberlakukannya diskon tiket pesawat di hari-hari tertentu guna mengembalikan minat masyarakat untuk menggunakan pesawat. Namun kondisi ini belum berdampak signifikan dalam normalisasi pariwisata.
Di saat pariwisata siap mengudara setinggi-tingginya, akan tetapi transportasi udara menjadi kendala. Hasilnya sumbangan pariwisata bagi bangsa tak sebanyak seperti biasa. Berharap Bapak Arif Yahya dan Bapak Budi Karya bisa kembali duduk bersama. Agar pariwisata dapat menjadi salah satu tulang punggung bangsa. Jangan sampai wisatawan lokal berduyun-duyun melancong ke negeri orang hanya karna tiket pesawat yang selangit. Karenanya tangan ini tak mampu mencapit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H