Oleh: Agnes Neva Surya Mutiara, Dilla Lestari Dwi Putri, Najma Ranni Nurfaiza, Mahasiswa Pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia
Haloo semuaa!! Mungkin kalian agak asing ya mendengar Suku Anak Dalam, karena yang biasanya didengar itu suku Jawa, suku Bali, suku Ambon, suku Sunda, dan lain-lain. Tapi apakah kalian tahu bahwa ternyata ada salah satu suku yang mendiami Pulau Sumatera yaitu Suku Anak Dalam yang ternyata menyimpan beragam kebudayaan yang cukup menarik lhoo.. Penasaran kan? Yuk simak artikel berikut ini!
Kekayaan budaya terbentang luas di Indonesia. Negeri yang berisi beragam budaya, pemandangan indah, dan masyarakatnya yang dikenal memiliki keramahan. Indonesia terdiri dari rangkaian pulau yang memuat banyak etnis. Adapun pulau yang berada di sebelah Barat dari Indonesia, pulau tersebut adalah Pulau Sumatra. Sebuah pulau yang didalamnya terdapat banyak suku. Suku Anak Dalam atau biasa dikenal dengan Orang Rimba merupakan salah satu suku yang mendiami Pulau Sumatra. Sejumlah Orang Rimba tinggal di Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera bagian Selatan.
UNSUR KEBUDAYAAN
BAHASAÂ
Dalam membahas bahasa yang digunakan oleh Suku Anak Dalam ini dapat dikaitkan dengan budaya, karena budaya dan bahasa itu saling menyatu. Budaya Suku Anak Dalam ini tersandi dalam kosakata bahasa Kubu. Seperti contohnya budaya yang berkaitan dengan tradisi tersandi dalam kata basale, melangun, dan manumbai.Â
Lalu budaya yang berkaitan dengan cara memperoleh makanan tersandi dalam kata meramu, betilik, dan berburu. Â Lalu yang berkaitan dengan penangkal bala adalah kata amal, bebesel dan giginyaru. Dan yang berkaitan dengan kearifan lokal tersandi dalam kata tenggeris, setubung, cemenggo, dan besesandingon. Budaya-budaya Suku Anak Dalam yang tersandi dalam kosakata bahasa Kubu itu menggambarkan kehidupan Suku Anak Dalam yang masih primitif (Ermitati, 2014).Â
SISTEM RELIGIÂ
Sebenarnya Suku Anak Dalam tidak menyebutkan bahwa mereka menganut agama tertentu, namun mereka sudah memiliki aturan dan norma yang berasal dari kepercayaan nenek moyang mengenai siapa yang berbuat baik maka akan selamat, dan yang jahat akan celaka. Siapa yang baik akan masuk surga dan siapa yang jahat akan masuk neraka (Nafiah, 2012).Â
Namun, dapat dilihat juga bahwa Suku Anak Dalam menganut kepercayaan dinamisme dan animisme. Kepercayaan dinamisme merupakan keyakinan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan manusia, sedangkan animisme merupakan kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda.Â
Mereka menganggap dewa sebagai Tuhan dan memuja roh nenek moyang. Tetapi saat ini juga dapat ditemukan masyarakat Suku Anak Dalam yang menganut agama Islam.Â
SISTEM KEMASYARAKATAN ATAU ORGANISASI SOSIAL
Suku Anak Dalam memiliki sistem kemasyarakatan berupa kekerabatan yang berpola matrilineal, yang dimana garis keturunan berada di pihak ibu. Masyarakat Suku Anak Dalam tinggal di dalam sebuah keluarga kecil yang terdiri dari pasangan suami istri dengan anak-anak yang belum menikah, dan keluarga besar yang terdiri dari beberapa keluarga kecil dari pihak kerabat istri. Pada sistem kemasyarakat Suku Anak Dalam ini terdapat adat istiadat yang harus dijalankan yaitu anak laki-laki yang sudah menikah harus tinggal bersama keluarga dari istrinya. Satu keluarga besar itu tinggal dalam satu pekarangan atau halaman yang terdiri dari 2 sampai 3 pondok, yang dimana pondok itu sebagai tempat tinggal keluarga-keluarga kecil.Â
SISTEM PENGETAHUAN
Dahulu suku Anak Dalam hanya mengenal pengetahuan tentang alam seperti tumbuhan dan hewan. Suku Anak Dalam sangat mengerti jenis tumbuhan mana yang dapat digunakan untuk obat-obatan berbagai penyakit, mereka juga sangat pandai dalam mengenali tumbuhan yang baik dan buruk bagi manusia. Masyarakat suku Anak Dalam juga paham akan hewan yang haram, hewan dari titisan moyang dan hewan untuk diburu.
SISTEM PERALATAN HIDUP DAN TEKNOLOGI
Masyarakat suku Anak Dalam terbilang cukup sederhana dan jauh dari kata modern, sehingga peralatan yang digunakan oleh Masyarakat suku Anak Dalam pun masih tradisional. Seperti halnya dalam menebang pohon, mereka hanya menggunakan kapak dan sejenisnya. Kemudian peralatan berburu yang digunakan hanyalah sebuah tombak dan panah. Masyarakat suku Anak Dalam juga tidak mengikuti teknologi yang sedang berkembang, Ketika tahun 1980-2008 mereka sama sekali tidak mengenal Handphone. Bahkan tempat tinggal mereka pun tidak memiliki listrik, mereka hanya menggunakan lilin atau lampu dari baterai.
SISTEM KESENIAN
Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku yang masih melakukan tradisi dan adat dari nenek moyangnya. Segala tradisi ataupun adat ini berkaitan dengan hal-hal mistis dan kepercayaan yang diyakini oleh suku Anak Dalam tersebut. Salah satu kesenian suku Anak Dalam yang hingga kini menjadi tradisi turun temurun yaitu upacara Besale. Upacara Besale ini merupakan sebuah upacara yang bertujuan untuk membersihkan jiwa seseorang yang sedang sakit akibat roh-roh jahat yang berada dalam diri seseorang tersebut. Tradisi upacara Besale ini dipandu oleh seorang pawang dengan diiringi oleh rangkaian tari-tarian dan membacakan mantra-mantra agar suku Anak Dalam terhindar dari malapetaka. Kesenian suku Anak Dalam lainnya yaitu seperti tradisi manumbai, melangun, tari Elang, tari Bedeti dan masih banyak lagi kesenian lainnya.
SISTEM MATA PENCAHARIAN
Sebagian besar masyarakat Suku Anak Dalam bermata pencaharian sebagai petani yang bergerak pada perkebunan kelapa sawit, karet, dan rotan yang selanjutnya di jual. Namun jauh sebelum hadirnya transmigrasi dan perkebunan kelapa sawit masyarakat suku ini berburu, meramu, dan mengumpulkan hasil rotan untuk memenuhi keperluan pribadi (Ridho, 2018).
Itulah unsur kebudayaan dari Suku Anak Dalam. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Indonesia adalah negeri yang kaya akan keberagaman maka sebagai rakyat Indonesia kita harus bangga dan tetap menjaga kelestariannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H